"Hei anak kecil, Saya mau kamu menjadi penguntit untuk mencari tau apa yang di lakukan oleh tunangan saya di luar sana" ucap Seorang pria tampan yang tak lain adalah presedir di perusahaan itu.
"Saya mau. Asal bapak mau membayar saya 2x lipat"
"Deal"
Berawal dari kerja sama yang saling menguntungkan membuat seorang Devano jatuh hati pada gadis yang biasa dia panggil dengan sebutan anak kecil.
Nadira puspita, Seorang karyawan magang di perusahaan milik keluarga besar Devano. Ikuti kisahnya, Ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tokyo
"Bah, Gak tau kau ya. Dion nih boss, No kaleng-kaleng. Aku bisa tau segala hal. Termasuk tentang Ratna dan juga Nadira" balas Dion sambil menatap Devano.
Mendengar perkataan Dion membuat Devano mengerutkan kecil keningnya"Apa yang kamu tau tentang Ratna dan juga Nadira?" tanya Devano yang terlihat begitu penasaran.
Dion tak langsung menjawab. Masih terdiam sambil menatap Devano serta mengulum bibirnya"Semuanya. Aku tau semuanya. Bahkan hal yang tidak kamu tau" balasnya"Cepat katakan apa yang kamu tau tentang mereka?" ulang Devano.
"Ini sudah malam. Bukan lagi waktunya untuk bercerita. Lebih baik sekarang kamu istirahat, Tidur. Karna besok masih ada hal yang akan membuat kamu merasa sangat terkejut" gumam Dion dan langsung berlalu dari hadapan Devano. Meninggalkan pria itu yang sudah merasa penasaran dengan apa yang baru saja Dion katakan.
"Dion, Tunggu. Cepat katakan apa maksud dari perkataan kamu? Besok akan ada hal yang bisa membuat aku terkejut?" tanya Devano lagi.
Hal itu membuat Dion menghentikan langkah kakinya"Besok kamu akan tau sendiri kehebohannya" seru Dion tanpa menoleh pada Devano.
"Kenapa harus nunggu besok jika malam ini kamu bisa mengatakan nya padaku, Dion!"
"Sayangnya aku lagi males, Dev. Jadi kamu tunggu saja besok ya. Bay, Aku mau istirahat dulu. Capek seharian mikir"
Dion melangkahkan kakinya naik ke atas tangga. Menaiki anak-anak tangga di sana. Meninggalkan Devano yang sudah mengumpat karna rasa penasarannya.
"Dasar calon adik ipar tak tau diri. Bilang sekarang kan bisa. Ngapain juga dia masih memintaku untuk menunggu besok. Benar-benar menyebalkan! Tapi apa yang akan terjadi besok, Kenapa Dion mengatakan jika hal itu akan membuatku merasa sangat terkejut" gumamnya sambil terus menatap punggung Dion yang sudah sampai di lantai atas.
"Ah, Sudahlah. Lebih baik sekarang aku masuk ke kamar. benar apa kata Dion, Lebih baik saat ini aku tidur. Hari ternyata sudah sangat larut" gumamnya pelan.
Devano melangkahkan kakinya menaiki anak-anak tangga di sana. Setelah tiba di dalam kamarnya Devano mengganti pakaiannya dengan piyama tidur.
Devano mengambil nafas panjang dan membuangnya kasar, Beberapa jam yang lalu, Tepatnya setelah mengantar kedua orang tuanya ke bandara, Devano tanpa sengaja melihat Farah yang sedang berjalan seorang diri di trotoar.
Melihat itu membuat Devano mengerutkan kecil keningnya, Devano menepikan mobilnya serta langsung keluar dari dalam mobilnya.
"*Aku tidak salah lihat. Orang itu memang benar-benar kak Farah. Tapi kenapa kak Farah bisa ada di jakarta" ucap Devano di sela langkahnya.
Devano berjalan setengah berlari. Mendekat serta menepuk pelan pundak Farah."Kak Farah" ucap Devano pelan.
Farah membalikkan tubuhnya dan menatap Devano"K-kamu. Kamu kan orang yang waktu di bali menolong saya?" balas Farah pelan.
"Iya, Kak. Aku Devano. Kak Farah kenapa bisa ada di sini?" tanya Devano pada Farah.
"Ceritanya sangat panjang. Tapi intinya aku sudah berpisah dengan Alex. Dan itu yang membuat ku ada di sini. Di tempat yang tak tau harus kemana. Karna kakak tidak punya siapa-siapa" balas Farah yang terdengar sangat lirih.
