Menikahi Anak Sopir

Aku berteriak histeris saat menyadari perubahan dalam diriku. Sebuah tanda merah yang tak pernah aku lihat secara langsung, kini tercetak jelas di leherku. Apa ini perbuatan Arsen tadi?

Ku raba tanda merah yang orang bilang sebagai tanda cinta itu dengan tanganku. Kuusap terus agar segera hilang dari leherku, karena aku tak ingin Nana sampai melihatnya. Beberapa saat lagi aku akan bertemu dengannya.

Setelah berkali-kali diusap dengan sabun dan masih meninggalkan bekas, aku akhirnya menyerah. Mencari tahu lewat internet mungkin jalan terbaik untuk masalahku saat ini. Benar saja, mesin pencari yang terkenal di dunia itu memberikan jawaban yang mampu membuatku tenang.

Aku mengikuti petunjuk yang diberikan oleh artikel itu bahwa aku bisa menutupinya dengan peralatan rias milikku. Berhasil, aku bisa menyembunyikannya dengan mudah.

Nana telah menungguku di restoran milik mamanya. Setiap libur, dia memang suka menyibukkan diri di dapur restoran yang selalu ramai pengunjung. Gadis itu sangat pandai memasak karena warisan bakat dari sang mama.

“Hai, lesu amat, kenapa lo?” tanya Nana yang kini sedang membersihkan tangannya.

“Iya, lagi males aja gue, pengen ngobrol sama lo makanya gue kesini,” jawabku yang masih menemaninya di dapur restoran.

“Kenapa? emangnya lo nggak jalan sama Dion?” tanyanya.

Saat ini, aku dan Nana tengah duduk di meja restoran yang ada di dapur.

“Nggak, Dion lagi sibuk sama tugas-tugasnya.”

“Kim, lo belum jawab pertanyaan gue waktu di mal dulu.”

“Pertanyaan.” Aku mencoba mengingat kembali pertanyaan mana yang belum aku jawab. “Pertanyaan apa sih?” tanyaku setelah tak berhasil mengingat pertanyaan yang dimaksud Nana.

“Soal lo sama Kak Arsen,” selorohnya. Sontak saja aku terkejut sampai tersedak minuman dingin yang tadi disuguhkan Nana.

“Gue sama Arsen nggak ada hubungan apa-apa. Lo kan tahu sendiri kalau dia anak sopir bokap gue.”

“Gue sahabat lo Kim, lo jujur aja sama gue. Semenjak kejadian di pantai, gue semakin curiga kalau lo sebenarnya suka sama Kak Arsen, dan gue rasa Kak Arsen juga sama.”

Aku terdiam karena pernyataan Nana, aku sangat tahu dia menyukai Arsen sejak pertama kali bertemu dengannya. Namun, aku juga tidak pernah bisa menyembunyikan rahasia terlalu lama dari Nana.

Saat aku masih termenung, ponselku tiba-tiba berdering dan aku langsung menyambarnya.

DION

Pacarku itu ingin bertemu denganku dan akhirnya aku mengirimkan alamat restoran Nana, berharap Dion akan menyelamatkanku dari Nana yang pasti akan terus menginterogasiku.

“Kimmy jawab.” Nana langsung melemparkan pertanyaannya lagi setelah aku mengakhiri panggilan dari Dion.

“Apa yang harus gue jawab.” Aku merasa gugup karena Nana terus saja menatapku.

“Ada hubungan apa lo sama Arsen, jawab jujur Kim.” Nana kini tak lagi bertanya dengan nada santai. Aku tahu dia pasti kecewa karena aku ‘menikung’ laki-laki incarannya.

“Sorry Na, tapi gue nggak mungkin ngelakuin hal yang bisa nyakitin lo.”

“Gue tau Kim, tapi gue sahabat lo. Kalau lo bisa bahagia sama Arsen, lo jangan pura-pura bahagia sama Dion. Lo nyakitin semua orang kalau cara lo gini.”

Aku menunduk karena rasa bersalah yang menghampiri perasaanku. Lalu, aku berencana untuk meninggalkan Nana di restorannya.

“Bentar lagi Dion jemput gue, dia bilang udah deket dari sini. Gue tunggu di luar aja ya.” Aku berdiri lalu membelakangi Nana untuk meninggalkan area dapur ini.

“Tunggu Kim.” Nana menarik tanganku dan berhasil menghentikan langkahku..

“Ada apa?” tanyaku tak mengerti.

“Bentar.” Nana berdiri lalu memutar tubuhku.

“Apa sih?” tanyaku saat Nana menyentuh tengkukku dan membuatku merasa geli.

“Lo, ngelakuin sama siapa? Kayaknya ini masih baru deh,” kata Nana sambil mengusap-usap bagian belakang leherku.

“Apanya sih?” Aku masih belum mengerti arah pembicaraan Nana.

