menceritakan gadis cantik yang berwajah baby face dengan jilbab yang selalu warna pastel dan nude yang menjadi sekretaris untuk melanjutkan hidup dan membantu perekonomian panti tempat dia tinggal dulu. yang terpaksa menikah dengan CEO duda tempat dia berkerja untuk menutupi kelakuan sang ceo yang selalu bergonta ganti pasangan dan yang paling penting untuk menjadi mami dari anaknya CEO yang berusia 3 tahun yang selalu ingin punya mami
dan menurut yang CEO cuman sang seketerasi yang cocok menjadi ibu sambung untuk putri dan pasang yang bisa menutupi kelakuannya
dan bagaimana pernikahan Kontrak ini apakah akan berakhir bahagia atau berakhir sampai kontrak di tentukan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetmatcha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Setelah sampai di kantor, Nayla langsung menghela napas pelan. Hari ini rasanya begitu panjang, padahal waktu masih menunjukkan pukul setengah dua siang. Ia buru-buru berjalan ke mejanya, merapikan jilbabnya yang sedikit berantakan karena terburu-buru di perjalanan, lalu duduk dan menyalakan kembali komputernya.
Di layar, file laporan yang sempat tertunda tadi pagi sudah terbuka. Tanpa banyak pikir, jemari mungilnya kembali menari di atas keyboard. Suara ketikan yang ritmis memenuhi meja kerjanya, seolah jadi latar musik kecil di tengah keheningan kantor.
Nayla berusaha fokus, padahal pikirannya tidak bisa tenang. Tadi pagi ia baru saja menandatangani kontrak pernikahan yang masih terasa asing di hatinya. Sebuah ikatan yang seharusnya suci, tapi kini baginya hanya sebatas kesepakatan kertas. Hatinya mengganjal, namun demi panti asuhan tempat ia dibesarkan, Nayla memilih untuk bertahan.
Baru saja ia menghela napas lega karena berhasil menyelesaikan satu bab laporan, suara langkah tinggi–hak sepatu yang menghentak lantai dengan angkuh membuyarkan konsentrasinya.
Seorang wanita dengan gaun bodycon ketat berwarna merah menyala berdiri di hadapannya. Rambut panjangnya yang bergelombang dibiarkan tergerai, bibir merahnya tersenyum tipis namun sinis. Aura percaya dirinya begitu kuat, hingga Nayla yang duduk merasa tertekan hanya dengan sekali tatapan.
“Eh, kamu,” suara wanita itu terdengar nyaring, membuat beberapa karyawan menoleh sekilas. “Agra ada di dalam, kan?”
Nada bicaranya terdengar meremehkan, seolah Nayla hanyalah resepsionis tak berarti.
Nayla menoleh perlahan, bibirnya tersungging senyum sopan meski hatinya terasa menusuk.
“Ada, Mbak. Pak Agra ada di dalam. Mau saya antar sekalian?” ucapnya dengan ramah, mencoba menjaga profesionalisme.
Wanita itu mendengus kecil. “Gak usah. Aku bisa sendiri.”
Tanpa menunggu balasan, ia melangkah masuk ke ruangan Agra sambil membetulkan gaun ketatnya.
Nayla hanya bisa menunduk, lalu kembali menatap layar laptopnya. Namun, pikirannya langsung dipenuhi banyak pertanyaan.
Ya Allah… apakah aku sanggup menjalani rumah tangga dengan pria seperti dia? Seorang cassanova yang dikelilingi wanita-wanita seperti itu? Hatinya bergetar, matanya mulai terasa panas. Tapi aku harus kuat. Aku akan berusaha menjadikannya laki-laki yang lebih baik. Bukan demi aku, tapi demi dirinya sendiri… dan anak-anaknya nanti. Walaupun aku tidak mencintainya, aku ingin ketika saatnya kami berpisah, dia sudah menjadi suami dan ayah yang baik.
di dalam ruangan Agra wanita seksi itu duduk di pangkuan Agra dan berkata "itu seketaris kamu ya sayang, muda banget wajahnya cantik lagi awas aja kamu jatuh cinta sama dia ucap cewek seksi itu manja"
Tapi aku yakin kamu gak akan tertarik dengan seketaris kamu itu lihat aja pakai nya tertutup gitu pasti kaku gak selera kan sayang ucap wanita itu lagi
agra tersenyum mendengar ocehan wanita itu, dia tidak tau saja wanita yang dibicarakan nanya sebentar lagi akan jadi istrinya dan ibu untuk anaknya walaupun mereka menikah kontrak dan derajat lebih tinggi dari wanita wanita yang pernah tiduri bersamanya
oh ya sayang kapan kamu mau kenalin aku sama orang tua kamu dana anak kamu sayang ucap wanita itu lagi
Nantik kalau udah ada waktu yang tepat pasti kalian akan jumpa ucap Agra dengan senyum remehnya
Dalam hati dia berkata tidak mungkin wanita seperti mereka akan dia jadikan menantu di keluarga dirgantara dan itu untuk anaknya.
