NovelToon NovelToon
MONOLOG

MONOLOG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:507
Nilai: 5
Nama Author: Ann Rhea

Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.

Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.

Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjuangan Bersama

Kenziro dan Lyodra bukan pasangan yang tiba-tiba kaya mendadak loh, apalagi dapat warisan. Semua dimulai waktu masih SMA.

Kenziro punya otak yang mayan encer di bidang teknologi, nah kalau Lyodra jago mengatur strategi, komunikasi, dan branding. Dari situ mereka sepakat bikin sesuatu bareng yaitu startup kecil-kecilan yang awalnya kelihatan kayak proyek main-main anak sekolah di waktu gabut.

Uang pertama didapat dari jasa sederhana. Hanya bikin aplikasi buat UMKM sekitar sekolah, ngebantu toko-toko kecil biar punya sistem kasir digital.

Gak banyak yang percaya, tapi satu demi satu klien datang karena hasilnya benar-benar ngebantu. Dari situ mereka sadar kalau ini bisa jadi bisnis serius.

Begitu masuk kuliah, mereka makin matang. Startup yang awalnya cuma alat bantu kasir semakin berkembang jadi platform manajemen usaha kecil.

Padahal awalnya berkali-kali ditolak investor, gagal dalam kompetisi, bahkan hampir bangkrut. Tapi mereka tahan, karena yang bikin kuat bukan cuma idenya, melainkan komitmen mereka berdua.

Hal yang bikin perjalanan ini makin berarti, orang tua mereka jadi pihak pertama yang percaya. Ayah dan ibu dari kedua belah pihak bukan cuma memberi restu, tapi langsung turun tangan jadi investor awal sekaligus sponsor. Kepercayaan itu menular, beberapa teman orang tua mereka ikut investasi. Semua yakin kalau visi Kenziro dan Lyodra bakal jadi besar.

Di luar itu, Kenziro juga gak mau pasang taruhan di satu bidang aja. Ia buka beberapa usaha lain dari kuliner, fashion, dan beberapa proyek sampingan biar ada pemasukan tambahan. Semua itu jadi pondasi finansial yang bikin mereka makin kuat.

Dan bisa cepat nabung buat bekal masa depan.

Butuh sebelas tahun sampai usaha itu benar-benar jadi raksasa. Dari anak SMA nekat bikin aplikasi seadanya, sampai akhirnya punya valuasi perusahaan ratusan miliar.

Maka harusnya wajar ya ketika mereka menikah, pestanya sampe menghabiskan seratus miliar, karena itu bukan sekadar resepsi mewah. Itu simbol perjalanan panjang, dari tahap pendekatan lalu sebelas tahun pacaran, sebelas tahun kerja keras, sebelas tahun menanam mimpi yang akhirnya berbuah.

Tapi setelah menikah, realita gak selalu seindah pesta. Usaha mereka gak lagi mulus terus, ada naik-turunnya. Pasang-surut bisnis mulai jadi ujian baru dalam rumah tangga. Pertanyaan besarnya cukup kuatkah cinta yang dulu jadi bahan bakar kesuksesan, untuk bertahan ketika badai benar-benar datang?

Apalagi ketika kesibukan pekerjaan mulai menyita waktu mereka? Apalagi Lyodra bekerja sebagai manager di kantornya sendiri dan Kenziro sebagai pemimpinnya.

Dimana, tugas masing-masing jelas berbeda dan melelahkan.

...--✿✿✿--...

Baru sebulan menikah, Kenziro mulai merasa ada yang janggal. Seolah-olah setelah pesta megah yang menguras ratusan miliar itu ngebuat masalah justru datang bergantian.

Yang pertama, laporan keuangan perusahaan menunjukkan ada dana raib dengan jumlah fantastis. Lebih parah lagi, muncul catatan pembelian sebuah vila misterius yang tidak pernah mereka sepakati. Hidung bisnisnya langsung curiga kalau ini bukan sekadar kesalahan administrasi apalagi keliru pas merevisi laporan keuangan karena ngantuk, tapi indikasi pencucian uang.

