Hasrat Satu Malam With Calon Ipar

Ghisell sangat kaget saat kedua orang tuanya memanggil Dokter Anton ke rumah. Walaupun dia tau itu bentuk perhatian dari mereka, tapi petaka buat dirinya.

Sampai akhirnya mama dan papanya tau keadaan dia sekarang dari dokter pribadinya itu.

"Nona Ghisell kemungkinan sedang hamil." Hanya itu yang diucapkan Dokter Anton sebelum pergi.

Perkataan itu membuat mereka kaget bukan main, sungguh rasanya seperti tersambar petir, begitu mengguncang pikiran mereka.

Orang tua mana yang tidak emosi jika anaknya hamil di luar nikah? Begitu juga Gibran, sebagai seorang ayah, dia sangat marah mendengar puterinya kini telah berbadan dua.

"Siapa yang melakukannya? Apa dia Rafael?"

Ghisell hanya bisa menangis di pelukan sang mama. "Bukan, Pa."

Mereka semakin terkejut mendengar jawaban dari Ghisell.

"Lalu siapa yang melakukannya? Kamu sebentar lagi mau menikah sama Rafael lho." Tanya Ghea, dia memang selalu bersikap lembut kepada anaknya itu.

Ghisell semakin terisak, dia belum bisa menjawab pertanyaan mereka.

Gibran memijat kepalanya yang terasa sangat pusing, "Kenapa kamu bisa hamil anak orang lain? Kalau bukan Rafael yang melakukannya, kita batalkan saja rencana pernikahan itu."

Ghisell hanya pasrah saja, dia sadar diri gak mungkin Rafael mau menerima dia yang kini telah berbadan dua. Apalagi dia tidak sanggup membayangkan rumah tangganya bagaimana dengan Rafael nanti jika diawali dengan rasa kecewa dan kecemasan. Tapi dia juga tidak ingin menikah dengan Haikal, sangat sakit jika dia harus bertemu Rafael tiap hari.

"Ayo cerita sama mama, siapa yang melakukannya?" Ghea berulang kali menanyakan hal itu pada Ghisell.

"Waktu itu kita sama-sama mabuk, Ma. Kita melakukannya di luar kesadaran. Maafkan Ghisell, Ma."

Gibran menghela nafas dengan berat, dia mencoba menurunkan emosinya. "Siapa yang melakukannya, Ghisell?"

"Di-dia... dia adiknya Kak Rafael, Haikal." Ucapan itu beriringan dengan suara isak tangis Ghisell walaupun masih terdengar begitu jelas orang yang di maksud Ghisell.

"Ya Tuhan, Ghisell!" Gibran begitu sangat terkejut mendengarnya.

Ghea dan Gibran bagai tersambar petir dua kali. Bagaimana bisa Ghisell mengandung anak dari calon iparnya?

"Ghisell gak selingkuh, Pa. Bahkan waktu itu kita gak tau kita mau iparan."

Gibran menatap istrinya yang tengah memeluk sang anak, "Bagaimana ini, Ma? Apa artinya kita harus datang ke rumah Pak Bara, membatalkan rencana pernikahan Rafael Gisell dan sekaligus meminta pertanggung jawaban Haikal?"

Rasanya gak etis sekali kalau Gibran berulang kali memikirkannya. Malah dia jadi teringat dengan masa lalunya yang berhasil merebut wanita ynag dicintainya dari sang kakak tiri. Kisah Haikal Ghisell tidak separah kisahnya karena Ghisell masih belum menjadi istri Rafael. Dia jadi tidak bisa marah lagi seperti tadi.

"Ghisell gak mau menikah sama dia, Pa. Biar Ghisell yang urus sendiri bayiku nanti." lirih Ghisell.

"Kita lihat dulu keseriusan Haikal, kalau dia laki-laki bertanggung jawab, dia pasti akan datang kesini tanpa dipinta pertanggungjawabannya" Gibran ingin tau apa Haikal lelaki yang bertanggung jawab atau bukan.

Kalau Haikal lelaki yang bertanggung jawab, Gibran akan menikahkan Ghisell dengannya, setidaknya dia tau Haikal lelaki sejati yang mau bertanggung jawab atas perbutannya. Dia tidak akan tega jika cucunya nanti akan menanyakan keberadaan ayahnya, cucunya nanti pasti membutuhkan sosok seorang ayah.

Tapi jika Haikal tidak datang juga ke rumahnya, sudah dipastikan dia bukan lelaki yang bertanggung jawab, dan Gibran tidak akan menuntut apalagi mengemis pertanggung jawabannya. Dia tidak akan mau membiarkan Ghisell menikah dengan pria yang tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya, walaupun itu ayah dari cucunya. Gibran masih mampu membiayai dan memberikan kasih sayangnya kepada cucunya nanti.

Dan untuk Rafael, secinta apapun dia kepada Ghisell, Gibran tidak yakin Ghisell akan hidup bahagia dengan Rafael. Gibran takut itu malah jadi awal penderitaan Ghisell. Bisa saja dia menerima kekurangan Ghisell, tapi tidak dengan anaknya, yang akan terus membuat pertengkaran demi pertengakaran di dalam rumah tangga mereka.

Sebagai seorang ayah, Gibran tentu saja harus berpikir matang mengenai masa depan anaknya.

Gibran memilih pergi meninggalkan anak dan istrinya, dia ingin menenangkan diri di halaman belakang rumah.

"Dengarkan mama sayang, mama tau kamu mencintai Rafael, walaupun misalnya Rafael tidak keberatan dengan kondisi kamu tapi itu akan menjadi kelemahan kamu yang mungkin saja akan di ungkit terus dalam setiap pertengkaran kalian. Mama gak mau kamu hidup menderita."

"Tapi Haikal juga belum tau baik, Ma!" Ghisell tidak ingin menikah dengan pria yang sudah membuat hidupnya runyam begini.

"Karena itu papa ingin melihat keseriusannya. Kalau dia tidak datang kesini juga. Berarti dia bukan pria yang bertanggung jawab dan tidak pantas menjadi suami kamu."

Entah mengapa Ghisell berharap Haikal tidak datang ke rumah, dia belum siap hidup bersama dengan pria itu, pria yang selalu membuatnya kesal setiap kali di dekatnya.

"Mama baru satu kali bertemu dengannya. Mama rasa dia pria yang baik."

...****************...

...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...

...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...

...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....

...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya...