NovelToon NovelToon
Perjodohan Masa SMA

Perjodohan Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Tunangan Sejak Bayi / Dijodohkan Orang Tua / Pihak Ketiga / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:60.9k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

Dijodohkan? Kedengarannya kayak cerita jaman kerajaan dulu. Di tahun yang sudah berbeda ini, masih ada aja orang tua yang mikir jodoh-jodohan itu ide bagus? Bener-bener di luar nalar, apalagi buat dua orang yang bahkan gak saling kenal kayak El dan Alvyna.

Elvario Kael Reynard — cowok paling terkenal di SMA Bintara. Badboy, stylish, dan punya pesona yang bikin cewek-cewek sampai bikin fanbase gak resmi. Tapi hidupnya yang bebas dan santai itu langsung kejungkal waktu orang tuanya nge-drop bomb: dia harus menikah sama cewek pilihan mereka.

Dan cewek itu adalah Alvyna Rae Damaris — siswi cuek yang lebih suka diem di pojokan kelas sambil dengerin musik dari pada ngurusin drama sekolah. Meskipun dingin dan kelihatan jutek, bukan berarti Alvyna gak punya penggemar. Banyak juga cowok yang berani nembak dia, tapi jawabannya? Dingin banget.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Tidur Berdua

“Engh…”

Jarum jam baru menunjukkan pukul 05.35 pagi ketika tubuh Alvyna mulai bergerak perlahan. Geliat pelan mewarnai bangkitnya dari mimpi. Satu tangan mengusap matanya yang masih berat, sementara tubuhnya berguling kecil, mencari posisi nyaman.

Kedua kelopak matanya mulai membuka perlahan, berkedip beberapa kali, menyesuaikan diri dengan cahaya lembut yang mulai menerobos dari celah tirai yang belum sepenuhnya tertutup.

Deg

Tubuhnya langsung menegang. Seluruh kesadarannya seperti terkumpul dalam satu kedipan ketika ia menyadari sesuatu yang sangat ganjil. Lebih tepatnya, mencurigakan posisi tidurnya sekarang…

Alvyna tercekat.

Padahal, semalam ia ingat betul telah menaruh guling panjang di antara dirinya dan El suaminya. Guling yang seharusnya menjadi ‘pembatas sakral’, garis tegas pemisah zona nyaman pribadi.

Dan sekarang? Guling itu entah hilang ke mana. Mungkin terlempar ke lantai atau terbang ke dunia paralel.

Yang jelas, yang menggantikan posisi guling itu adalah El mereka kini berpelukan. Saling menempel erat seakan semalam mereka melewati musim dingin tanpa pemanas ruangan. Kepalanya bertengger nyaman di dada bidang El, sementara tangan Alvyna oh Tuhan melingkar erat di pinggang pria itu. Lebih parahnya, El juga memeluk balik, seolah memang ingin mereka tetap seperti itu.

“Anjir! Ini kenapa posisi tidur gue bisa jadi begini?! Enak banget pula, ck gini banget ya punya suami?” rutuk Alvyna dalam hati. Malu dan shock. Tapi sialnya nyaman terlalu nyaman malah.

Astaga, ini guling bernyawa! Dan parahnya, bikin betah bisa bahaya! Matanya melirik sekilas ke arah jam dinding. Hampir pukul 06.00.

“Di dapur masih kosong kan? Kemarin belum belanja harusnya gue ingetin si El buat ajak belanja! Kok bisa lupa sih!” pikir Alvyna sambil meringis kesal pada dirinya sendiri.

Perutnya sudah mulai protes. “Sarapan di kantin aja kali ya? Iya deh berangkat lebih awal sekalian isi perut. Bisa tumbang gue kalau perut kosong.”

Dengan sangat hati-hati, ia mulai bergerak, mencoba melepaskan diri dari pelukan El. Perlahan, ia memindahkan tangan besar pria itu dari pinggangnya ke atas tubuh El sendiri. Jantungnya berdebar tak karuan.

Saat El sempat mengerang pelan, jantung Alvyna hampir copot. Tapi untunglah, pria itu tidak bangun. Ia bisa bernapas lega.

“Huft oke. Mari kita mandi sebelum drama lain dimulai,” gumamnya pelan sambil bangkit dari tempat tidur.

Ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Gemericik air terdengar samar selama lima belas menit ke depan. Dan ketika ia keluar, tubuhnya segar, handuk membalut tubuhnya, rambutnya sedikit basah menetes.

Ia melirik ke arah ranjang. El masih terlelap. Wajah damai pria itu tampak tak berdosa, padahal tadi pelukannya bisa bikin jantung copot.

“Aman,” desis Alvyna. Ia masuk ke walk-in closet, mengganti pakaian, mengenakan seragam sekolahnya dengan cekatan. Setelah selesai, ia keluar, menghampiri El yang masih bergelung nyaman dalam selimut.

“Ck dasar kebo! Udah mau jam setengah tujuh masih juga tidur!” rutuknya kesal sambil menyilangkan tangan.

“El! Bangun woi! Udah siang El!” serunya sambil menepuk ranjang pelan.

Tak ada reaksi.

“Gue siram juga lo kalau gak bangun-bangun! EL!!” pekiknya lagi dengan nada lebih tinggi.

El hanya bergeliat malas, menarik selimut menutupi wajahnya. Menolak realita.

Melihat itu, Alvyna mendengus, lalu menarik selimut itu dengan paksa. Tubuh El langsung tersibak udara pagi.

“Ck! Engh…” gumam El tak senang, matanya mulai terbuka perlahan. Dahi berkerut, mata sipit menyesuaikan cahaya dari tirai yang kini terbuka lebar.

