NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS8

“Kamarmu bagus sekali, Esma,” puji Larysa sambil tersenyum. Ia menatap sekeliling kamar dengan mata berbinar. “Cukup luas dan berisi barang-barang mewah. Apa semua ini hadiah dari Baginda?”

Esma tersenyum tipis, menegakkan duduknya. “Terima kasih, Larysa. Kamar ini memang diberikan oleh Baginda ... sebagai hadiah karena aku telah menemaninya hingga pagi. Katanya, agar aku merasa betah tinggal di istana.”

Halyna—gadis berambut pirang pucat, ikut menyahut. “Wah, jadi benar kau bermalam di kamar Baginda hingga pagi? Ku kira, itu hanya desas-desus belaka. Jadi, apa yang telah kalian lakukan berdua?”

Senyum nakal dari para budak langsung tertuju pada Esma.

Esma tertawa kecil, namun matanya memancarkan kilau yang sulit diartikan. “Apa yang terjadi di antara aku dan Baginda, biarlah menjadi cerita kami berdua. Tapi, yang pasti ... malam itu sangat berkesan.”

“Yang pasti, Esma sangat handal dalam melayani Baginda. Jika tidak, mana mungkin ia kini diangkat menjadi selir dalam semalam. Kau harus mengajari kami, Esma,” goda Oksana.

Esma menggeleng-geleng pelan dengan kedua pipi merona, ia menutupi senyumnya dengan kipas kecil yang terletak di meja.

Gadis itu sengaja menutup rapat rahasia malamnya bersama Baginda. Tak ada satu pun dari bibirnya yang mengaku bahwa sesungguhnya tak terjadi apa-apa. Namun, biarlah gosip itu beredar—ia memang membutuhkannya. Rumor tentang dirinya dan Baginda akan jadi duri dalam hati Yasmin, membuat wanita itu gelisah, marah, dan tak pernah merasa aman lagi. Bagi Esma, rasa tidak tenang Yasmin adalah balasan paling manis untuk penghinaan yang pernah ia terima tadi malam.

Di tengah perbincangan yang penuh bisik-bisik dan tawa kecil itu, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Suara berat khas seorang lelaki terdengar.

“Esma Hatun.”

Mansur Ağa berdiri di ambang pintu dengan raut tegas, matanya menyapu seisi ruangan sebelum akhirnya berhenti pada wajah Esma. Gadis-gadis lain seketika menundukkan kepala, atmosfer kamar mendadak berubah hening.

“Ibu Suri memanggilmu,” ucap Mansur Ağa.

Esma tertegun. “Ibu Suri ...?” gumamnya lirih.

Jantungnya berdegup kencang, bayangan sosok wanita berkuasa itu segera menyergap benaknya. Ia berdiri dengan hati-hati, melangkah menghampiri Mansur Ağa.

Dengan hati-hati, ia memberanikan diri bertanya, “Tuanku ... apa hamba telah melakukan kesalahan?”

Mansur Ağa menatapnya tajam, lalu mencibir. “Apa-apaan wajah pucat itu? Ke mana perginya kuda liar yang kulihat tadi malam? Hm? Jangan bilang kau ingin kembali berubah jadi anak domba jinak sekarang.”

Ia mendengus pelan, lalu menoleh ke arah lorong.

“Sudah, jangan banyak bertanya. Ikut aku. Ibu Suri menunggumu.”

Esma mengikuti langkah Mansur Ağa dalam diam, jantungnya berdebar tak karuan. Lorong-lorong istana terasa semakin panjang dan dingin. Akhirnya, mereka tiba di depan pintu megah berlapis emas, di mana dua kasim berdiri dengan wajah tanpa ekspresi.

Mansur Ağa memberi isyarat, dan pintu pun terbuka. Esma melangkah masuk, terpukau oleh kemegahan ruangan Ibu Suri. Wanita berwibawa itu duduk di singgasana rendah, dikelilingi bantal-bantal mewah. Zeynep Hatun, kepala harem sekaligus tangan kanan Ibu Suri, berdiri setia di sisinya.

Ibu Suri memberi isyarat dengan tangannya yang dihiasi cincin permata. “Mansur Ağa, Zeynep Hatun, tinggalkan kami berdua.”

Tanpa membantah, Mansur Ağa dan Zeynep Hatun membungkuk hormat, lalu meninggalkan ruangan. Suara pintu yang menutup menambah ketegangan di udara.

Ibu Suri menepuk pelan kursi berlapis emas di sisinya. “Duduklah, Esma.”

Dengan gugup, Esma mendekat dan duduk di kursi yang ditawarkan. Ia menundukkan pandangannya, menunggu Ibu Suri berbicara.

