NovelToon NovelToon
MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

Status: tamat
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Matabatin / Sistem / Tamat
Popularitas:715
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Dengan sisa-sisa tenaganya, akhirnya Anggapala berhasil membuat tempat untuk berteduh. Ia menyekah keringatnya dengan sebuah kain lusuh. Dalam kondisi seperti itu, terdengar dari samping suara langkah beberapa orang yang mendekatinya.
Mereka akhirnya hidup bersama dengan tujuan membangun sebuah tatanan kehidupan yang pada akhirnya banyak orang-orang yang hidup di daerah itu. Hingga dalam beberapa bulan saja, daerah itu menjadi tempat persinggahan para pedagang yang hendak ke arah Barat.
Pada akhirnya daerah itu sekarang menjadi sebuah daerah yang mempunyai banyak unsur seni dan budaya, bahkan daerah Cikeusik atau Gegesik mendapat julukan Kampung Seni.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB IX MENARA ADIKARYA

   Keberhasilan Ki Sumber menangkap hewan sungai telah menjadi berita yang menggemparkan pedukuhan Cikeusik , baik di setiap keluarga ataupun juga para kafilah yang hanya sekedar mampir di warung-warung kopi. Hampir setiap hari terdengar berita itu , menjadikan nama Ki Sumber banyak dikenal orang saat itu. Bahkan bagi masyarakat awam menyebutnya Pangeran Sumber , yang sekarang kuburannya diperkirakan di komplek pemakaman Ki Sambling , Gegesik Lor.

   Setelah berhasil mengatasi masalah di pecantilan Kemuning , Ki Sumber dan para pembantunya berjalan menyusuri pemantang untuk pulang ke pedukuhan Cikeusik. Di tengah perjalanan rombongan Ki Sumber bertemu dengan Pandanala dan Antenan. " Kulonuwun Ki , gerangan apa yang membuat kita bertemu di sini", kata Pandanala. " Manggah ki sanak , tentu saja sebuah kepercayaan di antara kita , kami baru saja mengatasi Ulalembu di pecantilan Kemuning " , kata Ki Sumber.

   Pandanala dan Antenan terperanjat mendengar hal itu , sebab menurut cerita orang bahwa Ulalembu itu sejenis makhluk kasat mata yang hidup di sungai dan beberapa tempat yang angker , yang tak pernah kering , seperti di rawa-rawa juga daerah pinggiran bengawan. Dan biasanya Ulalembu sering menampakan dirinya seperti kerbau bule , tanpa kepala dan ekor. Dulu hewan itu banyak menghuni di kawasan sungai wilayah Cikeusik.

   " Aku dan para kerani akan membicarakan soal pembangunan menara , yang nantinya digunakan untuk mengawasi wilayah Cikeusik dan sekitarnya , supaya lebih aman dan damai ," tutur Ki Sumber.

" Hmmmmm....rupanya akan ada proyek besar juga Ki , semoga saja bisa bermanfaat bagi kita semua ," jawab Pandanala.

   Ki Sumber dan para sahabatnya kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Sesampainya di bangsal pedukuhan , beliau dan kawan-kawan disuguhkan minuman segar juga beberapa makanan olahan , ada brebeutciyet , dongkal , gatot, geblog kocar kacir , awug , ongol-ongol dan beberapa makanan lain. Sambil menikmati hidangan itu , obrolan pun terjadi.

" Maaf Ki Sumber , memang tadi saya dengar pembicaraan dengan Pandanala , yaitu pembangunan menara , itu suatu kemapanan dalam menjaga pedukuhan kita , apalagi beberapa waktu terakhir sering ada kegaduhan ," kata Bulhun. " Betul ", jawab Ki Sumber.

" nanti untuk posisi menara itu akan dijelaskan oleh Wajir selaku tukangnya , dia sangat pengalaman dalam bangunan ", lanjut Ki Sumber.

