Desi dan Dita, adalah saudara. dan mereka berdua akan menikah di hari yang sama. dan itu semua atas permintaan Dita.
namun, di saat hari pernikahan, pasangan mereka berdua malah diganti oleh kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua calon suami Desi.
sehingga Desi harus pasrah menikah dengan calon suami adiknya yang katanya miskin dan yatim piatu.
dia hanya memiliki satu rumah di seberang jalan, rumah mereka. mereka menikah, karena ulah Dita. tapi, Dita malah bermain licik, dan menuduh Desi bersama dengan kedua orang tuanya, kalau dia bukan seorang gadis lagi. Karena itulah, calon suami Desi beserta keluarganya mau mengganti pengantin wanita.
kalau bagaimanakah kehidupan Desi setelah menikah dengan mantan calon suami adiknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. dilabrak.
begitu pula dengan Devan dan Desi. mereka tidak langsung pulang ke rumah, melainkan Desi mengajak suaminya untuk pergi ke pasar berbelanja di sana dengan bebas.
tentu saja Desi tak berbelanja pakaian, di sana dia hanya berbelanja banyak kebutuhan rumah tangga. perbawangan, persayuran, perikanan, perdagingan, dan juga berbuahan serta cemilan-cemilan kecil yang bisa disimpan di dalam toples.
"kamu senang sekali belanja di sini Des..?" tanya Devan.
"tentu saja mas.. Aku lebih senang berbelanja di pasar karena semuanya lengkap ketimbang harus ke mall. karena walaupun lengkap harganya juga lumayan tinggi." jawabnya saat ia sedang memilih-milih beberapa pakaian kaos yang bisa digunakan di dalam rumah. Desi sendiri bukan tipikal perempuan yang suka mengenakan daster di dalam rumah, dia lebih senang menggunakan pakaian kaos oblong dan juga celana Adidas biasa. menurutnya itu jauh lebih nyaman ketimbang harus menggunakan daster.
"memangnya nggak panas apa belanja di sini..?" tanya Devan. Devan bertanya seperti itu bukan untuk merendahkan melainkan menggoda sang istri. Desi pun langsung terkekeh.
"panas!! tapi mau bagaimana lagi.. Aku lebih senang di sini dan panas-panasan ketimbang berada di ruang ber-ac. kalau Mas capek Mas bisa istirahat aja di sana.." Devan tersenyum mendengar penuturan istrinya itu.
"kamu sederhana sekali ya.. padahal banyak perempuan di luar sana loh yang ingin suaminya mengajak sang istri ke tempat yang indah, sejuk dan juga jalan-jalan. tapi kamu, kamu sangat simple dan sederhana sekali." ucapnya dengan suara pelan. mendengar itu Desi kembali tersenyum.
"oleh karena itu mas tidak perlu khawatir. yang penting kebutuhan hidup kita sehari-hari itu terpenuhi, itu sudah lebih dari cukup. kalau Mas ingin istri mas cantik dan perawatan, maka harus berusaha untuk memberikan uang lebih." kini giliran Desi yang menggoda suaminya.
"hehe.. tenang aja sayang. aku pasti akan berusaha." setelah cukup lama mereka berkeliling, dan setelah memastikan kalau barang belanjaan mereka semuanya sudah lengkap, akhirnya mereka Langsung memutuskan untuk pulang.
Dan saking banyaknya barang belanjaan mereka itu, mereka sampai menyewa satu motor lagi Untuk mengantarkan barang mereka ke rumah.
dan sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di depan rumah devan. mereka menurunkan semua barang belanjaan mereka. setelah itu Devan langsung membayar ongkos kepada tukang ojek itu.
"Alhamdulillah.." saat mereka sedang bersiap untuk memindahkan barang-barang belanjaan mereka, tiba-tiba Ibu Manda kembali datang melabrak mereka.
"heh!! Anak tidak tau diri. Kemana saja kamu hah!!" serunya. mata Ibu Manda tiba-tiba menatap ke arah barang belanjaan mereka. dan melihat hal itu darahnya semakin mendidih.
"oh begitu rupanya!! kamu habis belanja banyak, dapat uang dari mana kamu hah!! Kamu jangan-jangan mencuri di rumah saya!!" ucap Ibu Manda dengan emosi yang menggebu. Desi yang mendengar tuduhan itu menggelengkan kepalanya menyayangkan sikap sang ibu.
"astaghfirullahaladzim Bu. kalau saya mencuri, kenapa Ibu baru sadar sekarang.?" ucapnya telak.
