NovelToon NovelToon
Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:167.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.

Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.

Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.

Yuk, simak kisahnya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Tuhan punya jawaban atas harapanku selama ini.

Suara alarm mesin inkubator meraung keras, membuat ruangan bayi mendadak riuh. Perawat dan dokter pediatri segera berlari ke arah bayi mungil itu. Hansel, Rayyan, dan Laudya tergesa masuk ke ruang perawatan neonatus.

“Dok, apa yang terjadi?!” seru Hansel panik, wajahnya pucat.

“Bayi mengalami sesak napas, kemungkinan paru-parunya masih lemah,” jawab dokter cepat. “Kami perlu tindakan segera.”

Laudya menutup mulutnya dengan tangan, tubuhnya gemetar. “Ya Tuhan … jangan sampai terjadi apa-apa,” bisiknya, matanya memerah. Rayyan berusaha menahan emosi, tangannya mengepal kuat. Ia ingin masuk membantu, tapi pintu kaca membatasinya. Ia hanya bisa menatap dari luar, jantungnya berdegup cepat.

Perawat memasang selang oksigen, dokter memberi instruksi singkat. Bayi mungil itu meringis, tubuhnya kecil, dadanya naik turun cepat seakan berjuang melawan udara. Tangisan tipis terdengar, lalu melemah.

Hansel hampir tak bisa berdiri, lututnya lemas. Ia menempelkan dahi ke kaca ruang perawatan, air matanya jatuh tanpa ia sadari. "Sayang … bertahanlah. Papa mohon bertahanlah,” suaranya bergetar penuh doa.

Beberapa menit terasa seperti berjam-jam. Akhirnya, setelah oksigen diberikan dan tindakan dilakukan, tangisan bayi kembali terdengar kali ini lebih kuat. Semua orang di luar ruangan spontan menutup wajah dengan rasa lega. Laudya langsung memeluk Hansel dengan erat, mengatakan jika bayi itu selamat.

Hansel menutup matanya rapat, merasakan pelukan takut kehilangan dari istrinya. Rayyan hanya bisa menatap, dadanya penuh sesak. Untuk pertama kali, ia merasakan campuran bahagia sekaligus pilu bayi selamat, tapi ibunya masih terbaring koma. Beberapa jam setelah keadaan stabil, bayi dipindahkan ke ruang observasi khusus dengan tabung oksigen kecil menempel di sampingnya. Dokter keluar menemui keluarga.

“Untuk sementara kondisi bayi stabil. Tapi kami harus pantau terus. Bayi ini lahir dalam kondisi kurang sehat karena proses persalinan yang mendadak. Butuh nutrisi terbaik dan perhatian penuh.”

Laudya cepat bertanya, suaranya parau, “Asi? Apa bisa langsung pakai susu formula?”

Dokter menggeleng pelan. “Asi tetap yang terbaik. Susu formula hanya alternatif kalau benar-benar darurat. Saya harap ada solusi lain.”

Hansel menunduk, hatinya tercabik. Hana masih koma, dan ASI tak kunjung keluar meski sudah dipompa. Laudya menggigit bibir, pikirannya kalut. Ia ingin menolong, tapi tahu dirinya tak mungkin memberi.

Rayyan yang sejak tadi diam akhirnya bersuara lirih namun tegas.

“Kalau nggak ada cara lain, aku bisa cari donor ASI. Aku punya kenalan di komunitas kesehatan.”

Semua mata langsung tertuju padanya. Hansel menatap Rayyan lama, seakan menimbang. Laudya justru tercekat di hatinya ia tak suka, tapi ia tahu Rayyan berkata benar.

Dokter mengangguk. “Itu bisa jadi solusi. Segera, sebelum kondisi bayi melemah lagi.”

Malam itu, suasana rumah sakit penuh ketegangan. Bayi mungil itu tidur dengan tabung oksigen kecil, tubuhnya dibungkus kain hangat. Laudya duduk di kursi, matanya tak lepas dari bayi itu. Jamilah di sisi lain menggenggam tangan Hana di ruang intensif, tak henti-henti melantunkan doa.

