Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Isi hati yang terdalam.
Sesampainya di rumah sakit, Fia segera ditangani oleh dokter. Bang Renes dan Bang Hara menunggu di luar ruang UGD dengan perasaan cemas.
"Seharusnya saya lebih peka," gumam Bang Renes, menyalahkan dirinya sendiri.
"Sudahlah, Ren. Ini bukan salahmu. Ini semua karena abang ketoprak itu libur," hibur Bang Hara, mencoba mencairkan suasana. Ia mulai terbawa panik yang tertahan sebab menyadari keadaan Fia memang cukup mengkhawatirkan.
"Tetap saja, seharusnya saya bisa mencari pengganti yang mirip. Atau setidaknya, saya bisa membujuk Fia untuk makan makanan lain," balas Bang Renes.
Bang Hara menepuk pundak Bang Renes. "Sudahlah, Ren. Yang penting sekarang Fia dan bayimu sudah mendapatkan perawatan."
Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang UGD. Bang Renes dan Bang Hara segera menghampirinya.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Bang Renes cemas.
Dokter tersenyum tipis. "Ibu Fia sudah sadar, Pak. Beliau hanya kelelahan dan kadar gula darahnya sedikit rendah karena terlalu lama tidak makan, ditambah tekanan emosional. Untungnya tidak ada hal serius yang terjadi pada janinnya. Tapi tolong, Pak, jangan biarkan istri Anda kelaparan terlalu lama, apalagi di masa kehamilan muda seperti ini."
Bang Renes menghela napas lega. Ia merasa sangat bersyukur Fia dan bayinya baik-baik saja. Rasa bersalah semakin menyelimuti dirinya. Ia seharusnya lebih sigap, lebih peka dengan keadaan.
"Terima kasih, Dok," ucap Bang Renes.
"Sama-sama, Pak. Silakan temui istri Anda. Beliau sudah bisa di bawa pulang." jawab dokter.
~
Bang Renes dan Bang Hara masuk ke ruang perawatan Fia. Istrinya itu terbaring lemas, namun matanya sudah terbuka.
"Abang..." panggil Fia lirih.
Bang Renes menghampiri Fia dan menggenggam tangannya erat-erat. "Maafkan Abang, Sayang. Abang tidak becus," bisik Bang Renes, air matanya kembali menetes.
Fia menggeleng pelan. "Bukan salah Abang. Fia saja yang terlalu kekanak-kanakan," jawab Fia lemah.
"Abang yang salah, jelas salah Abang. Abang janji, setelah ini Abang akan lebih perhatian. Tidak akan membiarkanmu kelaparan lagi," kata Bang Renes tulus.
Bang Hara hanya bisa terdiam melihat interaksi pasangan itu. Ia merasa terharu melihat cinta yang begitu besar antara Bang Renes dan Fia.
"Selamat sore, ijin.. Kami kirimkan sesuai pesanan Kapten Made Hara." Seorang anggota datang membawa semangkuk bubur hangat dan segelas susu.
"Ccckk.. Pakai sebut nama segala." Gerutu Bang Hara sambil menyambar tas berisi makanan tersebut. "Terima kasih..!!"
"Siap.. Ijin, Danki..!!"
Fia menatap bubur itu, lalu menatap Bang Renes dan Bang Hara secara bergantian.
"Biar Fia makan dulu, baru pulang. Saya tunggu di luar. Cepat sehat, dek..!!" Bang Hara segera keluar.
"Terima kasih ya, Har. Kamu sudah banyak membantu," ucap Bang Renes ke arah Bang Hara.
"Sama-sama, Ren. Aku senang bisa membantu," jawab Bang Hara sambil terus melanjutkan langkah tanpa menoleh dan basa basi.
Bang Renes tersenyum kecut. Ia merasakan sentilan kecil dalam hatinya. Ia merasa Babg Hara masih mencintai istrinya dalam diam namun ia menepis perasaan itu sebab sahabatnya itu juga akan menikah juga.
Tak menunggu lama, Bang Renes menyuapi Fia dengan sabar. Meskipun bukan ketoprak Bogor impiannya, bubur hangat itu perlahan bisa di terima lambung Fia meskipun harus beberapa kali memuntahkannya kembali.
Setelah Fia menghabiskan makanannya, Bang Renes memeluknya erat. Ia tau, ngidam adalah bagian dari kehamilan, dan ia harus selalu siap menghadapi segala tantangannya. Yang terpenting adalah kesehatan dan kebahagiaan Fia dan calon buah hati mereka.
