Karena pengaruh obat, Atharya sampai menjadikan gadis desa sebagai pelampiasan nafsunya. Tanpa di sadari dia telah menghancurkan masa depan seorang gadis cantik, yaitu Hulya Ramadhani.
Akan kah Hulya ihklas menerima ini semua? Apakah Atharya akan bertanggung jawab?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Maira
"Lebih baik kamu pulang, dan jangan pernah katakan itu lagi. Karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mengkhianati istriku." Ucap Atharya dengan tegas.
"Mas lebih baik kalian bicara berdua, aku tunggu dikam_"
Belum selesai Hulya bicara, namun mata Athar sudah menatapnya tajam. "Kamu diam disini, jangan kemana mana." Kata Athar, dia menoleh lagi ke Maira.
Maira menelan salivanya, dia tak menyangka jiga Atharya akan berubah secepat itu. "Ba_baik kak, aku pulang sekarang. Semoga kakak bahagia, dan...semoga kita masih bisa menjadi sahabat." Lirih Maira dengan wajah sendunya.
"Kamu bisa menjadi sahabat istriku." Jawab Athar.
Namun Maira tak menjawabnya dia berjalan gontay menuju pintu keluar dengan hati yang hancur. Athar menghela nafasnya panjang dan memeluk istrinya.
"Mas...aku kasihan sama Maira, dia pasti sakit hati_"
"Sssstttt...diam! Memang kamu mau berbagi suami? Enggak kan? Jangan aneh-aneh sayang. Aku juga enggak mau dibagi bagi." Kata Athar sembari menciumi kepala istrinya.
Hulya mendongakan kepalanya melihat wajah tampan suaminya "Enggak mas, aku enggak mau di madu, lebih baik mas lepaskan aku kalau itu terjadi." Lirih Hulya.
Mamih Aleesya yang sedari tadi mengintip bisa tersenyum lega. Dia juga tak menyangka jika hubungan Atharya dan Maira rumit dulunya. Ketika balik badan mamih Aleesya dikagetkan oleh si bungsu Anna.
"Astagaaa Anna!" Teriak mamih Aleesya sambil mengusap ngusap dadanya.
"Mamih ngapain disini? Kayak habis di kejar kejar setan deh!" Anna malah cekikikan melihat muka mamihnya yang sudah pucat pasi.
Athar dan istrinya juga heran dengar teriakan mamihnya. "Enggak apa-apa kok itu tadi ada lalat." Mamih Aleesya buru buru masuk ke kamarnya.
BRAK
"Astagfirullah mamih." Sahut Atharya
Atharya membawa istrinya ke kamar, lalu Anna melanjutkan makan cemilannya sambil nonton film kesukaannya di ruang tengah.
-
-
-
Lelaki bertato nan gagah itu langsung membuka kaosnya dan melemparnya ke kasur, dia menyalakan AC dikamarnya. Dan berjalan ke meja belajarnya. Dia membuka laptopnya, lalu Hulya membereskan baju bekas suaminya.
Hulya bersandar di headboard kasur, sembari membuka majalah. Namun matanya melirik ke arah suaminya. Meskipun pernikahan mereka baru seumur jagung, namun sepertinya jantung Hulya seperti mau copot saat ini.
Dia menatap wajah tampan suaminya dan melihat bentuk tubuh atletis suaminya yang dipenuhi tatto. Seketika pikiran kotor merasuki otak Hulya.
"Astagfirullah." Ucap Hulya dia menggelengkan kepalanya dan menepuk nepuk jidatnya.
Atharya sontak melihat tingkah istrinya dia menghampiri Hulya dan memegang bahunya. "Kenapa sayang? Sakit?" Tanya Athar dengan cemas.
"Heheh enggak apa apa, mas pakai baju dingin." Jawab Hulya sambil memalingkan wajahnya. Namun Athar tak meresponnya dia justru memeluk istrinya dan membawa kedekapannya.
"Aku udah bilang, kalau dirumah aku jarang pakai baju apalagi dikamar, kamu harus terbiasa sayang." Jawaban Athar membuat bulu kuduk Hulya merinding.
"Ii_iya mas, tapi aku jadi enggak fokus mas_ops!" Hulya keceplosan dia menutup mulut dengan tangannya.
"Hahaha jadi daritadi kamu_"
Hulya melepaskan pelukan suaminya dia berbaring dan menutup badannya dengan selimut, sungguh ia malu sekali.
