Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Suka Yang Manis-manis
Mobil berhenti mulus di depan pintu utama Clarke Super Mall, pusat perbelanjaan terbesar dan paling elite di kota Servo. Papan nama mentereng menyambut Vexana seperti panggung Broadway menyambut diva utamanya.
Vexana turun dari mobil dengan langkah mantap, mengenakan blazer putih yang dipadukan dengan celana jeans mahal hasil mengacak-acak lemari milik Anne, serta kacamata hitam yang membingkai wajah barunya yang cantik tanpa usaha.
Beberapa pengunjung yang sedang masuk mall sempat melirik, bukan karena mereka mengenali dia, tapi gaya dan aura percaya dirinya terlalu nyaring untuk diabaikan.
Vexana menatap bangunan tinggi itu sambil menyunggingkan senyum. “Baiklah, Anne. Hari ini kamu resmi punya selera,” gumamnya, lalu masuk dengan kepala tegak.
Toko pertama adalah butik mewah.
Saat masuk butik desainer terkenal di lantai dua, seorang pramuniaga langsung menyambut.
“Selamat pagi, Nona. Apa ada yang bisa kami bantu?”
Vexana menatapnya sambil melepas kacamata pelan-pelan. Senang ketika disambut dengan panggilan Nona, tapi di hidupnya kini dia harus sadar diri bahwa telah menikah. "Aku sudah menikah," jawab Vexana.
"Maaf Nyonya, Anda terlihat sangat muda."
"Terima kasih, aku ingin belanja, tapi tolong jangan tawarkan diskonan, aku trauma angka merah.”
Pramuniaga itu terdiam sesaat, “Baik, Nyonya. Koleksi terbaru kami di sebelah sini.”
Vexana mengangguk lalu mengikuti langkah pramuniaga yang membimbingnya dan mulai memilih. Satu dress merah, satu gaun hitam, lalu celana panjang dan entah kenapa dia juga mengambil piyama satin yang nampak menggoda.
“Yang ini untuk menyambut malam nanti,” katanya pada dirinya sendiri, lalu tersenyum miring. Tiap merasa bahagia wajahnya terlihat seperti orang licik.
Ketika hendak membayar, pramuniaga itu berkata, “Totalnya dua puluh tujuh juta, Nyonya.”
Vexana mengeluarkan kartu debit milik Arga. "Silakan. Oh, dan jangan lupa... aku ingin ini dibungkus seperti hadiah," pinta Vexana, beberapa lingerie yang akan dia berikan pada sang suami.
Kurang perhatian apa dia sebagai istri?
Toko Kedua adalah toko perhiasan mewah.
Entah bagaimana, Vexana merasa lehernya terlalu kosong. Masuklah dia ke toko berlian, tempat yang biasanya membuat Anne gemetaran karena harga satu cincin bisa lebih mahal dari gaji pelayan satu bulan.
“Pilihkan kalung yang bisa membuat suamiku menyesal pernah meremehkanku,” katanya kepada penjaga toko.
Beberapa menit kemudian, dia keluar sambil tersenyum, sebuah kotak perhiasan telah berada di tangannya.
“Yang penting aku bahagia. Soal harga? Bukan urusanku," ucap Vexana bahagia sekali. Hidup seperti inilah yang dia inginkan ketika sudah mendapatkan wajah baru.
Tapi gara-gara Arga dia jadi kembali terjebak. Namun Vexana tak ingin lemah, dia putuskan dimanapun takdir membawanya, Vexana akan tetap hidup dengan caranya sendiri.
Toko Ketiga, Vexana melewati toko Bayi.
Tanpa sadar, langkahnya berhenti di depan sebuah toko perlengkapan bayi itu.
Vexana terdiam sebentar, dari luar ia melihat stroller, baju bayi, botol susu kecil berwarna pastel, dan sebuah boneka beruang.
Tiba-tiba jantungnya berdegup lebih cepat. Bukan karena trauma, bukan juga karena kenangan. Tapi karena untuk pertama kalinya dalam hidup Vexana , ia mempertimbangkan sesuatu yang... lemah, lembut, kecil dan rapuh, yaitu bayi.
‘Apa aku benar-benar akan hamil?’ pikirnya, mulai menerawang kemana-mana.
Vexana masuk pelan-pelan.
Seorang pegawai wanita mendekat, “Bisa saya bantu, Nyonya?”
Vexana mengangguk pelan. “Aku... hanya ingin lihat-lihat.”
Lalu ia mengambil sebuah baju bayi warna putih dengan tulisan 'Born to Rule.'
“Aku suka yang ini,” gumamnya, lalu langsung membayarnya.
Sementara itu dari kejauhan, Arga mengamati langkah wanita yang katanya sang istri kedua berpindah-pindah toko dengan gesit. Bahkan sempat bercanda dengan pramuniaga.