"ya.. Karna-.. karena saya baru mengecek hari ini!!" kilanya. tapi Devan yang mendengar penuturan itu langsung terkekeh. sudah hampir 2 bulan pernikahan mereka, tapi baru kali ini Ibu mertuanya berkata seperti itu. lucu sekali.
"Anda serius..? kami sudah belanja banyak seperti ini sudah hampir 2 bulan lamanya loh!! tapi anda tak pernah berteriak kehilangan sesuatu. baru setelah melihat kami pulang berbelanja seperti ini, Ibu langsung menuduh kami seperti itu ? yang benar aja Bu ?" ucap Devan. Ibu Manda semakin gugup dibuatnya.
"tapi walau bagaimanapun saya ini ibu mertua kamu!! kamu sudah sepantasnya menghormati saya juga!!" seru Ibu Amanda yang akhirnya tak bisa mengelak lagi.
"saya juga menantu Anda ibu!! dan seharusnya Anda juga menghargai saya. tapi apa, Anda tak pernah menghargai kami sedikit pun. Anda datang ke rumah kami dan langsung marah-marah seperti orang kesetanan!! Apakah ini juga bisa dibilang ibu yang harus saya hormati ?" ucapnya dengan tatapan tajam.
"ada apa lagi sih ini!!" tiba-tiba Pak Karto datang. dan ibu Manda yang melihat kedatangan suaminya sedikit gugup. karena hubungan mereka akhir-akhir ini cukup renggang karena perbuatannya sendiri.
"tolong kasih tahu ibu mertua, ayah mertua. kalau dia tidak bisa menghargai orang lain, maka orang lain juga tidak akan menghargainya. jangan mengharapkan apapun pada anak yang tak pernah dianggap keberadaannya ? karena mungkin tugasnya sudah selesai. apalagi selama ini dia yang selalu memenuhi semua kebutuhan kalian dan juga membersihkan rumah. dia mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan di beda-bedakan dengan anak lainnya. dan sekarang dia sudah memiliki suami serta kehidupan sendiri. tanggung jawabnya saat ini adalah saya, mengurus saya, dan memenuhi semua kebutuhan saya. Ridho istri juga ada pada suaminya.. kalau saya tidak Ridho, maka itu akan menjadi sia-sia untuk kalian makan dan kalian nikmati." tegasnya.
Pak Karto memejamkan matanya mendengar penuturan menantunya itu.
"pak, Bu.. saya sebenarnya tidak ingin lepas tangan untuk mengurus kalian. tapi bapak tahu kan selama ini Ibu bagaimana bersikap kepadaku ? aku takut, kalau aku terus menuruti permintaan kalian, tugasku sebagai seorang istri untuk suamiku akan terbengkalai. saat ini fokusku adalah memperbaiki rumah tanggaku dan menjalaninya dengan baik dan sukarela. Aku tidak ingin, karena terlalu fokus memperhatikan kalian, hak-hak suamiku jadi terabaikan. jadi mohon maafkan saya ya Pak, Bu. kalau saja seandainya Ibu bisa menghargai saya, pasti saya akan mengupayakan yang terbaik untuk kalian berdua. Maaf kalau saya sudah jadi anak yang tidak berbakti untuk bapak dan ibu." Devan yang mendengar penuturan istrinya menggenggam tangan sang istri.
"kamu masuk aja des. bapak dan ibu biar menjadi urusanku." ucapnya.
"tidak perlu nak devan. Kamu langsung masuk aja ke dalam bersama dengan istrimu. ibu mertuamu biar menjadi urusan bapak."
"ayo pulang!! Kamu setiap hari tahunya cuma bikin onar dan keributan di mana-mana.!" serunya sambil menyentak dan menarik tangan Ibu Manda dengan kuat.
Ibu Manda yang tidak siap akan hal itu hampir saja menabrak suaminya sendiri.
"pelan-pelan Pak!! nanti Ibu jatuh." protesnya. namun Pak Karto tidak mengindahkan apa yang dikatakan oleh istrinya. dia sudah sudah cukup kesal dan jengkel kepada sang istri.
"tidak usah banyak ngomong kamu!! kamu benar-benar salah satu-satunya ibu yang tidak memiliki belas kasihan kepada anakmu sendiri. Dia perempuan dan kamu juga perempuan. kenapa selalu dia yang kamu harapkan untuk mengurus semua keperluan rumah ? padahal aku selalu memberikan kamu uang untuk berbelanja kebutuhan dapur, dan juga kebutuhan kamu sehari-hari. tapi kamu memang tidak tahu bersyukur dan selalu memanjakan anak bungsumu." ketusnya dengan marah. sementara Ibu Manda hanya pasrah saja ditarik oleh sang suami kembali ke rumah mereka.
