Safa, gadis dari kalangan atas terpaksa menawarkan diri untuk menjadi istri dari Lingga, seorang CEO terkemuka demi menyelamatkan Perusahaan orang tua angkatnya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku"
"Kau yakin mau menikah dengan ku?"
"Aku yakin!"
Safa menjawabnya dengan tegas. Tanpa memikirkan suatu saat nanti hatinya bisa goyah dan mencintai Lingga.
Tapi sayangnya hati Lingga telah mati, dia hanya mencintai Asyifa tunangannya yang telah meninggal dunia. Lingga menikah hanya karena paksaan orang tua serta untuk melahirkan penerus keluarganya.
"Dia sangat mencintai anaknya, tapi tidak dengan wanita yang melahirkan anaknya" ~ Safa ~
Bagaimana nasib Safa saat Lingga pulang membawa wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Asyifa? Apa yang akan Safa lakukan disaat dia sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati?
Akankan Safa bertahan atau merelakan suaminya bahagia dengan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Juna
Malam harinya, rumah Lingga terlihat ramai karena kedua orang tua Lingga serta Lintang datang kesana.
Mereka semua berkumpul di ruang tengah meski Lingga sejak terus fokus pada tabnya untuk memeriksa pekerjaannya. Sementara Indra dan Lintang bermain dengan Kendra dan Safa bicara dengan Novita.
"Ma, Safa ke belakang sebentar"
"Mau apa?"
"Mau buat minum untuk Mas Lingga" Ucap Safa yang berhasil membuat mata Lingga beralih dari tabnya untuk menatap Safa.
Lingga memang turun belakangan dan tadi belum sempat di buatkan minum.
"Ya sudah sana!" Ucap Novita.
Sementara Safa sempat melihat ke arah Lingga dan menunjukkan sedikit senyumnya sebelum berlalu menuju dapur.
"Tadi Maminya Syifa datang ke sini?" Novita sengaja menanyakan itu saat Safa tidak ada di sana.
Indra dan Lintang yang sejak tadi asik bermain langsung ikut menatap ke arah Lingga.
"Maminya Syifa sendiri yang bilang sama Mama" Lanjut Novita karena tatapan Lingga seorang bertanya Novita tau dari mana.
"Iya" Jawab Lingga pada akhirnya.
"Apa yang dia lakukan di sini? Apa dia bikin ulah lagi dengan memarahi Safa sperti tadi malam?"
Lingga hanya diam yang menandakan kalau dugaan Novita itu benar.
"Papa memang salah karena mengundang mereka tadi malam. Papa nggak nyangka kalau mereka juga belum ikhlas atas kepergian Syifa seperti mu. Ternyata kalian sama saja!" Cibir Indra pada putranya yang belum bisa melupakan Syifa.
"Kalau dia belum rela atas kepergian putrinya, Mama maklum. Tidak ada satu orang pun yang rela ditinggal pergi anaknya lebih dulu, tapi Mama nggak suka sama caranya. Kenapa Safa justru menjadi sasaran kemarahannya. Safa sudah menerima semua sikap dingin kamu selama ini, kenapa dia harus menerima cacian dari mantan calon mertua kamu itu?" Novita benar-benar meluapkan kekesalannya pada Lingga.
"Mama kamu benar. Apa yang dia lakukan itu keterlaluan. Tidak seharusnya Safa menjadi pelampiasan kemarahannya. Kamu harus bisa tegas menghadapi wanita itu!"
"Semoga nanti calon suamiku bukan orang yang susah move on kaya Kakak. Ngeri juga kalau rumah tangga kaya Kakak sama Mbak Safa. Tapi kok Mbak Safa bisa betah sama Kakak ya? Kalau aku jadi Mbak Safa sih, udah minggat dari lama!"
Lintang ikut bicara karena melihat rumah tangga Kakaknya yang menurutnya mengerikan.
"Ingat, kamu punya adik perempuan. Kamu mau adik kamu berhasil sama seperti Safa. Diabaikan dan tidak dicintai sama suaminya?"
"Dih amit-amit deh Ma. Jangan ngomong gitu dong Ma!" Lintang langsung tidak terima.
Sementara Lingga hanya diam dan tak bereaksi apapun. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini.
"Udah deh Ma, nggak ada gunanya ngomong sama batu!" Bibir Lintang pada Kakaknya.
Tapi setelah itu mereka semua terdiam karena melihat kedatangan Lintang dari dapur yang membawa coklat dingin untuk Lingga.
"Minumnya Mas" Safa meletakkannya pada meja di depan Lingga.
"Iya, terima kasih"
"Sama-sama" Ucapan terima kasih dari Lingga saja sudah mampu membuat Safa tersenyum simpul.