Kecurigaan itu semakin kuat pas kabar lain masuk kalau salah satu divisi ketahuan bermain kotor. Korupsi yang jumlahnya cukup mengguncang stabilitas perusahaan. Jika uang itu tidak kembali, konsekuensinya jelas akan PHK besar-besaran. Puluhan karyawan bisa kehilangan pekerjaan dalam sekejap.

Kenziro jelas gak akan tinggal diam. Ia segera membentuk tim investigasi internal, mengulik setiap data, setiap transaksi. Namun, akibatnya ia semakin jarang di rumah. Pulang larut malam, berangkat sebelum fajar.

Dan meskipun ia dan Lyodra bertemu di kantor, hubungan mereka lebih mirip atasan dan bawahan ketimbang suami-istri.

Kadang, batas antara pekerjaan dan rumah tangga jadi buram. Debat kecil muncul hanya karena salah satu membawa suasana kantor ke meja makan. Yang tadinya ingin saling menenangkan, justru sering berakhir dengan saling menyalahkan.

Di titik ini, keduanya mulai sadar kalau pernikahan bukan cuman sekadar soal cinta dan pesta megah. Ada tanggung jawab besar yang ikut menempel, dan ujian itu datang lebih cepat dari yang mereka bayangkan.

Secepat korupsi lihat peluang, matanya langsung hijau kayak tuan Crab.

--✿✿✿--

Matahari sudah tenggelam sejak tadi, tapi anehnya matahari tidak mengeluh karena tenggelam apalagi minta bantuan tim sar buat tolongin. Justru malah keenakan meredup dan hilang ditelan waktu.

Kenziro masih menatap laporan kusut dengan wajahnya tegang, setegang kanebo jering.

Lyodra sendiri baru selesai membereskan file dan menatap suaminya, kayak natap cucian kotor. "Ken, aku rasa untuk kasus ini jangan langsung maun PHK dulu deh. Kita kasih peringatan aja, biar ada efek jera tapi nggak sampai kehilangan karyawan. Nanti semua orang tau dong usaha kita lagi bermasalah. Justru kalo bisa mending sebar banner buka loker baru biar dikira usaha kita makin maju."

Kenziro menghela napas seberat kayak lagi ngangkat traktor. "Liliput, ini udah keterlaluan. Baru sebulan kita nikah, dan aku nggak mau kamu campur aduk perasaan sama keputusan perusahaan. Korupsi itu bukan hal sepele. Kalo gitu terus bisa miskin kita. Emang kalo aku gak ada duitnya kamu masih mau? Ngga kan."

Lyodra merasa sedikit tersinggung. Eh bukan sedikit banyak banget lah kayak salju. "Aku bukan campur aduk, aku cuma lihat dari sisi manusiawi. Mereka kerja udah bertahun-tahun. Kalau langsung dipecat, gimana keluarganya?"

Kenziro menutup map, dan menatap Lyodra seperti menatap spaghetti basi. "Kamu kan manajer kantor bukan mediator keluarga mereka. Kalau kita lembek, yang lain bisa ikut-ikutan. Aku harus tegas biar gak di perlakukan seenaknya."

Lyodra diam sebentar, lalu menahan nada suaranya biar gak meledak kayak balon di tusuk dor. "Kamu suami aku juga, Ken. Aku cuma nggak mau kamu terbawa emosi sampai lupa ada jalan lain selain memecat. Mereka kan gak salah."

"Iya gak salah, tapi yang mau bayar mereka siapa kalo kita gak terlalu perlu jasanya? Mau kamu bayar pake uang pribadi?"

"Gak gitu juga Kentut. Kamu lagi cape makanya emosian terus sih, aku juga cape tau Ken. Aku gak nyangka bakalan kayak gini." Bahu Lyodra naik turun, raut wajahnya berubah pasrah. Separah antri bansos pas gak dipanggil-panggil.

Kenziro mengeraskan rahang, lalu melembutkan sedikit nada bicaranya biar gak jadi bensin. "Jangan bawa status suami-istri kita ke ruang rapat. Aku takut kita malah jadi sering debat kayak gini. Dan semuanya melebar gak terkontrol. Kerjaan ya kerjaan, pribadi ya pribadi aja sayang."