Segala gerak gerik yang ditujukan oleh Anne sangat berbeda.
'Anne? Tidak. Ini bukan Anne.' batin Arga, bingung Sendiri bagaimana caranya dia untuk percaya.
Tapi saat melihat wanita itu masuk ke toko bayi dan keluar dengan kantong kecil bertuliskan Baby Bliss, dada Arga terasa sedikit hangat. Entah kenapa... dia lega. Mungkin ini kali pertama Anne tidak menolak peran yang seharusnya ia jalani.
Menjadi istrinya dan melahirkan seorang bayi.
Kembali ke mobil, Vexana naik ke mobil dengan puas. Penuh belanjaan, semangat, dan ide-ide liar di kepalanya.
Tapi saat ia duduk, ekspresinya sedikit berubah. Matanya melirik kantong belanja bayi, lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela.
'Jika benar aku hamil... apa aku akan jadi ibu yang baik?'bisiknya di dalam hati.
Lalu seperti biasa, ia menepis semua perasaan aneh itu.
“Alaaah, mikirnya nanti saja. Yang penting sekarang, aku ingin makan sushi.”
Pukul lima kurang sepuluh menit, mobil hitam elegan milik keluarga Dewangga perlahan memasuki halaman depan rumah megah itu. Sopir membuka pintu dan Vexana turun dengan anggun, meski kantong belanjaan membuatnya lebih mirip baru saja memborong grosir.
Dua pelayan langsung datang menyambut. “Selamat datang, Nyonya.”
“Hem, Letakkan ini di kamar. Jangan campur belanjaan baju dengan baju bayi. Aku takut baju bayi itu akan terselip.”
Pelayan hanya mengangguk, meski matanya sempat menatap kantong bertuliskan Baby Bliss dengan ekspresi penuh makna. Vexana seperti wanita pada umumnya yang bahagia menjalani program hamil, bukan seperti seseorang yang dipaksa melahirkan seorang bayi.
Entahlah, melihat nyonya Anne Sekarang mereka harus senang atau sedih. Sebab sempat berpikir pula mungkinkah ini cara nyonya Vexana untuk menutup kesedihannya?
Vexana kemudian masuk ke dalam rumah dengan bersiul kecil. Bahkan sempat berputar sekali di tengah ruang tamu, rasanya Vexana mulai betah jadi Anne.
Saat melangkah ke arah tangga, suara berat dan tenang terdengar dari arah ruang tengah.
“Kamu pulang tepat waktu," ucap Arga.
Vexana menoleh, melihat Arga yang mendekat ke arahnya. berdiri di hadapan Vexana dengan mengenakan kemeja abu-abu dan celana panjang. Rambutnya masih sedikit acak, tapi wajahnya nampak penuh tanya.
“Aku kan istri yang patuh,” jawab Vexana santai. “Mau lihat belanjaanku? Ada hadiah untukmu juga, Mas."
“Aku lihat dari kejauhan kamu beli sesuatu dari toko bayi,” balas Arga.
Vexana mengangkat alis, baru sadar jika sejak tadi ternyata Arga mengikutinya. Menyadari akan hal ini Vexana mulai siaga, lain kali dia harus lebih berhati-hati.
“Mas bilang aku harus melahirkan anak, kan? Jadi aku mulai mempersiapkan mental dan perlengkapan."
Arga tidak menjawab, namun tatapannya lebih menusuk, tapi tak sekeras biasanya. Dia ingin yakin bahwa wanita di hadapannya adalah Anne yang sama seperti dulu, tapi tetap saja sulit untuk Arga lakukan. nyatanya Arga masih saja kebingungan.
“Kamu terlihat terlalu nyaman dengan peranmu sekarang,” ucap Arga.
Vexana mendekat satu langkah. “Mas maunya bagaimana? Aku menangis setiap malam? Berdoa meminta untuk diceraikan? Maaf, aku tidak akan melakukan itu, sekarang aku lebih tahu caranya bertahan.”
“Aku sudah panggil dokter, besok pagi dia akan datang.”
“Ya ampun, masih soal itu? Jika gegar otak ini membuatku lebih baik, kenapa harus disembuhkan?”
“Agar aku yakin kamu bukan orang lain.”
“Jika aku memang orang lain, Mas mau apa?” tantang Vexana.
“Jika kamu memang orang lain, kamu sangat pintar menyamar, kecuali cara memanggilku.”
“Maksudnya Mas lebih suka dipanggil Tuan?" tanya Vexana lalu menggeleng kecil, "Tapi Aku lebih suka yang manis-manis, seperti Mas ... Atau Sayang? Mau coba?”
gass.....
semoga saja arga lebih tertarik dengan anna daripada anne.ya🙏🙏👍👍 spy anne bisa di tolong lagi dengan monica untk menjauhkan dari donna ya...🙏🙏😱😱😔😔