"Asalamualaikum"
"Walaikumsalam" Sahut semuanya karena kedatangan seseorang.
"Wah lagi ngumpul ternyata"
"Sini duduk Juna!" Novita menyambut keponakannya dengan senang.
"Tau mau ke sini kan tadi barengan!" Kata Lintang.
"Tadi nggak ada rencana mau ke sini, tapi kebetulan lewat terus pingin lihat keponakan yang ganteng ini, jadinya mampir" Jelas Juna yang ikut duduk bersama Indra dan Lintang di karpet.
"Aku bawa baju yang lucu buat Kendra" Juna memberikan paper bag berisi beberapa baju anak pada Safa.
"Terima kasih Kak, jadi ngerepotin"
"Enggak sama sekali, kan Kendra keponakan ku juga, iya kan Kak?" Juna meminta pendapat Lingga yang hanya diam saja.
Tampaknya dari semua orang yang ada, hanya Lingga yang tak menyukai keberadaan Juna di sana.
"Hmm" Gumam Lingga seperti menjawabnya dengan terpaksa.
Suasana di rumah Lingga menjadi semakin ramai. Apalagi setelah kedatangan Juna, Safa sampai ikut duduk di bawah bersama Lintang dan juga Juna. Mereka tertawa bersama, membicarakan hal yang receh namun membuat semuanya tertawa.
Hingga Safa menyadari jika Lingga beranjak dari sofa dan menjauh dari mereka menuju ke taman belakang.
"Aku ke belakang dulu ya?" Juna ingin menyusul Lingga.
"Iya Kak"
Safa sempat melihat ke arah taman belakang, di mana Lingga duduk sendirian di gazebo kemudian di susul oleh Juna.
"Kenapa malah memilih menyendiri di sini?" Juna ikut duduk di gazebo.
"Tidak ada alasan" Jawab Lingga dengan datar. Pria itu mengabaikan Juna dan fokus pada tab yang ia bawa dari dalam.
"Safa kalau ketawa kaya tadi cantik ya?"
Jari Lingga yang sedang mengatakan atik tab miliknya langsung berhenti. Dia melirik ke dalam di mana Safa masih berada di sana bersama Lintang dan juga kedua orang tuanya.
"Tapi aku nggak pernah lihat Safa tertawa lepas kaya gitu saat berdua sama kamu" Lanjut Juna membuat Lingga menoleh ke arahnya.
"Sebenarnya apa maumu?" Tanya Lingga.
"Kau sudah tau mau ku Kak. Kalau kau tidak bisa membahagiakannya, lebih baik lepaskan dia. Walau kau mencukupi semua kebutuhannya, tapi wanita itu tidak seperti laki-laki yang berpikir pakai logika, mereka itu memakai perasaan. Safa tidak bisa terus kau perlakukan seperti ini, kasihan dia Kak"
Lingga tersenyum sinis, baru kali ini dia menunjukkan ekspresi wajahnya seperti itu. Biasanya pria itu hanya akan diam dan kemudian pergi begitu saja.
"Urus urusan mu sendiri. Jangan ikut campur urusan rumah tangga orang lain. Sepertinya jadi dokter spesialis masih belum terlalu sibuk sampai menjadikan masalah rumah tangga orang lain sebagai kesibukanmu!"
Juna malah terkekeh mendengar ucapan Lingga. Pria itu sama sekali tak meras sakit hati dengan ucapan Lingga.
"Sebenarnya apa maumu Kak? Kau tidak mencintainya, tapi tidak mau melepaskannya. Kau menahannya, tapi tidak mau membahagiakannya. Kau benar-benar aneh!" Juna sampai geleng-geleng dengan kelakuan Lingga.
"Sebenarnya, kau itu beruntung mendapatkan Safa Kak. Selain cantik, dia juga bukan wanita mata duitan dan gampangan. Dia benar-benar wanita bertanggung jawab. Kalau tidak, pasti dia sudah melarikan diri dari dulu karena menikah dengan pria kaku seperti mu. Untuk apa bertahan dengan pria sepertimu toh, hutang Papanya sudah lunas"
"Atau begini saja" Juna ingin memberikan tawaran kepada Lingga.
Dia berdiri di hadapan Lingga dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya, namun tatapannya tertuju pada Safa yang kebetulan sedang menatap ke arah mereka. Begitu pun Lingga yang ikut menatap ke dalam sana.
"Safa tetap akan menjadi istrimu dan juga Ibu dari anakmu, tapi aku yang akan membahagiakannya, aku yang akan membuatnya tertawa seperti tadi. Gimana Kak?"
bikin penasaran terus..
klw lingga tau penyakit Safa gmn ya..
jadi tambah penasaran AE Thor..