Menghadapi kerasnya kehidupan, membuat Aqilla menjadi seorang wanita yang tegar. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dalam suatu kecelakaan, membuatnya menjadi pribadi tertutup. Dengan merintis usaha kecil bersama sang adik, untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Dalam kondisi ekonomi yang dibilang sulit, ia tetap bertahan.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seseorang yang selalu berkaitan dengan darah, bahkan membunuh pun adalah kesehariannya. Namun hal itu tersembunyi dibalik kharismanya sebagai salah satu CEO di suatu perusahaan besar.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah yang akan terjadi jika mereka dipertemukan?
Penasarankan, ikuti terus up dari karyanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Kini mobil yang Jason kendarai, berhenti di pinggir pantai. Jason langsung keluar dari mobil dan menundukkan badannya, lalu ia pergi.
Ketika mobil sudah berhenti, Aqilla langsung membuka pintu mobil dan berlari. Walaupun ia tidak tahu dimana ia berada, namun ia ingin segera pergi dari pria aneh itu. Sedangkan Akhtar, segera mengejar Aqilla yang telah berlari.
" BERHENTI AQILLA!!!". Teriak Akhtar.
Namun Aqilla tetap saja berlari, ia tidak mau menghadapi sikap Akhtar yang sangat Aneh menurutnya. Berharap akan segera menemukan jalan, naasnya pantai itu tak berujung. Nafas Aqilla sudah ngos-ngossan, akhirnya ia berhenti. Melihat kesana kemari, tak ia temukan apa yang ia cari. Akhtar semakin mendekat, Aqilla tak menyadarinya.
" Sudah puas berlarinya?" Akhtar berdiri dibelakang Aqilla dengan kedua telapak tangan ia masukkan kedalam saku celananya.
Aqilla membalikkan tubuhnya, ia menanggis dengan sekuat-kuatnya.
" Mau anda apa, hah? Kenapa anda begitu kejam, kenapa harus saya yang harus menerima perlakuan itu dari anda? Apa salah saya pada anda, apa salah saya? " Aqilla yang masih menanggis menjatuhkan dirinya, karena sungguh dirinya sudah sangat lemas.
Akhtar dengan perlahan mendekati tubuh Aqilla dan ikut duduk berhadapan, tangannya meraih tubuh Aqilla yang sudah sangat bergetar karena menanggis.
" Kamu tidak mempunyai salah, karena sayalah yang mempunyai kesalahan sama kamu. Jangan menanggis lagi, maafkan saya." Akhtar memeluk Aqilla.
" Stop!!! Dan lepaskan saya, saya tidak mengenal anda. Sudah cukup, saya sudah sangat muak dengan sikap anda. Kenapa anda bersikap seperti ini? " Aqilla menepis tangan Akhtar dengan kuat.
Aqilla berdiri dan ia ingin berlari lagi untuk menjauhi Akhtar, namun dengan sangat cepat Akhtar kembali memeluknya.
" Lepas, lepaskan." Teriak Aqilla dan berusaha mencoba melepaskan diri dari pelukan Akhtar.
" Jangan pergi! ". Akhtar menggeluarkan suaranya secara perlahan dan ia meneteskan air mata.
Berulang kali ia katakan seperti itu, Aqilla yang awalnya memberontak. Kini ia terdiam setelah mendengar apa yang Akhtar katakan, Aqilla mendengar isakan tanggis dari belakang tubuhnya.
Akhtar menanggis!!!
Aqilla memberanikan diri untuk bersuara, awalnya ia takut akan sikap kasar Akhtar. Tapi, ketakutan itu berubah menjadi rasa penasaran dan kasihan.
" Tu tuan. "
" Hem ." Akhtar masih memeluk Aqilla.
" Bisa anda lepaskan tangannya? Tidak baik di lihat orang, dan ini membuat saya sedikit sesak."
" Hem, maaf ." Akhtar melepaskan pelukkannya dan menghapus air mata yang keluar dari matanya, lalu ia memandang ke arah pantai.
" Tuan! Anda menanggis?" Aqilla merasa pertanyaannya ini konyol, tapi ia begitu penasaran.
Akhtar memutar tubuhnya, kini ia berhadapan dan menatap wajah Aqilla dengan tatapan yang susah untuk diartikan.