   Semakin larut obrolan mereka tak terasa malam itu sudah mendekati tengah malam , " sebentar lagi banyak ayam berkokok , tapi mata ini susah kantuk ", kata Mahdi yang dari tadi makan Gatot sambil menghisap kawungnya dengan nikmat. Sementara yang lain menikmati makanan itu sambil minum bandrek. Mereka terus membahas program pembangunan di bangsal pedukuhan Cikeusik hingga jelang Subuh.

   Pagi harinya sesuai dengan perencanaan , pembangunan proyek pun dimulai , sebagai tukang utama adalah Wajir , dengan beberapa orang pembantu. Pekerjaan itu dimulai dari sisi timur laut sebagai lokasi menara 1. Hampir semua pekerja begitu bersemangat , sehingga suasana bekerja pun terasa ringan. Hari demi hari pekerjaan itu membuahkan hasil karya yang hebat kala itu. Menara yang menjulang itu tingginya sekitar 27 m. Setelah memakan waktu 4 bulan lebih , jadilah menara yang pertama.

   Kemudian menara 2 yang letaknya di posisi barat laut. Di tempat itu baru seminggu ada kendala , banyak pekerja yang kesurupan , banyak yang sakit juga banyak pula yang mengundurkan diri. Hal itu membuat Ki Sumber merasa penasaran. Maka , pada malam yang ditentukan yakni malam Jum'at Wage , Ki Sumber bersama beberapa santri murid dari Pandanala berkumpul di gundukan tanah yang siap dibangun . Mereka mengadakan ritual dengan membaca beberapa bacaan dari kitab penangkal bala , dipimpin langsung oleh Ki Sumber. Tiba-tiba tanah bergetar dan sebagian murid Pandanala terjengkang , banyak pula yang muntah-muntah. Sementara Ki Sumber mengepalkan tangan kanannya , kemudian dipukullah tanah gundukan itu , " dug...dug...dug". Beberapa saat kemudian dari dalam tanah keluar asap. Semakin lama asap itu menggumpal dan membentuk wujud makhluk menyeramkan.

   Semua yang menyaksikan kejadian itu kaget bahkan ada yang lari karena takut. Tiba-tiba Ki Sumber berkata , " Siapa ini dan dari mana asalnya ?" Kemudian makhluk itu sambil mendongak berkata , " Aku adalah penghuni di sini yang sudah lama tinggal ribuan tahun , tapi saat ini aku dibangunkan oleh tingkah laku manusia , aku tidak terima wahai manusia ," katanya.

Kemudian Ki Sumber berkata lagi ," Kalau kamu merasa tidak terima , maka enyah lah dari sini dan pilihlah tempat lain , kalau membantah.......

" Apa hai manusia.....apa !?" kata makhluk itu.

" Aku akan pindahkan kamu semuanya dari sini dan jangan kembali lagi....." kata Ki Sumber. Lalu Ki Sumber membacakan matra penakluk makhluk itu , beberapa saat kemudian , makhluk itu berubah seperti asap lagi , kecil....kecil dan lenyap dari pandangan.

   Ki Sumber masih berdiri tegak , dari celah bibirnya keluar cairan merah. Mereka di sana saling pandang dan tiba-tiba Ki Sumber limbung hingga mau jatuh. Sebagian orang memapahnya dan membawanya pulang. Sementara di tempat menjadi sunyi mencekam.

   Di bangsal pedukuhan banyak orang berkerumun hanya ingin melihat kondisi Ki Sumber. Tubuhnya lemas , wajahnya pucat , kedua matanya tertutup, hanya nafas yang sedikit di dadanya. Banyak warga yang merasa iba atas kondisinya. Di sudut ruangan lain, tampak sosok Ki Bugulun duduk bersilah sambil kedua tangannya menengadah. Di depan tempat duduknya tampak segelas air putih dan beberapa rempah yang sudah ditumbuk. Beberapa saat kemudian , Ki Bugulun berdiri dan membawa sarana tadi , menuju sosok Ki Sumber yang masih tergeletak. Lalu Ki Bugulun memberinya minum kepada Ki Sumber , setelah itu ramuan rempah tadi dibalurkan ke tubuh Ki Sumber. Ki Bugulun berkata " Makanya hati-hati kalau bekerja , siapa tahu di tempat kerja itu ada makhluk lain yang menghuni , memang tidak harus percaya seutuhnya , tapi paling tidak kita jaga diri , carilah selamat ," katanya. Beliau melangkah dan menuju ke kamar belakang.

