'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. KHM
...~•Happy Reading•~...
《Sebelumnya.
Nathania tertidur karena kelelahan menangis. Dia terbangun oleh rasa lapar yang mengaduk perutnya. Sambil memegang perut, dia bangun dan duduk di tepi tempat tidur untuk mengumpulkan kesadaran yang masih tercecer.
Ketika melihat masih mengenakan pakaian ke kantor , dia menyadari yang terjadi sebelumnya. Dia berdiri mengambil air mineral untuk melegakan tenggorokan dan mendiamkan perutnya, sebelum menyiapkan sesuatu untuk dimakan.
Sembari panaskan air, Nathania ambil ponsel untuk melihat waktu. Dia terkejut sudah hampir tengah malam dan banyak misscall, terutama dari Andy. Dia langsung memblokir nomor telpon Andy tanpa berpikir, sebab suasana hatinya kembali memburuk melihat namanya.
Namun emosinya berganti dengan was-was saat melihat Amelia dan kakaknya telpon beberapa kali dan mengirim pesan. Nathania menepuk dahinya. 'Amel pasti sangat khawatir.' Dia ingat kejadian di depan gedung kantor sebelum naik motor dan tidak sempat pamit pada Amelia.
Dia langsung mengirim pesan kepada Amelia untuk menjelaskan, mengapa dia tidak bisa terima telpon dan baru membalas pesan. Dia tidak telpon balik, karena sudah larut.
Sejenak dia menahan nafas sebelum mengirim pesan kepada kakaknya. 'Kak Nike pasti sangat khawatir, aku tidak angkat telpon. Huuuu.'
Suasana hatinya sangat buruk, jadi dia putuskan untuk kirim pesan dan menjelaskan saja. Namun dia terkejut melihat kakaknya langsung telpon.
"Dek, kau ngga pa'pa?" Kakaknya langsung bertanya dengan suara cemas dan panik disertai tarikan nafas.
"Ngga pa'pa, Kak. Aku kecapean kerja belakangan ini, jadi, tadi tertidur." Nathania tidak menceritakan yang terjadi, agar kakaknya tidak khawatir.
Betapa lega rasa hati Nike mendengar suara adiknya, setelah berulang kali telponnya tidak direspon. Sedangkan tidak ada orang lain di Jakarta yang bisa dihubungi untuk dimintai tolong mengecek keadaan adiknya.
Apa lagi perasaannya tidak enak dan terus mengingat adiknya sejak siang. Hal itu membuat dia tidak bisa tidur dan terus berdoa, berharap adiknya baik-baik saja.
"Syukur'lah. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup, Dek." Nike mengingatkan, karena mendengar suara adiknya tidak riang seperti biasa dan sangat parau. Walau hatinya ragu mendengar suara adiknya seakan baru habis menangis, dia tidak menanyakan lebih lanjut. Yang penting sudah bisa bicara dengan adiknya.
"Iya Kak, makasih. Kak Nike lanjut tidur lagi. Maaf sudah bangunin." Nathania tahu, kakaknya sedang khawatir. Oleh sebab itu, dia berusaha tenang dan kembali minum air mineral untuk melegakan tenggorokan.
"Iya, Dek. Ngga pa'pa. Kakak telpon, karena ingat adek terus sepanjang siang." Ucapan kakaknya membuat Nathania terdiam dan hatinya terenyuh. Dia ingat yang dialami sepanjang hari, sedih dan sakit hati.
"Oh, iya, Dek. Tadi kakak mau tanya juga. Nanti bisa ambil cuti, ngga?" Pertanyaan kakaknya membuat Nathania menepuk dahi. Dia lupa dengan permintaan kakaknya untuk pulang.
Kesibukan mengerjakan tugas sebagai karyawan training membuatnya tidak menyadari waktu berlalu begitu cepat. Dia sudah membuat catatan untuk bertemu pimpinan setelah istirahat siang. Namun peristiwa beruntun yang terjadi di Mall seakan menutupi pikirannya.
"Kak, maaf. Aku ngga bisa cuti, karna masih training. Aku bisa pulang akhir pekan saja?" Nathania berharap tidak mengecewakan kakaknya.
"Bisa saja, Dek. Cuman lebih baik, kau pulang lebih awal buat bantu, bantu. Memang ada teman dan WO yang kerjakan, tapi alangkah baik ada Thania juga."