Lyodra menunduk, menekan ujung kukunya di kulit. "Justru karena kita suami-istri, aku mau ngingetin kamu kalau setiap keputusan ada dampaknya di luar angka-angka. Aku cape Ken, mau pulang."

"Aku pesenenin taksi mau ya?"

Saat Kenziro sudah membuka aplikasi, Lyodra menolaknya dengan alasan dia mampu bawa mobil sendiri lagian belum terlalu larut malam.

"Aku mau nongkrong dulu sama temen," kata Lyodra memberitahu bukan meminta izin. "Lagian kamu juga masih sibuk, dari pada dirumah sendiri gabut. Tapi aku usahain pulang sebelum kamu sampai dirumah."

Kenziro pun memeluk dan mengecup keningnya. "Take care sayang. Laki-laki apa perempuan temennya?"

"Cewek. Emang kalo sama cowok janji kamu gak akan ngamuk?"

Kenziro hanya menggelengkan kepala. "Kalo gak ada aku, gak boleh."

...--✿✿✿--...

Malam itu kamar udah gelap. Lyodra kayaknya udah tidur duluan, lagian Kenziro pulang hampir tengah malam dan itu juga belum pada selesai.

Tapi begitu Kenziro naik ke ranjang dan melingkarkan tangannya, ternyata dia belum benar-benar terlelap.

"Maafin aku bentak kamu di kantor tadi," bisik Kenziro.

"Kayaknya emang bener, pasangan itu gak boleh satu pekerjaan. Karena nantinya bakalan merambat kemana-mana, jadi gak profesional deh," jawab Lyodra pelan.

Kenziro menghela napas berat. "Terus kamu maunya gimana? Mau pindah ke anak kantor aja? Ngga kerja bareng aku di kantor pusat?" Ia berhenti sebentar, lalu menambahkan. "Padahal aku lebih seneng kalau kita bareng, bisa saling jaga. Bukan karena aku ngga percaya sama kamu, tapi lebih cuma pengen tahu kamu baik-baik aja."

"Mungkin aku bisa pindah ke anak kantor, ya."

Kenziro menarik napas panjang, menatap punggung Lyodra yang masih membelakanginya seperti tengah ngambek gak dikasih uang bulanan. "Nanti aku pikirin. Kalau memang itu bisa bikin kamu lebih tenang, ya gapapa. Tapi jangan langsung mutusin sendiri kali, aku kan masih hidup belum modar."

Lyodra menggeliat pelan, lalu berbalik menatapnya dalam gelap. Cuman kelihatan matanya aja yang menyala seperti lampion. "Aku juga nggak mau jauh dari kamu, Ken. Cuma… kalau setiap kali kita ribut, urusannya nyambung ke pekerjaan, aku takut rumah ini nggak punya ruang buat kita jadi suami-istri.”

Kenziro diam. Kata-kata itu menamparnya lebih keras daripada rapat investor yang paling sengit sekalipun, tapi tak lebih keras dari hidup kalau gak ada duit. Lalu ia meraih tangan Lyodra, menggenggamnya erat. Seperti menggenggam emas batangan yang banyak.

"Kalau kamu pindah ke anak kantor, aku janji sering main ke sana. Aku nggak bakal biarin kamu ngerasa sendirian."

Lyodra menatapnya lekat-lekat, lalu tersenyum tipis. "Kita baru sebulan nikah, tapi rasanya udah kayak sepuluh tahun ya."

Mereka berdua tertawa kecil, meski ada sisa getir di dada masing-masing. Malam itu, mereka tertidur dalam pelukan, dengan satu pertanyaan besar yang menggantung di kepala apakah cinta bisa bertahan di tengah badai bisnis yang tak kenal kompromi? Atau justru goyah karena merasa ada orang ketiga yang lebih mengerti kita?

"Kalau di gabungin, kita udah bareng dua belas tahun," kata Kenziro. "Haha awet banget, kita aja sampe bisa nyicil dua mobil sampe lunas."

1
douwataxx
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
Ann Rhea: makasihh, stay terus yaa
total 1 replies
menhera Chan
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Ann Rhea: wahh selamat menemani waktu luangmu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!