NovelToon NovelToon
Sang Legenda: Naga Langit

Sang Legenda: Naga Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Balas Dendam / Kebangkitan pecundang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan
Popularitas:65.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di Klan Xiao, nama Xiao Chen adalah sinonim dari kegagalan. Pernah menjadi jenius, kultivasinya tertahan di Lapisan ke-3 Ranah Kondensasi Qi selama empat tahun. Dia menjadi aib, dihina oleh sepupunya, Xiao Long (seorang jenius di Lapisan ke-14), dan pertunangannya dengan Su Qingyue (seorang ahli muda di Ranah Pembangunan Fondasi) dibatalkan secara publik.

Di ambang keputusasaan, dia membangkitkan roh Kaisar Alkemis kuno, Yao Huang, dan mempelajari kebenaran tentang fisiknya yang legendaris. Dibimbing oleh Yao Huang, Xiao Chen bangkit dari keterpurukan. Perjalanannya membawanya ke dalam konflik dengan faksi-faksi kuat, membentuk aliansi tak terduga dengan Lin Zihan dari Paviliun Harta Karun, dan akhirnya menaklukkan panggung yang lebih besar.

Setelah melalui berbagai pertarungan hidup dan mati, dari arena turnamen hingga belantara liar Pegunungan Binatang Jatuh, Xiao Chen terus menempa dirinya. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan keterampilan alkimia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Final Xiao Chen Vs Wang Chen

Keheningan pasca-pertarungan dipecah oleh suara gemuruh dari para tetua Klan Lie. Mereka melompat ke atas panggung yang hancur, wajah mereka pucat karena amarah dan kekhawatiran saat mereka memeriksa kondisi Lie Huo yang menyedihkan.

"Anak ini... dia telah merusak fondasi kultivasi Lie Huo!" raung Tetua Klan Lie, matanya yang merah menatap tajam ke arah Perwakilan Klan Xiao. "Ini bukan lagi duel persahabatan! Ini adalah serangan jahat! Klan Xiao harus memberikan penjelasan!"

Tetua Agung Klan Xiao melangkah maju, auranya yang tenang namun agung menyebar, menekan amarah lawannya. "Penjelasan? Tetua Lie, sepertinya Anda lupa. Sebelum pertarungan, putramu sendiri yang berteriak akan mematahkan setiap tulang di tubuh Xiao Chen. Di atas panggung ini, pedang dan tinju tidak memiliki mata. Kemenangan dan kekalahan ditentukan oleh kemampuan. Apakah Klan Lie begitu lemah hingga hanya bisa menyalahkan orang lain saat jenius mereka kalah?"

Kata-kata tajam itu membuat Tetua Klan Lie terdiam, wajahnya memerah karena malu dan marah. Dia tahu mereka tidak punya dasar untuk berdebat. Seluruh arena telah menyaksikan niat membunuh Lie Huo.

Sementara para tetua berdebat, murid Klan Lie membawa Lie Huo yang tidak sadarkan diri pergi. Wasit utama, setelah berdiskusi dengan Tuan Kota, naik ke sisa panggung yang masih utuh.

"Karena kerusakan panggung dan intensitas pertarungan sebelumnya, akan ada jeda istirahat selama dua jam sebelum babak final dilanjutkan!"

Pengumuman itu memberi semua orang waktu untuk mencerna apa yang baru saja mereka saksikan. Para penonton meledak dalam diskusi yang penuh semangat, menganalisis setiap gerakan Xiao Chen, mencoba memahami bagaimana keajaiban itu bisa terjadi. Nama "Xiao Chen" kini diucapkan dengan nada kekaguman dan rasa takut.

Di area peristirahatan Klan Xiao, suasananya campur aduk. Xiao Yanli menatap Xiao Chen dengan mata berbinar, penuh dengan kekaguman seorang adik perempuan. Tetua Agung tidak henti-hentinya mengelus janggutnya sambil tertawa puas.