"Kakak juga mau bicarakan hal penting denganmu sebelum hari H." Kakaknya menekankan dan berharap, Nathania bisa pulang lebih awal untuk acara pernikahannya.
"Aku usahakan ya, Kak. Besok Aku coba bicara dengan pimpinan. Semoga bisa diijinkan libur, ngga masuk kerja dua hari." Nathania langsung memutuskan, agar kakaknya bisa tenang.
"Ok, dek. Kalau sudah dapat ijin, info, ya. Nanti kakak pesan tiket kereta." Nike tahu, adiknya belum gajian dan mungkin kekurangan uang untuk pulang.
"Ngga usah, Kak. Aku masih ada uang untuk beli tiket kereta." Nathania menolak halus. Dia bersyukur tidak jadi membayar tunai setengah harga ponsel yang dia pecahkan.
"Baik. Kalau begitu, istirahat lagi. Nanti besok bangun kesiangan. Kalau butuh sesuatu, kasih tahu kakak secepatnya. Jangan simpan sendiri, Dek." Perasaan Nike belum lega mau menutup telpon. Tapi dia terpaksa menutup, karena sudah larut.
Nathania jadi duduk terhenyak dan merasa bersalah, karena tidak lakukan niatnya, untuk minta ijin sebelum pulang kerja. Kejadian dengan Andy membuat dia lupa segalanya. Sambil menarik nafas panjang, dia bangun membuat sereal untuk mengisi perutnya yang mulai merintih minta diperhatikan.
'Ini hari Senin. Lima hari lagi kakak menikah. Paling lambat aku harus pulang hari kamis, supaya bisa bantu Kak Nike. Bagaimana kalau aku ngga dikasih ijin?' Nathania menghitung hari untuk pulang.
'Terpaksa aku pulang Jumat setelah pulang kerja. Berarti aku tidak bisa bantu Kak Nike.' Nathania terus berpikir sambil membuat sereal.
~*
Ke esokan paginya ; Nathania sudah berada dalam kereta api menuju Bandung. Air matanya terus mengalir mengingat apa yang terjadi di tempat kost saat hendak berangkat kerja.
Saat mau berangkat kerja, dia terkejut melihat mobil Andy sedang parkir di depan tempat kost. Akhirnya dia kembali ke kamar kost lalu hubungi pengemudi ojol, agar tidak menjemput. Dia langsung cancel, agar Andy tidak tahu dia masih ada di tempat kost.
Nathania sangat marah, tapi juga sedih. Dia tidak bisa bekerja dengan tenang lagi, kalau Andy terus menerus menjemput di tempat kost atau tempat kerja.
Dia duduk di tepi tempat tidur dengan hati dan pikiran yang berat. Semua harapan indah yang mulai dibangun untuk masa depannya dengan bekerja di perusahaan tambang batu bara, menguap seketika.
Dia menunduk lalu berdoa, sebelum memutuskan yang baik baginya. Dengan hati yang makin sarat, dia mengambil koper, lalu memasukan semua barang pribadi yang ada di tempat kost. Kemudian pergi menemui pemilik kost untuk menyerahkan kunci kamar.
Setelah mengintip Andy tidak ada lagi di depan tempat kost, Nathania pesan mobil online menuju stasiun kereta api.
Maka sekarang dia berada dalam kereta api meninggalkan Jakarta. Kota penuh kenangan manis dan pahit. Harapan akan memiliki karier dan masa depan yang baik menguap seperti embun pagi.
~*
Matahari mulai bersinar terang saat Nathania tiba di stasiun Bandung. Kakaknya sudah menunggu di pintu keluar. Nathania terharu melihat kakaknya mengangkat tangan sambil tersenyum riang melihat dia keluar sambil membawa koper dan sebuah tas di atasnya.
"Kakak sudah merepotkanmu." Nike memeluk hangat adiknya yang balik memeluknya dengan erat dan mata berkabut.
Ketika memeluk dan melihat Nathania dari dekat, Nike yakin sedang terjadi sesuatu dengan adiknya. Sebab bukan saja dia tiba-tiba bilang sudah dalam kereta menuju Bandung, tapi kondisinya menunjukan sedang terguncang, hebat.
Rasa bahagia Nathania terasa berbeda, bernuansa sedih. Matanya terlihat merah dan agak bengkak, bekas menangis.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...