“Kudengar engkau menemani putraku tadi malam,” Ibu Suri memulai pembicaraan dengan nada tenang.

“Benar, Yang Mulia,” jawab Esma sopan, berusaha menyembunyikan kegugupannya. “Baginda memanggil hamba untuk menemaninya.”

Ibu Suri mengangguk pelan. “Dan kudengar dari putraku, tak terjadi apa-apa tadi malam antara dirinya dan kau. Sebab musababnya ... ternyata kau seorang muslimah yang menjadi korban oleh kejamnya politik licik. Engkau telah dijadikan budak. Dan status budakmu tidaklah sah. Itulah sebabnya, putraku menjadikan engkau selir dalam semalam demi untuk menebus rasa bersalahnya pada nasibmu.”

“Benar, Yang Mulia. Baginda sangat bermurah hati pada hamba yang tak berharga ini.” Esma semakin menunduk. “Sesungguhnya, hamba sangatlah tersanjung.”

“Namun, engkau juga tau, kan, Esma? Meskipun engkau kini menjadi selir, engkau tetap haram digauli tanpa pernikahan yang sah.” Ibu Suri menatapnya tajam. “Karena itu, aku memanggilmu untuk mempertanyakan, bersediakah kau menikah sirri dengan putraku?”

‘Tak kusangka, tawaran ini datang begitu cepat!’ batin Esma senang bukan main.

Ia mengangkat wajah dengan senyum pura-pura getir. “Yang Mulia ... jika itu memang jalan yang Allah tetapkan, hamba tentu tak akan menolak. Namun, izinkan hamba berbicara dengan hati-hati.”

Ia menarik napas sejenak, lalu lanjut berkata. “Pernikahan ini ... bukankah akan melukai perasaan Yasmin Hatun? Baginda telah lebih dulu mengikat janji dengannya. Hamba khawatir, kehadiran hamba justru akan menjadi bara yang mengganggu ketentraman hati seorang istri.”

Esma menunduk lagi, suaranya kian lembut. “Hamba hanya seorang perempuan miskin dan tak memiliki kuasa, Yang Mulia. Apa pantas diri ini menjadi sebab sakitnya hati sesama wanita? Namun, bila pernikahan ini justru menjadi penebus kesalahan dan jalan ridha Allah ... hamba serahkan semuanya pada kebijakan Baginda dan Yang Mulia.”

Di balik tutur lembutnya, Esma tahu benar apa yang ia lakukan. Kata-kata itu sengaja ia susun manis—bukan hanya untuk menunjukkan kerendahan hati, melainkan juga untuk mengikat simpati Ibu Suri. Sebab baginya, tak ada benteng yang lebih kuat di istana selain hati seorang ibu yang dijadikan sekutu.

Licik kah Esma? Tentu dia harus licik di dalam istana yang penuh intrik.

Ibu Suri diam sesaat, menatap Esma dengan pandangan yang sukar ditebak. Di wajahnya yang berkerut, sekilas terpancar kekaguman. Namun, dengan cepat ia kembali memasang ekspresi datar.

Ibu Suri berdeham pelan, memecah keheningan. “Kau memang memiliki hati yang mulia, Esma. Kebaikan hatimu patut dipuji, tapi ketahuilah ... Yasmin tentu sadar akan kodratnya menjadi istri dari seorang Sultan. Cinta seorang penguasa tak pernah bisa dimiliki satu orang saja. Selir adalah bagian dari aturan istana, bagian dari kewajiban Baginda untuk memastikan adanya keturunan yang kelak akan meneruskan tahta.”

Ibu Suri tersenyum tipis, lalu lanjut berkata. “Keputusan ini sudah bulat. Kau akan menikah dengan putraku secara sirri. Ini adalah yang terbaik untukmu, untuk putraku, dan untuk kerajaan ini.”

“Sebagaimana keinginan Yang Mulia dan Baginda, hamba siap melaksanakan.” Esma menundukkan kepala, menyembunyikan kilatan licik di matanya.

Ibu Suri kembali menyandarkan punggungnya, jemarinya meraba ukiran kursi emas di sisinya. Pandangannya menelisik lembut ke arah Esma.

“Esma ... apakah engkau bisa membaca Al-Qur’an?” tanyanya, nada suaranya berbaur antara penasaran dan menguji.

Esma mengangkat wajah perlahan, lalu menunduk lagi dengan penuh hormat. “InshaAllah, hamba bisa, Yang Mulia.”

Alis Ibu Suri sedikit terangkat. “Kalau begitu, bacakanlah untukku. Aku ingin mendengar langsung suaramu melantunkan ayat-ayat suci.”

