Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpisah Sementara
Ava mendengarkan sedikit percakapan itu, hanya bisa menangkap sepenggal percakapan sepihak.
“...Mengerti.” “ ...Kapan?” “...Lokasi?” “...aku paham. Aku akan berada di sana dalam 18 jam.”
Lalu Devon menutup teleponnya dan menggenggamnya erat. Dia berdiri di sana selama beberapa saat, membelakangi Ava, menatap keluar jendela.
“Ada apa? Ada masalah?” tanya Ava dengan suara pelan.
Akhirnya, Devon berbalik. Lalu dia menghela napas panjang.
“Baby,” ucapnya, suaranya rendah. “Aku ….”
“Kau harus pergi, hmm?” ucap Ava, menyelesaikan kalimatnya. Dia mencoba membuatnya terdengar biasa, tapi suaranya sedikit gemetar.
Devon mendekati ranjang dan berlutut di depannya, tangannya yang besar meraih tangannya yang kecil. “Ada sebuah kasus. Sebuah … insiden. Di New York. Mereka membutuhkanku di sana. Aku harus memimpin tim ini.”
“Aku mengerti,” bisik Ava, meski sedikit kecewa. Dia mengerti. Dia akan selalu mengerti. Itu adalah bagian dari kesepakatan saat menjalin hubungan dengan seorang pria seperti Devon.
“Aku tidak bisa meninggalkanmu di sini,” kata Devon, matanya menatapnya begitu dalam hingga membuat Ava terdiam.
“Aku ingin bersama Alex saja sampai kau menyelesaikan pekerjaanmu. Bisakah kau membawaku ke tempat Alex? Please.”
Devon sebenarnya sedikit keberatan dengan permintaan Ava karena saat ini Alex ada di rumah sakit Los Angeles. Dan itu artinya dia akan berpisah sementara dari Ava.”
Namun kemudian, Devon meletakkan tangannya di pipi merah Ava. “Baiklah,” ucapnya. “Tapi ingat, kau tak boleh protes karena aku akan memberimu bodyguard.”
Ava mengangguk, tak menolak dan hanya menurut saja. “Baiklah.”
Devon menariknya ke dalam pelukan yang erat, wajahnya dia sembunyikan di leher Ava. “Aku akan segera menyusulmu ke sana nanti.”
Momen mesra mereka di atas ranjang tadi sudah jauh tertinggal, digantikan oleh hal yang sangat mendesak.
Mungkin Devon bisa bercinta dengan Ava sekarang juga, namun itu akan terkesan terburu-byru dan mereka tak akan menikmati hal itu nantinya.
Devon akan menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya bersama Ava nanti.
*
*
*
Kabin mobil itu sunyi. Dengung mesin yang halus seharusnya menjadi suara yang menenangkan, tapi bagi Ava, itu justru menjadi pengingat akan kesendiriannya lagi.
“Kau akan terbang sendiri ke Los Angeles” ujar Devon, ketika mobil akhirnya berhenti di samping pesawat pribadi Devon dan kini pria itu menatapnya langsung. “Jet ini akan membawamu. Kru di sana adalah orang-orangku, yang paling terpercaya. Mereka akan melindungmu.”
Ava menoleh ke arah pesawat. “Ini … pesawat milikmu?” Bibirnya sedikit terbuka.
“Hmm … ayo keluar. Aku akan mengantarmu ke dalam.”
“Kau … polisi, kan? Tapi, bagaimana bisa memiliki pesawat pribadi? Aku tahu orang tuamu … hmmm … kaya, tapi …” Ava melihat Devon.
“Hei, kita tak sempat membicarakan ini. Ayo,” Devon menarik tangan Ava keluar dari mobil.
“Lalu kau naik apa?” tanya Ava ketika mereka sudah keluar dan menuju tangga pesawat.
“Aku akan naik pesawat komersil ke New York.”
Ava menaiki tangga bersama Devon dan ketika akhirnya mereka ada di depan pintu pesawat—Devon menariknya ke dalam pelukan erat, mencium keningnya.
“Begitu misi ini selesai, aku akan ke Los Angeles,” janjinya, suaranya rendah dan penuh keyakinan. “Aku akan menyelesaikan urusan di New York dengan cepat.”
“I love you,” bisik Devon, menekankan setiap kata. “Tetaplah menungguku dan jangan pernah menghilang lagi.”
Ava mengangguk lalu mencium bibir Devon dengan lembut. “Hati-hati lah.”
Lalu Devon berbalik dan turun dari tangga pesawat.
Ava menyaksikannya pergi, hatinya merasa sedikit sakit melihat kepergiannya—tanda bahwa wanita itu menyimpan cinta yang sama besar pada Devon.
*
*
Pesawat akhirnya lepas landas, dan Ava menatap keluar jendela saat Italia menghilang di bawahnya. Dia tidak menangis.
Tapi ada kekosongan yang aneh. Penerbangan ke Los Angeles terasa sangat lama. Ava mencoba tidur, tapi pikirannya terus melayang kepada Devon.
(JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YAAAK)