“Ck baru jam berapa sih Ra berisik banget,” keluh El dengan suara serak khas bangun tidur.

“Gue mau berangkat lebih awal. Belum sempat masak karena lupa ngajakin lo belanja kemarin. Jadi sarapan di kantin aja ya. Harusnya lo berterima kasih karena udah gue bangunin. Telat lo entar,” sahut Alvyna dengan nada khas ‘istri cerewet’.

El meliriknya setengah sadar. “Siapa bilang di kulkas gak ada makanan?” tanyanya, malas.

“Lah bukannya emang kosong? Kemarin cuma....”

“Makanya nanya dulu. Ck turun aja sana cek sendiri!” potong El sambil menarik selimut menutupi wajah lagi.

Dengan langkah berat tapi penasaran, Alvyna turun menuju dapur. Begitu membuka pintu kulkas matanya melebar.

“Astaga!” napasnya tercekat. Kulkas yang semalam kosong kini penuh. Bahan masakan, minuman, cemilan, semuanya tertata rapi dan bahkan ada puding stroberi kesukaannya.

“Ini serius? Kemarin masih kosong. Siapa yang ngisi sebanyak ini? Jangan-jangan El? Tapi kapan? Kok bisa lengkap banget? Dia kan cowok!”

Ia memijat pelipis. Tapi akhirnya menyerah dengan logikanya sendiri. Udahlah, bodo amat tanya nanti aja. Yang penting sekarang masak dulu sebelum telat! celetuknya dalam hati sambil mulai memilih bahan untuk nasi goreng.

Sementara itu, El yang sempat berniat tidur lagi, kini sudah terjaga sepenuhnya. Ia bersandar di headboard, menatap layar ponsel.

Ada pesan dari Darian.

Darian: Send a picture

El membuka foto itu. Diam.

Banyak pesan masuk. Notif panggilan tak terjawab. Salah satunya membuat matanya menyipit tajam.

El: Bar classy ibu kota?

Darian: Yoi, gue ke sana sama cewek gue semalam. Gak sengaja liat cewek lo juga di sana.

El: Thank infonya gue ketiduran. Sorry.

Darian: Santai, siapa tau berguna.

El: Lo tau siapa cowoknya?

Darian: Masih orang yang sama musuh bebuyutan lo.

Genggaman tangan El mengeras. Rahangnya mengeras dan nafasnya mulai memburu. Amarahnya mendidih di balik dada.

“Sialan. Ternyata lo masih berani main belakang, Ly!” geramnya lirih. Nada dingin dan penuh luka.

Ia masuk kamar mandi dengan langkah cepat, mengguyur tubuh dengan air dingin untuk menurunkan emosi yang memuncak. Tapi air pun tak sanggup memadamkan bara di hatinya.

Lima belas menit kemudian, El keluar dan menuju walk-in closet. Saat hendak mengambil seragam, matanya menangkap sesuatu di atas sofa kecil.

Satu set lengkap seragam, sepatu, kaos kaki bahkan celana dalam.

“Lah siapa yang nyiapin? Gue gak punya pembantu. Masa sih Rae?” gumamnya pelan, bingung tapi senang. Di rumah ini cuma mereka berdua.

“Ck udahlah. Disiapin ya tinggal dipake,” lanjutnya sambil mulai mengenakan seragam. Bajunya belum dikancing sepenuhnya saat ia keluar dengan topi hitam di tangan.

Pintu kamar terbuka bersamaan. Alvyna muncul, rambut setengah dikeringkan, membawa tas sekolah.

“Kirain bakal tidur sampe siang lo,” sindir Alvyna sambil mendekati meja rias untuk memakai lip balm.

“Mati dong,” balas El pendek.

“Eh lo yang nyiapin baju gue?” tanya El sambil merapikan kerah.

Alvyna menoleh cepat. “Hmm sekalian tadi,” jawabnya singkat, wajahnya merona.

Ingatan pagi tadi waktu ia menyiapkan baju dan tanpa sengaja menyentuh ‘wilayah pribadi’ El bikin pipinya panas.

Sial. Mana enak banget lagi kulit cowok itu. Halus tapi berotot. Ya ampun! Fokus Ra!

Kalau bukan karena pesan ibunya yang bilang, “Istri itu harus siapin segalanya buat suaminya,” mana sudi dia menyiapkan itu semua.

Sementara El hanya tersenyum kecil. Senyum tipis yang menyiratkan rasa hangat. Jarang sekali dia merasa diperhatikan begini.

“Ck ternyata ada enaknya juga punya istri,” gumamnya. “Setidaknya, dua malam ini gue gak tidur sendiri.”

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
Murni Dewita
tetap semangat dan jangan lupa double up ya thor
Miss Lim
El karakternya labil gak tegas.padahal ceritanya udah bagus.
Cikka Ikka
thor jangan buat alvyna cepat hamil, biarkan dia menikmati masa" sekolahnya dulu 🤭
Ayla nur
lanjut dong
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Sara
bagus ceritanya 😍
Sara
jangan lama-lama thor update nya 🥰
Yanuaretnaning Sekar Laras Laras
bagus banget .. seru ...
Murni Dewita
double up thor
Ayla nur
cih sekarang baru nyesal
Sara
lanjut
Sara
lnajut
Reni Anjarwani
doubel up thor
Maima Elfaam
Kecewa
Adira_chan
cerita nya sangat bagus
Murni Dewita
double up thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
rehan baru menyesal , bagaimana rasanya anak kandung tersakiti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!