   Suasana pedukuhan malam itu sepi tidak seperti biasanya. Semua orang bercengkrama dengan suara pelan. Yang terdengar hanya suara serangga menghiasi malam yanh larut dalam keheningan. Dalam kondisi seperti itu , dari ujung jalan tampak seseorang berjalan mendekati bangsal pedukuhan. Dari langkahnya yang begitu tegap , sudah banyak orang menduga bahwa beliau adalah Ki Bugulun. " Kulonuwun Ki , semoga selalu sehat ," sapa orang di pintu gerbang. " Manggah kisanak , masih pada kumpul-kumpul kiranya di sini ," jawab ki Bugulun. " Bagaimana kondisi Mardi sekarang ?" lanjutnya bertanya.

" Sudah mendingan Ki , tinggal pemulihan sedikit lagi ," jawab yang ditanya.

Di bangsal itu Ki Bugulun biarpun usia senja namun pantang menyerah untuk bermasyarakat , walau beliau berilmu tinggi tapi tetap menjaga akhlaknya. Sambil menikmati wedang bandrek beliau berkata , " Wargaku yang selalu menjaga hati dan keyakinan , nasib orang itu tidak ada yang tahu , ilmu hanya sebagai bekal untuk menolong kita , dengan ilmu yang berguna tentu kita akan berguna pula , tapi ilmu yang sesat , maka kita akan terjebak dalam kenistaan. Hidup ini hanya ilusi , kita memandang orang lain jauh lebih enak , tapi di saat kita sudah sama dengan orang lain , tentu kita merasa masih kurang , hidup manusia bukan hanya sekarang , tapi dari dulu ya seperti ini , yang membedakan hanya peradaban. Mungkin sekarang kita lebih baik dari mereka yang dulu hidup , tapi justru kenikmatannya jauh mereka yang lebih enak , untuk itu perbanyak rasa syukur kita , perbanyak amal kita dengan kebaikan. Kita sudah punya jalan sendiri-sendiri , jangan meniru jalan orang lain , karena apapun usaha kita , kalau belum saatnya pasti belum merasa puas. Mardi itu orang baik , cuma karena diuji dalam hidupnya , dia akhirnya terkena ilmu Kalasrenggi dari makhluk halus. Untuk itu berhati-hatilah dalam melangkah , ingat kata pepatah orang dulu , " Cipta rasa cipta guna , cipta adi cipta mulya......yang artinya......sebentar dulu....aku ada tugas di Swantipura...nanti aku lanjutkan ," kata ki Bugulun sambil berpamitan dengan mereka yang masih di bangsal.

1
ArtisaPic
Sebagai generasi muda perlu untuk mengenal sejarah, baik sejarah lokal maupun sejarah negara atau benua atau sejarah alam semesta. Dengan sejarah kita akan mengenal diri kita dengan norma-norma yang ada, tidak gegabah dan tidak rakus akan dunia. Hanya kedunguan yang menjadikan diri kita sebagai budaknya. Manusia bukan BUDAK DUNIA.
Jihan Hwang
salam kenal thor... yuk saling dukung
ArtisaPic
Gegesik kota asyik , Desa wisata , Gudangnya seni dan budaya.
Q.Sambling Gegesiklor
Cirebon
Jawa Barat
Kaylin
Bikin baper, deh!
ArtisaPic
ok , makasih , semoga sukses sll
Aiko
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!