...
Sesampainya Fia di rumah, Bang Renes langsung mengarahkan nya untuk kembali beristirahat dan ia segera menemui Babg Hara di teras depan rumahnya.
"Saya sekalian pamit saja, mau jemput Tata. Tata buta arah, bisa hilang dia di jalan." Kata Bang Hara.
"Sebenarnya sama saja Fia dengan Tata." Kata Bang Renes.
"Iya, bedanya Fia pernah menginjak luar negeri. Fia bagai produk premium import sedangkan Tata di produk eksekutif lokal." Jawab Bang Hara dan akhirnya di rambut tawa Bang Renes.
"Tata pun pernah melihat luar negeri, di Timor karang samping batas. Dulu ayahnya pejuang pemantau titik rawan disana sebelum tutup usia. Dia kembali saat kerusuhan terakhir sekitar tiga belas tahun lalu."
"Oya??" Bang Hara terbelalak mendengarnya.
"Iyaaa..!!"
Fia dan Tata bagi Bang Renes bagaikan kembar mepet. Jujur Bang Renes tau akan hal itu. Keduanya sama-sama pintar sekaligus polos dalam kadar masing-masing. Diam bibirnya hanyalah 'pencitraan' semata. Jika saja Fia tidak sedang dalam keadaan lemah, bibirnya dan bibir Tata sudah seperti enam orang wanita yang sedang berdebat.
"Saya jemput Tata dulu ya..!!" Pamitnya sedikit Terburu-buru.
...
"Satu jam Abang muter-muter cari kamu. Sebenarnya kamu tunggu dimana??" Bang Hara mengurut keningnya karena tak ku junh menemukan Tata di bandara kecil.
"Ya disini."
"Disini itu mana??? Jawab yang benar."
"Di pintu keluar bandara, ada tulisan x-ray."
"Allahu Akbar. Kenapa bisa kesana lagi?? Kamu mau balik pulang ke Jakarta????" Omel Bang Hara. "Tunggu disana. Abang kesana sekarang..!!!!"
:
Bang Hara berkacak pinggang sambil menatap Tata yang kehausan dan meneguk air seperti onta.
"Tulisan segede gambreng juga nggak kamu lihat. Buta huruf atau bagaimana?? Bisa-bisanya ikut rombongan orang." Tak hentinya Bang Hara mengomel melihat istrinya. Tidak ada yang tau setelah acara pernikahan Bang Renes waktu itu, beberapa hari kemudian ia pun meminta menikah dengan Tata. Entah semua baik atau tidak, semua demi melupakan Fia.
"Seharusnya Abang tau keberadaan Tata, Abang kan staff intel. Katanya berdedikasi tinggi." Jawab Tata enteng.
"Hhh.. Kalau bukan istri sudah Abang untel juga tuh bibir. Tidak ada sangkut pautnya masalah jabatan dengan dedikasi versi kepalamu itu."
"Memang iya, kan?"
Bang Hara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia baru tau bahwa Renita tidak sediam seperti yang pernah di 'promosikan'. Ia menggeret koper milik Tata keluar dari bandara menuju mobil.
"Eehh Bang, kenapa Tata belum boleh bilang kalau kita sudah menikah??" Tanya Tata penasaran.
"Pengajuan nikah belum di urus. Abang juga baru selesai amelden." Jawab Bang Hara enteng.
"Tapi Fia juga sembari mengurus berkas, malah sedang hamil sekarang." Ujar Tata yang tidak sepenuhnya paham aturan kemiliteran.
"Beda. Anggap saja Fia hamil duluan, meskipun secara agama sudah sah." Kata Bang Hara mengambang sekenanya.
"Oohh.. Kalau begitu, Tata hamilnya kapan?"
Bang Hara meneguk ludahnya susah payah. Rasanya ia tidak sanggup menjawab. Di hatinya masih penuh dengan bayang Fia. Bahkan Tata di sampingnya tidak pernah cukup membangkitkan gairahnya.
Batin Bang Hara ikut terbolak balik pasalnya nafkah batin adalah salah satu kewajiban yang harus ia berikan pada Tata. Teringat akan kasus perceraian Renes dan Larasati, semua terjadi karena Renes tidak bisa memenuhi kewajiban yang satu itu.
'Abang ingin kamu minta pisah karena kesal sama Abang.'
"Baaang..!!" Tanya Tata lagi.
"Sabaaaarrrr.. Tunggu surat pengajuan nikahnya sah." Jawab Bang Hara memberi alasan dari janji palsunya.
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