NovelToon NovelToon
Rumah Hantu Batavia

Rumah Hantu Batavia

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Misteri
Popularitas:878
Nilai: 5
Nama Author: J Star

Dion hanya ingin menuntaskan misinya di Rumah Hantu Batavia, tapi malam pertamanya di penginapan tua itu berubah menjadi teror yang nyata. Keranda tua terparkir di depan pintu, suara langkah basah menggema di lorong, keran bocor, pintu bergetar, dan bayangan aneh mengintai dari balik celah.

Saat ponselnya akhirnya tersambung, suara pemilik penginapan tidak kunjung menjawab, hanya dengkuran berat dan derit pintu yang menyeret ketakutan lebih dalam. Sebuah pesan misterius muncul, “Hantu-hantu yang terbangun oleh panggilan tengah malam, mereka telah menemukanmu.”

Kini Dion hanya bisa bersembunyi, menggenggam golok dan menahan napas, sementara langkah-langkah menyeramkan mendekat dan suara berat itu memanggil namanya.

”Dion...”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Di Belakangku?

“Senior, mengapa aku merasa manekin-manekin kertas ini menatap kita?” Julian mencengkeram erat daun pintu kayu, enggan melangkah masuk ke dalam ruangan. “Aku serius! Ada sesuatu yang tidak beres dengan mereka! Mungkinkah mereka sebenarnya orang hidup yang menyamar seperti ini? Sial! Aku punya firasat, mereka semua akan segera bergerak!”

Manekin-manekin kertas yang dirias oleh Dion dengan teknik merias jenazah yang cepat memiliki aura aneh. Meski jelas-jelas benda mati, kesan hidup terasa membekas pada sosok-sosok itu.

Tiara memandang Julian dengan kesal, dalam hatinya bergumam, ’Mengapa aku membawanya bersama hari ini? Ketakutan itu menular. Awalnya aku tidak merasa terlalu takut, tapi ulahnya sedikit membuatku ikut terpengaruh.’

“Bisakah kamu simpan pendapatmu sendiri? Jika kamu kembali menyampaikan pengamatan tidak berguna seperti itu, aku akan meninggalkanmu di sini.”

Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah masuk untuk mengamati keadaan. Jendela-jendela di rumah utama hanyalah hiasan, tidak satu pun mengarah ke luar.

“Senior, lebih baik kita pergi sekarang, bangunan ini dipenuhi energi negatif. Tempatnya tertutup rapat, pasti tidak ada jalan keluar di sini.”

“Pemilik rumah hantu ini menguasai psikologi manusia dengan baik. Karena itu, kita harus bertindak berlawanan dengan cara berpikir orang kebanyakan. Tempat yang tampaknya mustahil menjadi jalan keluar, justru perlu diperiksa lebih cermat.” Tiara mengitari ruangan, langkahnya menimbulkan pusaran udara yang membuat beberapa manekin kertas bergeser dengan gerakan tidak wajar.

Julian masih berdiri di ambang pintu, jantungnya terasa berada di tenggorokan. “Tapi di ruangan ini tidak ada tempat persembunyian, senior bisa melihat seluruh sudutnya. Di mana jalan keluarnya bisa disembunyikan?”

“Tidak ada tempat persembunyian? Siapa bilang?” Tiara berhenti di tengah ruangan, lalu melangkah melewati keranda merah. “Bantu aku, kita akan membukanya.”

“Membuka keranda itu?” Bibir Julian yang memucat bergetar. “Bukankah itu terlalu tidak sopan?”

“Kamu ingin menghabiskan sisa hidup di rumah hantu ini?” Desakan Tiara memaksa Julian masuk perlahan, sambil memastikan dirinya menjauh dari barisan manekin. Ia membungkuk, memegang salah satu sisi tutup keranda.

“Hitungan ketiga, tarik.”

“Baik.”

“Satu, dua...”

Dong!

Sebuah dentuman keras terdengar, memotong hitungan Tiara.

“Apa itu?” Julian tersentak hingga hampir kehilangan keseimbangan.

“Sst.” Tiara menempelkan jari ke bibir, matanya menyapu ruangan sebelum terhenti pada keranda di hadapannya. “Suaranya datang dari dalam keranda.”

Wajah Julian seketika pucat pasi, jakunnya bergerak tidak beraturan, dan tangannya gemetar seperti menyentuh besi panas. “Senior, aku mohon, kita pergi saja.”

“Justru aneh jika suara itu muncul saat kita hendak membukanya.”

“Senior, keranda ini baru saja mengeluarkan suara, dan itu jauh lebih dari sekadar aneh!”

Ketakutan Julian semakin menjadi-jadi, terlebih dengan suasana mencekam dari lantunan Lagu Malam Jumat Kelabu. Saat itu, ia hanya memiliki satu keinginan, yaitu pergi secepat mungkin dari tempat ini.

“Pikirkan baik-baik, hanya ada dua kemungkinan mengapa sebuah keranda bisa mengeluarkan suara. Pertama, ada seseorang yang bersembunyi di dalamnya untuk menakuti kita ketika keranda dibuka. Kedua, terdapat mekanisme tersembunyi yang akan memicu perubahan dalam skenario Pernikahan Hantu ini. Jadi apa pun penyebabnya, keranda ini jelas memegang peranan yang sangat penting. Jika kita ingin keluar dari sini, kita harus membukanya.” Tiara menepuk-nepuk tutup keranda dua kali, lalu menambahkan, “Jangan ragu, tarik saja hingga kerandanya terbuka.”