"Apa! Jadi kak Farah sudah pisah dengan Alex. Lalu sekarang kak Farah mau kemana?"
Farah menggeleng pela . Kedua matanya terlihat sangat sayu"Aku tidak tau. Aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Untuk kembali ke panti asuhan pun sudah tidak mungkin"
"Kakak ikut aku, Aku ada tempat yang mungkin bisa kakak gunakan untuk sementara waktu"
"Tapi, Dev. Kenapa kamu mau menolong saya?. Sedangkan kita saja baru kenal saat di bali waktu itu"
Devano terdiam, Karna apa yang di katakan Farah menang benat adanya. Entah kenapa setiap kali melihat Farah selalu terbesit rasa kasihan dari benar Devano. Devano merasa ada kedekatan tersendiri dengan wanita itu.
"Bukankah berbuat baik tidak harus pada orang yang kita kenal lama. Sudah kak Farah tidak usah banyak tanya. Ayo ikut Devano"
Setelah cukup lama terdiam, Akhirnya Farah mengiyakan ajakan Devano. Wanita itu mengekor di belakang tubuh Devano dan naik ke dalam mobilnya.
Di sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan di antara mereka. Baik Farah atau pun Devano sama-sama bungkam. Devano memilih fokus mengemudi, Sedangkan Farah memilih menatap ke luar jendela.
"Kenapa aku merasa ada kedekatan dengan Devano. Padahal kita berdua baru bertemu dua kali. Tapi kenapa aku merasa sangat dekat. Seperti ada ikatan batin" ucap Farah dalam batinnya sambil melirik Devano yang sedang fokus mengemudi dari kaca spion*.
Dtttttt,,,,Dtttttt
Suara dering ponsel membuat lamunan Devano buyar. Pria itu mengambil ponselnya dari atas nakas dan melihat nomor yang tertera di sana.
Mommy calling
"Mommy" ucapnya dan langsung mengusap tombol hijau di sana.
📱:Assalamualaikum, Mommy.
📱:Waalaikumsalam, Dev. Mommy sama Daddy sudah sampai di tokyo sayang. Kamu baik-baik di rumah ya, Jangan lupa makan.
📱:Syukurlah kalau mommy sama Daddy sudah sampai di tokyo. Iya mommy, Mommy tidak usah khawatir soal makannya Devano. Kan Devano sudah dewasa, Bisalah mengatur makan Devano sendiri.
📱:Iya iya. Yasudah, Kamu tidur gih. Ini sidah larut malam kan. Tidak baik begadang
📱:Iya mommy yang paling bawel. Love you.
📱:Love you more anak mommy
Di Tokyo
"Kenapa mom?" tanya Wardana saat melihat Lina mengulum bibir setelah sambungan telponnya terputus.
"Tidak ada, Dad. Mommy hanya tidak menyangka saja jika Devano kecil kita sekarang sudah dewasa" ucapnya sambil menoleh pada Wardana. .
"Iya kan Devano sudah 25 tahun, Mom. Dia sudah tua"
Lina terdiam, Perkataan suaminya membuatnya teringat akan sosok anak perempuannya yang hilang beberapa tahun yang lalu. Lina mengambil nafas panjang dan membuangnya kasar.
"Mommy kenapa? Kok terlihat sedih begitu?" tanya Wardana lagi. ..
Lina menoleh ke arah Wardana dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca"Mommy teringat sama Mayra, Dad. Ada dimana dia sekarang ya" ucapnya yang terdengar sangat lirih.
Wardana menatap kedua sorot mata Lina dan membawanya dalam dekapannya"Bersabarlah, Daddy sedang meminta seseorang untuk mencari keberadaan Mayra, Mommy doakan saja, Semoga kabar baik itu bisa segera kita dengar" ujarnya sambil membelai lembut rambut Lina.
Satu jam kemudian. Mobil yang membawa mereka sudah tiba di salah satu apartemen elit di Tokyo. Lina mengusap kedua matanya saat melihat keberadaan temannya yang sudah menunggu kedatangan mereka.
"Itu mereka sudah menunggu kita, Mom. Lebih baik kita langsung turun. Usap sisa air matamu, Mom. Jangan menampakkan kesedihan kita di depan orang lain, Sekalipun itu adalah teman dekat kita" ucap Wardana sambil menggenggam tangan Lina.