Emang pilihannya udah tepat memilih Nayla untuk menjadi istri dan ibu untuk nya.
Kembali ke meja Nayla
Waktu berjalan lambat. Dua jam kemudian, suara pintu ruangan Agra terbuka. Wanita seksi itu keluar dengan langkah angkuh, wajahnya tersenyum tipis penuh kemenangan. Beberapa karyawan menoleh diam-diam, sebagian berbisik, namun Nayla tetap menunduk, berpura-pura sibuk dengan laptopnya.
Wanita itu sempat melirik Nayla sekilas, seakan berkata tanpa kata: lihatlah, aku lebih berarti daripada kamu. Lalu melenggang keluar dengan bau parfum menyengat yang tertinggal di udara.
Nayla menahan napas dalam-dalam. Aku tidak boleh cemburu, pikirnya, aku tidak punya hak. Semua ini hanya kontrak. Jangan bodoh, Nayla.
Jam pulang kerja akhirnya tiba. Kantor mulai lengang, satu per satu karyawan berkemas. Nayla baru saja mematikan komputernya ketika pintu ruangan Agra kembali terbuka. Kali ini, sosok tinggi berjas rapi itu keluar. Wajahnya tampak lelah, namun tatapan matanya tetap tajam.
“Ingat,” ucap Agra singkat sambil menoleh ke arahnya. “Nanti jam tujuh aku jemput kamu. Kita akan bertemu orang tua saya.”
Nayla tertegun. Detak jantungnya seakan melonjak. Pertemuan dengan orang tua? Ia tidak pernah membayangkan sejauh ini.
“I-iya, Pak,” jawabnya gugup. “Nanti saya tunggu di lobi apartemen.”
Agra mengangguk singkat, lalu melangkah pergi tanpa menambahkan apa-apa lagi.
Nayla menarik napas panjang. Tangannya sedikit gemetar ketika ia merapikan tasnya. Malam ini akan jadi malam yang panjang, pikirnya. Ia tidak tahu apakah orang tua Agra akan menerima dirinya dengan baik atau justru menolaknya mentah-mentah.
Sementara itu, di parkiran basement, Agra berjalan bersama Dion. Suasana santai, namun percakapan mereka cukup serius.
“Jadi lu beneran mau ajak Nayla ke rumah orang tua lu?” tanya Dion sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
“Iya lah,” jawab Agra datar. “Makanya gue pulang cepat. Jam tujuh gue jemput Nayla.”
Dion mengangkat alis, sedikit terkejut. “Wih, lu serius banget, bro. Biasanya lu santai kalau urusan cewek.”
Agra menoleh sekilas, senyum tipis tersungging. “Ini beda. Gue harus bikin nyokap bokap percaya kalau hubungan gue sama Nayla serius.”
Dion hanya terkekeh kecil. “Ya udah, good luck. Semoga lancar.”
Tiba-tiba ponsel Agra berdering. Ia melihat layar: “Mama”. Wajahnya sedikit melunak saat mengangkat.
“Halo, Ma… iya, nanti Agra bawa calon istri Agra. Pasti Mama suka, kok.”
Dari seberang terdengar suara ibunya yang hangat, penuh semangat. Agra mendengarkan sambil tersenyum tipis, lalu menjawab lagi,
“Iya, Ma. Oke, sampai ketemu nanti.”
Setelah menutup telepon, Agra diam sejenak. Ada perasaan asing di dadanya. Ia sendiri tidak yakin apakah ini hanya permainan atau benar-benar awal sesuatu yang baru.
Di sisi lain, Nayla sudah tiba di apartemennya. Ia meletakkan tas, lalu menatap cermin di kamarnya. Wajahnya pucat, matanya sayu karena terlalu banyak berpikir.
Mereka pasti bertanya-tanya, siapa aku? Dari keluarga mana aku berasal? Apa mereka akan percaya aku pantas mendampingi Agra?
Nayla menggenggam dada kirinya erat-erat. Ya Allah, beri aku kekuatan. Aku hanya ingin melalui ini dengan baik. Tidak lebih.
Ia kemudian membuka lemari, memilih pakaian yang pantas. Tidak terlalu mewah, namun tetap anggun. Akhirnya ia memutuskan mengenakan gaun sederhana berwarna pastel dengan pashmina senada. Cermin memantulkan sosoknya yang terlihat manis, meski sederhana.
Dalam hati, ia kembali berdoa. Semoga malam ini berjalan lancar.
Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh. Hatinya semakin berdebar. Tangannya dingin, kakinya terasa lemas. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu apartemennya, menunggu waktu berlalu.
Sampai akhirnya, ponsel Nayla berbunyi. Sebuah pesan masuk.
Agra: Aku sudah di bawah.
Nayla menutup mata sejenak, menarik napas panjang. Inilah awal dari sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan.
Dengan langkah pelan namun pasti, ia keluar dari apartemen menuju lobi. Malam ini, ia akan bertemu orang tua Agra untuk pertama kalinya.