"Kenapa pakai keceplosan sih? Ihhh nanti disangkanya aku mesum lagi." Gumam Hulya.
Atharya tertawa terbahak bahak melihat istrinya yang salah tingkah. Dia ikut bergabung tidur bersama sang istri dan memeluknya dari belakang, juga menghirup aroma ceruk leher istrinya.
"Lucu banget sih kamu."
Tangan Atharya nampaknya tak bisa diam, dia meremas gunung kembar istrinya pelan, dan lama kelamaan Hulya mendesah kecil, dia membalikan badannya menatap suaminya.
Hulya akui selama dia hidup, memang baru pertama kali dia melihat lelaki tampan seperti suaminya ini. Dia memandangi lekat setiap inchi muka suaminya. Athar mendekatkan wajahnya dan mencium lembut bibir sang istri.
Keduanya larut dalam ciuman yang membara, bahkan tangan Athar sudah membuka seleting baju istrinya dan membuka kancing bra itu. Hulya juga tak munafik, dia menikmati setiap sentuhan dari suaminya.
Hulya sama sekali belum pernah pacaran, sekalinya bersentuhan yaa dengan Athar ini. Athar membuka semua pakaian istrinya dan mengukungnya, dia melahap gunung kembar yang menjadi kesukaannya sekarang.
"Ahh mas...ssshhh....!"
Tangan Hulya terus meremas rambut suaminya, matanya sayu dan kepalanya pening sekali. Athar terus menjamah tubuh istrinya, dari atas turun ke bawah, dia juga menyingkirkan selimut dari kasur.
Pemanasan yang agak lama karena Athar ingin Hulya benar benar menikmatinya. Pusaka gagah itu masuk ke sarangnya dan bergerak didalamnya. Keduanya kini tengah merasakan gejolak api yang membara.
Peluh keringat keduanya membasahi tubuh mereka. Hulya juga sudah mulai bisa mengimbangi permainan suaminya itu.
-
-
Selesai dengan ritualnya mereka kini sudah segar lagi. Keduanya keluar untuk makan malam bersama keluarga.
"Duhhh cucu cucu omah seger banget." Omah Winda baru datang bersama opah Arya sambil membawa paper bag.
"Apa itu omah?" Tanya Athar yang penasaran.
"Sini kalian." Omah Winda menyuruh Hulya dan Athar untuk duduk di sofa sebelum makan. Disana juga ada mamih Aleesya, papih Al dan Anna.
Omah Winda membuka paper bag itu dan membuka kotaknya yang berisikan satu set perhiasan berlian yang bernilai milyaran rupiah itu.
"Hulya, ini hadiah dari omah dan opah. Meskipun Athar mampu membelikannya, tapi omah dan opah tetap akan memberikan ini. Sini omah pakaikan." Ucap omah Winda lembut.
"Wahhh bagus banget omah, Anna juga mau pih." Anna merengek ke tangan papihnya.
"Nikah dulu, nanti papih yang kasih." Sahut papih Al.
Celotehan Anna membuat semuanya tertawa. Sibungsu kesayangan papihnya ini selalu saja manja.
Hulya sangat terkejut atas pemberian omah Winda, pasalnya dia baru pertama kali dalam hidupnya melihat perhiasan seperti berlian.
"Terima kasih omah." Ucap Hulya dengan sudah berkaca kaca. Athar yang melihat mata sang istri yang akan tumpah air mata itu langsung merangkulnya.
"Cantik...!"
"Seperti kaca ya mas, aku belum pernah lihat."
"Itu namanya berlian sayang, memang tampilannya berkilau, kamu cantik sekali nak." Sahut mamih Aleesya. Dia jadi teringat akan masa lalunya. Papih Al mengerti perasaan istrinya itu.
Setelah memberikan perhiasan itu, mereka mengobrol sebentar, opah Arya juga sudah greget menyuruh Athar mengelola perusahaanya. Namun Athar masih tetap dengan pendiriannya.
"Yah terserah kamulah, opah ngalah deh." Ucap opah Arya dengan mendengus kesal.
"Hahahaha sabar pah, cucu papah yang satu ini susah dilunakan." Celetuk papih Al sambil cengengesan.
"Athar bukan enggak mau opah sayang, tapi Athar memang belum siap. Sedari kecil kan Athar lebih senang bela diri. Jadi...untuk sekarang ini Athar akan menjalani yang jadi passion Athar, opah." Ucap Atharya lembut yang memberi pengertian pada opahnya ini.