Hansel mondar-mandir di lorong, seperti orang kehilangan arah. Sementara Rayyan keluar rumah sakit, menelpon seseorang dengan suara penuh harap.

“Assalamu’alaikum, Mbak Rania … saya Rayyan. Maaf mengganggu larut malam. Saya butuh bantuan, darurat. Bayi sepupu saya lahir dalam kondisi kurang sehat, butuh donor ASI secepatnya…”

Suara Rayyan bergetar. Matanya menatap langit malam yang kelam, hanya diterangi lampu jalan rumah sakit.

"Tolong … selamatkan bayi itu. Saya nggak mau kehilangan dia, sama seperti saya hampir kehilangan ibunya.” suaranya pelan diujung seakan Rania dapat merasakan perasaan sakit yang Rayyan rasakan saat itu.

Keesokan paginya.

Sorang perempuan bernama Rania datang ke rumah sakit bersama suaminya. Ia adalah teman lama keluarga Rayyan, sekaligus ibu menyusui dengan bayi berusia tiga bulan. Rania datang dengan wajah tenang, meski sedikit canggung melihat suasana tegang di koridor ruang perawatan bayi.

Rayyan menyambutnya penuh rasa syukur. “Terima kasih banyak, Mbak, sudah mau datang mendadak begini.”

Rania tersenyum tipis. “Kalau untuk nolong bayi, InsyaAllah saya ikhlas.”

Tak lama, seorang perawat membawa Rania ke ruang laktasi. Beberapa botol kecil dipenuhi ASI segar yang nantinya diberikan pada bayi Hana. Hansel menghela napas lega untuk pertama kali setelah dua hari penuh tekanan. Laudya juga tak kuasa menahan tangis saat melihat botol berisi cairan putih itu.

“Hansel ... akhirnya ada jalan. Bayi kita akan selamat dan dia baik-baik saja." bisiknya lirih.

Namun ketenangan itu hanya sebentar. Sebelum ASI donor diberikan, tim medis memutuskan memeriksa ulang kondisi Hana. Beberapa dokter masuk ke ruang rawat intensif. Hansel, Laudya, Rayyan, dan Jamilah menunggu di luar dengan perasaan campur aduk. Setelah hampir satu jam, dokter keluar membawa berkas. Wajahnya serius, semua mata tertuju pada dokter itu.

“Tuan Hansel, Bu Jamilah … setelah pemeriksaan lebih dalam, kami menemukan sesuatu,” ujar dokter perlahan.

Hansel segera mendekat, wajahnya tegang. “Ada apa, Dok? Bagaimana istri saya?”

Dokter menarik napas panjang. “Secara normal, perempuan yang baru melahirkan pasti menghasilkan ASI. Namun, pada Nyonya Hana, kantung ASI sama sekali tidak aktif. Kami sudah stimulasi, bahkan menggunakan obat perangsang, tetapi hasilnya nihil.”

“Tidak mungkin…” Hansel terhuyung, menatap dokter tak percaya. “Hana sehat, dia pasti bisa menyusui…”

Dokter menggeleng. “Kami sudah cek lebih dalam. Ada catatan medis yang menunjukkan kemungkinan gangguan kelenjar payudara sejak lama. Karena itu, Nyonya Hana memang tidak bisa menyusui. Ini bukan karena komanya semata, tetapi karena produksi ASI-nya memang tidak ada.”

Semua orang terdiam, seakan ruangan koridor itu membeku. Jamilah menutup mulut dengan tangan, air matanya jatuh deras.

“Ya Allah … anakku…”

Laudya berdiri kaku, wajahnya pucat pasi. Ia menoleh pada Hansel yang terlihat seperti kehilangan arah. Tatapannya kosong, tangannya gemetar. Rayyan akhirnya yang memecah kesunyian.

“Jadi … bayi ini tidak akan pernah bisa dapat ASI dari ibunya?”