Esma menarik napas, menenangkan diri. Tangannya merapat di pangkuan, matanya terpejam. Lalu, suara bening itu mengalun lembut dan jelas. Suara jernih itu berhasil membuat Ibu Suri terpukau.

Tatapan matanya tak bergeser sedikit pun dari wajah Esma. Dalam hati, ia terpaksa mengakui, suara itu bukan hanya merdu, tapi juga membawa kekhusyukan yang jarang ia dengar dari siapapun di dalam harem.

.

.

Jika Esma sedang melantunkan ayat-ayat suci, berbeda dengan Yasmin Hatun. Perempuan itu justru tengah melakukan tindakan yang dilarang dalam agamanya, yakni bersekutu dengan setan.

Ia diam-diam mengundang Cinçi Hoca (ahli doa atau tokoh agama yang membuka praktik perdukunan yang bekerja dengan jin, cukup populer di kalangan masyarakat Ottoman) ke dalam harem.

“Letakkan jimat ini di dalam kamarnya,” bisik Cinçi Hoca seraya menyerahkan secarik kertas bertinta merah, dilipat kecil, dibungkus kain hitam pada Yasmin. “Selipkan di bawah bantal atau dipannya. Dalam tujuh malam, tubuhnya akan melemah, sakit-sakitan, kehilangan daya tarik, dan berakhir menemui ajalnya.”

Yasmin menyeringai puas, membayangkan keberhasilan rencananya. Sebagai imbalan, Yasmin mengeluarkan kantung beludru merah berisi kepingan emas, menyerahkannya kepada Cinçi Hoca sebagai upah atas bantuannya. Transaksi itu dilakukan dengan cepat dan tanpa suara, memastikan tidak ada mata yang melihat atau telinga yang mendengar.

Setelah mendapatkan yang ia mau, Yasmin memerintahkan Safiye untuk mengantarkan Cinçi Hoca kembali ke kediamannya.

“Hahaha! Esma ... Esma ... sebentar lagi, kau akan menemui ajalmu, hahahaha!”

*

*

*

1
Sayur 💎
kau yg go tu hel
Sayur 💎
sygnya putrimu yg peak itu gk mmpu mengambil hati bey brewok tampan
💕Bunda Iin💕
iya putra kecebong😂😂
Sayur 💎
astagfirullah. bapak dan anak sm2 biadab bgt.
💕Bunda Iin💕
eh rustum,ko anda yakin sekali klo si yasmin hamil anak nya cowo dan manusia benaran...wong itu anak dpt dri dukun n anak setan😡
💕Bunda Iin💕
jangan senang dlu ya rustum...dlu kau boleh membodohi bey murad karna ia masih muda...tpi sekrang ia telah dewasa
💕Bunda Iin💕
ini manusia sampah kapan terungkap kebusukan nya?😡...serius jahat banget😡
💕Bunda Iin💕
segitu nya banyak pasukan akoh yakin pasti ada yg lihat apa yg kau perbuat rustum😡
N Wage: pasti ada yg lihat,cuma mungkin dia/mereka takut.mudah2an siapapun dia/mereka pd saat yg tepat membuka semua tabir kelicikan si rustum rustum ini.
total 3 replies
💕Bunda Iin💕
benar² iblis kau rustum😡...pembalasan itu akan dtang...segala kebusukan kau akan terbongkar semua😡👊
💕Bunda Iin💕
woi rustum itu pintu,dinding,meja dll benda² mati itu ga bersalah woi😂🤣
Sayur 💎: iya. setipe emg ma anaknya si yasmindul
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
yuhu bukan nya kau yang akan menyusul ke alam baka 🤭...pede sekali si penghianat 🤣
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂🤣🤣🤣
💕Bunda Iin💕
👏👏👏👏👏👏
💕Bunda Iin💕
wah seru nih bpk sama anak kena hukuman yg begtu ringan menurut akoh ya😁
💕Bunda Iin💕
benar itu...mang enak kau rustum sih pemberontak😡
💕Bunda Iin💕
😂😂😂😂🤣🤣🤣
💕Bunda Iin💕
benar alena...yasmin itu perempuan laknatullah😂😂
💕Bunda Iin💕
😡😡😡😡😡
💕Bunda Iin💕
semangat esma💪...balas lah atas kematian saudri mu khadijah walaupun membalas dendam itu tdk baik...tpi ini masalah nyawa yg di ambil dgn begitu keji😡
💕Bunda Iin💕
wah kyk nya ada udang dibalik rempeyek nih😅apapun rencana mu esma akoh dukung tpi tetap berhati² ya cantik🥰💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!