" Aqilla! Jangan pergi, jangan jauhi saya. Kamu sungguh berarti bagi hidup saya." Suara Akhtar terdengar begitu pilu bersama suara deburan ombak.
" Tuan, maksud anda? ". Aqilla mengkerutkan keningnya.
Melihat tingkah polosnya Aqilla, membuat Akhtar memainkan sudut bibirnya. Aqilla terlihat menggemaskan, perasaan Akhtar menjadi campur aduk. Lalu ia menyentil dahi Aqilla dengan jarinya...
Takk ...
" Aaaaa... " Aqilla menggelus dahinya.
" Kamu ini nggak paham atau hanya pura-pura, hah? " Sikap Akhtar kembali angkuh.
" Sa saya tidak paham maksud perkataan tuan." Aqilla menjawab perkataan Akhtar dengan wajah memelas.
Hhheehhh...
" Sebenarnya, saya juga tidak tau apa yang saya rasakan ini. Begitu berada di dekat kamu, terasa nyaman dan sangat tenang. Karena itu, kamu mau kan untuk menjadi wanita saya? " Akhtar menyatakan perasaannya.
" Wanita ?? Saya kan memang wanita, tuan." Wajah Aqilla semakin menggemaskan.
" Aaiissss, kamu ini !!! Maksudnya saya itu, kamu mau kan menjadi pacar saya? Ah, sudahlah. Mulai detik ini, kamu adalah pacar saya. Tidak ada penolakan dan tidak ada protes, paham! Dan juga, jangan coba-coba untuk mencoba pergi dari saya. Apalagi berselingkuh dibelakang saya, kamu sudah tau kan akibatnya? ". Akhtar menekankan perkataannya.
" Eeh, saya belum bilang mau. Kenapa sikap anda ini sangat menyebalkan? Pemaksa, mau menang sendri. Saya bilang tidak mau, ya tidak. " Aqilla membalikkan badannya dan ingin menjauhi Akhtar.
Dan lagi-lagi, Akhtar memeluk kembali Aqilla dari arah belakang.
" Jangan pergi, jangan tinggalkan saya. Saya mohon, saya mohon." Akhtar kembali menanggis.
Aqilla kembali terkejut dengan suara tanggisan yang berasal dari pria aneh itu, kali ini suaranya sangat terdengar memilukan. Aqilla merasakan, bahwa pria aneh itu banyak menyimpan kesedihan. Menutupi dirinya dengan sikap arogannya dan menyembunyikan kesedihannya dari semua orang.
Perasaan yang sungguh membuat Aqilla bingung, dalam hatinya ada perasaan yang sangat sedih mendengar tanggisan Akhtar. Namun juga ia merasakan perasaan yang aneh, jantungnya berdetak dengan sangat cepat disaat Akhtar memeluknya.
" Tuan, apakah anda yakin untuk menjadikan saya sebagai kekasih diri anda? Saya hanyalah orang yang berasal dari kalangan rendah, tidak akan cocok untuk menemani anda, tuan." Aqilla sadar akan perbedaan yang sangat jelas di antara mereka.
" Sssttt, saya tidak memandang perbedaan itu sayang. Terima kasih atas jawabannya, sungguh membuat saya tenang, berjanjilah untuk tidak pergi dan menjauh dari saya?".
" Hem, akan saya pikirkan tuan. Eh, tapi saya kan belum bilang untuk menerima anda? Kenapa anda selalu saja mau menang sendiri, tuan? Dan, bisa dilepaskan dulu tidak tangannya? Saya benar-benar malu tuan." Dengan perlahan, Aqilla menggibaskan tangan Akhtar.
" Saya tidak menerima penolakan dan tidak suka ditolak. Sudah tau kan jawabannya?" Akhtar melepaskan pelukannya.
Aaiihh, lagi-lagi percuma untuk memprotes pria ini. Menolaknya juga sia-sia, ni orang juga bakalan maksain lagi keinginannya. Ah... Tuhan. Kenapa harus bertemu dengan pria menyebalkan ini. Aqilla memutar bola matanya.
Hai teman-teman, ini adalah karya saya yang kedua. Mohon dukungannya ya, mohon maaf apabila masih ada kesalahan dalam penulisan.