Dokter menatapnya, lalu mengangguk pelan. “Benar, tapi jangan khawatir, Tuan. Bayi tetap bisa tumbuh sehat dengan susu formula khusus, atau dengan donor ASI. Kami akan bantu mencarikan jalan terbaik.”

Hansel merunduk, dadanya sesak. Ia merasa dunia runtuh dua kali, istrinya koma, dan kini tak bisa menyusui anak mereka. Sementara Laudya menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Air matanya jatuh deras, tapi di balik tangis itu ada rasa getir karena ia tahu, sejak awal bayi itu adalah satu-satunya harapan yang ia miliki.

'Apa ini jawaban dari harapanku selama ini? Tuhan memang mengambil hal yang berharga dalam diriku ... tapi mungkin Tuhan menggantikan sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu ... bayi ini.' lirih Laudya dalam hati.

1
Sunaryati
Yang menggunggat cerai itu Laudya, seharusnya tidak meminta harta gono- gini, apalagi tak punya anak, dan kesalahan adalah pada Laudya, kenapa tidak gugat balik perzinahan Ryan dan Laudya bisa masuk penjara. Laudya minta gono- gini karena sudah miskin. 🤣🤣🤣
Sunaryati
Furqan apapun kesalahan papa Hanzel kau harus menghormati, bagaimana mulanya toh papa Hanzel lantaran kau hadir di dunia. Panggil sebutan papa. Dengan menghormati siapapun merupakan menghargai diri- sendiri. Tunjukkan baktimu padanya dengan membantu memulihkan perusahaan, buat Mama Hanna bangga padamu, tunjukkan bahwa kamu mampu Nak Furqan. Jika bisa bantu papamu menyelesaikan masalahnya baik rumah tangga maupun perusahaan
Ani Basiati
lanjut thor
nayla tsaqif
Thorr,, penyebutan nama hansel saat bicara sama furqan seharusnya pake kata "papa" lbh enk di baca,, bukan "aku",, berasa bicara sama orang lain,, bukan anak sama ayah🙏
ken darsihk: Setuju
Baru aja aq mo buat koment seperti ini
Setuju ya thor penyebutan aku nya di buang , kalau Hansel sedang berbicara dengan anak nya Furqan
total 1 replies
Yati Jenal
Furqon mending plng jgn ngurusin yg gk jls
Silvia
Hansel nya plin plan 😔😔
Mundri Astuti
Hansel sama aja kaya emaknya, gila hormat
Rahma
Tah ini baru bab yg memuaskan Krn kebahagiaan melimpahi kehidupan Hana mudh2n g ada yg ganggu lg
Silvia
semoga tidak ada masalah lagi
enungdedy
knp jdi seolah laudya yg tersakiti? dia sndiri yg gk mau hamil..dia sndri yg minta hansel hamilin perempuan lain...skg seolah jdi korban
Ir
ini tinggal nunggu dia Anomali Rohana Laudya tobat
ken darsihk
Nanti mampir thor sdh lounching belum , aq nya blm dpt notif 🤭
Aisyah Alfatih: udah mungkin masih riview ...😁
total 1 replies
Dila Dilabeladila
masya allah thor karya mu banyak bgt.sehat sehat ya thor lancar selalu
juwita: certa baru nya g bisa di buka Thor.
total 2 replies
enungdedy
lah kan elu sendiri yg gk mau hamil kan lidya gmn sih mlh nyalahin hana😄
ken darsihk
Heeiii Laudya tau diri sedikit situ nggak punya harga diri yak , jelas jelas kesalahan bersumber dari diri mu sendiri , koq melampiaskan ke Hana dasar lo Laudya perempuan sun**l nggak punya akhlak 😠😠😠
A.M.G
lidi harus diaapain sih biar tobat
A.M.G
saatnya ketwaa 📢📢📢📢📢
A.M.G
tuh mulut lemes bener kek kunti
A.M.G
kapan sih lidi sadarnya hobi banget nyalahin orang lain jelas jelas itu karna dirinya sendiri🤧🤧🤧
A.M.G
good job 💜💜💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!