“Kissmark,” celetuk Nana.

Seketika aku membalik tubuhku lalu menutup tengkukku itu dengan tangan kiri. Apa Nana menemukan sesuatu yang tidak bisa aku lihat di cermin tadi? Aku sangat yakin kalau tadi aku sudah menutup seluruh tanda merah itu dengan riasan. Apa masih ada yang tertinggal di sana?

“Lo ngelakuin apa Kim? Jujur sama gue. Itu kissmark dari Dion atau ….” Nana tak meneruskan kata-katanya, dia hanya mematung seolah tengah melihat sesuatu yang mengejutkannya. “Dion.”

Aku menoleh ke belakang, lalu yang kulihat adalah Dion yang telah berdiri di hadapanku. Mendadak aku merasa lemas, kakiku terasa tak bertenaga. Apa sekarang aku ketahuan?

“Kak, ini nggak seperti yang kamu pikir,” kataku berusaha menjelaskan pada Dion.

Dion hanya diam, lalu menarik tubuhku, memaksaku untuk berputar. Apa Dion juga ingin memeriksa tanda merah itu? Saat ini rambutku tergulung ke atas, pasti Dion dengan mudah menemukannya jika tanda itu benar-benar ada di sana.

“Apa kamu selingkuh dariku?” tuduh Dion yang kini memegang erat lengan kiriku.

“Apa maksudmu, Kak?” Aku berusaha bersikap biasa, walau sebenarnya aku begitu ketakutan.

“Katakan, siapa yang melakukannya?” Dion mengguncang tubuhku, membuatku begitu takut.

Aku menatap Dion yang terlihat begitu kecewa.

“Kamu salah paham.”

“Buktikan kalau aku salah paham, aku juga akan mencari bukti siapa yang telah melakukan itu pada wanitaku.” Dion meninggalkan aku yang mulai menangis karena rasa bersalah.

...❤❤❤M.A.S🚗🚗🚗...

Malam dingin mulai menyapa, meski musim hujan telah berakhir, dan suara petir tak mungkin bisa menembus ruangan ini, tetapi tanpa Arsen hatiku tetap merasa gelisah. Belum ada kabar darinya dan aku tak ingin berinisiatif untuk menghubunginya lebih dulu.

Apalagi kini Dion mulai curiga padaku, membuatku semakin frustasi dengan situasi ini. Aku telah bermain api, dan aku pasti akan terbakar karena api itu sendiri.

Berkali-kali aku mengecek aplikasi Whatsapp di ponselku, tidak ada pesan dari Arsen maupun Dion. Hanya Nana yang terus saja bertanya tentang hubunganku dan Arsen, juga tanda merah yang kini mengacaukan hubunganku dan Dion.

Sial, sekarang apa yang harus aku lakukan? Sanggupkah aku membuktikan pada Dion bahwa aku tidak berkhianat, atau justru Dion yang berhasil menemukan bukti pernikahanku dengan Arsen.

Pikiranku sangat kacau, rasanya aku ingin mengunjungi klub disaat seperti ini, tapi dengan siapa aku akan ke sana? Nana? Tidak mungkin, saat ini aku bahkan sedang menghindarinya. Dara? Dia pasti akan mengajak Nana juga. Sendirian? Tidak, itu ide yang sangat buruk, aku tidak ingin menambah masalah jika aku mabuk sendirian dan berakhir di tangan lelaki hidung belang.

Aku membuka aplikasi Instagram karena penasaran dengan apa yang terjadi pada Arsen. Tidak ada foto terbaru yang diunggah, lalu aku mencari akun milik Yumna. Aku menemukan sebuah foto terbaru yang cukup membuatku terkejut. Yumna dan Arsen tengah duduk berdampingan di kursi sambil tertawa. Dari keteranganya, foto itu diambil diam-diam oleh teman Yumna.

Satu foto yang membuatku merasakan sakit sesakit-sakitnya.

🌹🌹🌹

Sakit tapi tak berdarah ya Kim, aku juga sakit kalau digituin. Lagian ngapain sih stalking stalking ig Yumna gitu, jadi atit, kan?

Btw, sakitan lihat foto Arsen sama Yumna, apa sakitan ditinggal Dion, Non Kim??

Good sore Gengs,

Hari ini aku khilaf setelah melihat jumlah vote dan hadiah, juga komen-komen semangat dari kalian semua. Makasih semuanya, karena kalian berbaik hati memberikan vote dan hadiah, aku juga mau memberi hadiah istimewa buat kalian. Hari ini aku double up ya. Besok insya Allah up lagi,, tapi nggak janji bisa double up 🤭🤭🤭

Okay, jangan lupa ritual jejaknya. Like, Komen, Hadiah, dan Vote. 🤗🤗🤗

See You again sayang-sayangnya Kimmy-Arsen