“Aku tidak sepenuhnya mengerti apa yang Senior jelaskan, tapi terdengar masuk akal.”

Keduanya mengerahkan tenaga bersamaan, tutup keranda yang berat mulai bergeser perlahan. Namun baru seperempat terbuka, keranda yang tampak kuno itu meledak dengan suara menggelegar tanpa peringatan.

Dari dalamnya, manekin-manekin kertas dalam jumlah tidak terhitung dan uang kertas beterbangan. Tawa nyaring seorang wanita bergema memenuhi ruangan, sementara pintu rumah utama mulai menutup dengan sendirinya.

“Kita harus pergi sekarang!” Julian yang berada paling dekat dengan pintu, langsung berlari tanpa memikirkan Tiara. Dalam beberapa langkah ia hampir mencapai pintu, namun sebelum sempat melompat keluar, sesosok wajah wanita melayang di hadapannya.

Itu adalah wajah pucat seorang perempuan yang indah dan cantik, namun menebarkan aura kematian.

“Sial!” Refleks Julian adalah mengangkat tangan untuk memukulnya, tetapi wajah itu bergerak cepat, menghindar dengan gerakan yang seolah telah mengantisipasi serangannya.

“Hantu! Tolong!” Julian jatuh tersungkur, lalu setengah merangkak, setengah berlari menuju arah yang acak.

“Julian! Jangan lari sembarangan!” Tiara berteriak keras, melihat bayangan merah melayang mengikuti Julian ke dalam bangunan lain.

“Paviliun diperuntukkan bagi anak laki-laki dan perempuan. Ini gawat, tempat yang dimasuki Julian adalah kamar yang pernah menjadi tempat tinggal arwah sebelum dia meninggal!” seru Tiara panik. Ia segera berlari keluar, namun mendapati pintu di depannya terkunci rapat. Tiara menghantam pintu kayu itu dengan kedua tangannya sambil menggeram marah, “Pisahkan dan taklukkan? Bukankah itu hanya gimmick murahan rumah hantu? Apa memang harus melakukan hal keji seperti ini?”

Keranda kini hancur berkeping-keping, dan manekin-manekin kertas bertebaran di lantai. Tiara terus memukul pintu, hingga akhirnya berhasil membukanya satu menit kemudian. Namun dalam waktu singkat itu, suasana di luar telah berubah.

“Julian? Julian!” teriaknya. Tidak ada jawaban, hanya musik latar menyeramkan dan suara gemerisik uang kertas yang berdesir di udara sebagai jawabannya.

Pikiran buruk Tiara mulai melintas, ’Apa yang terjadi? Rumah Hantu ini tidaklah besar, jadi tidak mungkin Julian tidak mendengar panggilanku, kecuali… sesuatu telah terjadi padanya.’ Tanpa membuang waktu, ia berlari ke arah Paviliun kanan, mengikuti ingatannya.

’Julian lari ke arah ini tadi.’

Pintu kayu tua berderit saat Tiara membukanya, potongan kaligrafi yang ditulis di atas kertas putih melayang jatuh ke lantai. Ia melangkah masuk, dan mendapati ruangan itu dihias layaknya kamar pengantin baru, namun bukan dengan warna merah melainkan putih, warna berkabung dalam adat Indonesia, dan itu sangat menyeramkan.

’Ke mana dia lari?’ Suasana di ruangan itu terasa ganjil, satu-satunya cahaya berasal dari lentera putih yang tergantung di luar pintu, memancarkan sinar redup yang membuat bayangan di dinding tampak bergerak-gerak. Tiara melangkah perlahan ke depan, namun sehembus angin dingin menerpa dari belakangnya. Kulitnya yang terbuka mendadak menggigil, seakan-akan ada jemari-jemari kecil tidak kasatmata yang mengusap permukaannya.

Uang kertas bergemerisik di bawah telapak kakinya, kadang-kadang terdengar bunyi benda keras terinjak, namun terlalu gelap untuk memastikan apa yang disentuh. Ia mengatupkan rahang, menahan rasa takut, lalu melanjutkan langkahnya.

Dengan gerakan cepat, Tiara menarik tirai di ruangan itu agar cahaya sedikit masuk. Ruangan tersebut ternyata kosong, kecuali sebuah ranjang berkelambu di sudut dan sepasang cermin perunggu yang saling berhadapan di sisi dinding.

’Aku jelas melihat Julian berlari masuk ke sini, baru satu atau dua menit yang lalu. Tidak mungkin dia menghilang begitu saja... kecuali ada jalan keluar tersembunyi di sini, dan dia menemukannya tanpa sengaja.’

Tiara menarik napas dalam-dalam, bertekad memeriksa setiap sudut ruangan. Namun baru saja ia melangkah, terdengar derap kaki lain jatuh tepat di belakangnya.

“Siapa di belakangku?”

Tiara berbalik cepat, tetapi hanya melihat cermin perunggu itu, dan memantulkan bayangan dirinya sendiri.

1
Gita
Membuat penasaran dan menegangkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!