Namun, Xiao Long hanya duduk diam di sudut, kepalanya tertunduk. Pedang di pangkuannya bergetar samar. Dia baru saja menyaksikan rival terbesarnya, Lie Huo, dihancurkan oleh orang yang sama yang telah mengalahkannya sebulan lalu. Kesenjangan di antara mereka terasa semakin lebar, seperti jurang yang tak mungkin ia seberangi. Rasa iri, kebencian, dan keputusasaan yang rumit berperang di dalam hatinya.

Saat Xiao Chen sedang bermeditasi untuk memulihkan sedikit energi yang ia gunakan, sebuah bayangan jatuh di hadapannya. Dia membuka matanya.

Di depannya berdiri Wang Chen, jenius nomor satu dari Klan Wang. Dia tidak datang dengan aura permusuhan. Wajahnya yang tenang menunjukkan ekspresi penghargaan yang tulus.

"Aku Wang Chen," katanya sederhana.

"Xiao Chen," jawab Xiao Chen, mengangguk sedikit.

"Pertarungan yang luar biasa," lanjut Wang Chen, matanya menatap lurus ke mata Xiao Chen. "Kau telah membuka mataku hari ini. Kekuatanmu tidak datang dari tingkat kultivasi, melainkan dari fondasi yang tak tergoyahkan."

"Kau juga tidak buruk," kata Xiao Chen, mengakui aura kokoh dan stabil yang dipancarkan lawannya. Wang Chen seperti gunung—tenang, tak bergerak, tetapi menyembunyikan kekuatan yang luar biasa.

Wang Chen tersenyum tipis. "Aku harap, saat kita bertemu di panggung nanti, kau akan menunjukkan kekuatanmu yang sesungguhnya. Aku ingin bertarung denganmu dalam kondisi puncakmu."

Itu bukan hanya sebuah pernyataan, tetapi juga sebuah tantangan dari seorang ahli kepada ahli lainnya. Itu adalah sebuah pengakuan.

Setelah Wang Chen pergi, Xiao Chen menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa lawannya di final nanti akan menjadi yang paling sulit. Wang Chen tidak memiliki keganasan Lie Huo, tetapi ketenangan dan kontrolnya yang sempurna membuatnya jauh lebih berbahaya.

Dua jam berlalu dengan cepat. Arena telah diperbaiki seadanya, dan para penonton telah kembali ke tempat duduk mereka, semangat mereka mencapai puncaknya.

Seluruh Arena Pusat Kota Batu Hitam menjadi sunyi saat dua sosok terakhir naik ke panggung utama. Di satu sisi, Wang Chen dari Klan Wang, berdiri kokoh seperti gunung, auranya yang kuning tanah terasa berat dan stabil. Di sisi lain, Xiao Chen dari Klan Xiao, berdiri dengan tenang, auranya yang kelabu terasa dalam dan tak terduga seperti jurang tak berdasar.

Ini bukan lagi pertarungan antara arogansi dan kejutan. Ini adalah pertarungan antara dua kekuatan yang berbeda, dan seluruh orang menahan napas untuk menyaksikannya.

"FINAL, DIMULAI!"

Tidak seperti Lie Huo, Wang Chen tidak langsung menyerang. Dia hanya berdiri diam, kedua tangannya terlipat di depan dada, seolah-olah mempersilakan lawannya untuk menyerang lebih dulu.

Xiao Chen menerima undangan itu. Dia tahu bahwa melawan petarung seperti Wang Chen, menunggu bukanlah pilihan. Dengan satu hentakan kaki, panggung batu di bawahnya retak saat dia melesat maju seperti anak panah. Dia melayangkan serangkaian pukulan cepat dan berat, setiap tinjunya dilapisi dengan Qi Kekacauan yang padat.

Menghadapi serangan itu, Wang Chen tetap tidak bergerak dari tempatnya. Dia hanya mengangkat lengannya. "Perisai Batu Giok!"

Lapisan cahaya kuning tanah yang tebal langsung menyelimuti lengannya.

DUG! DUG! DUG!

Pukulan-pukulan Xiao Chen yang bisa menghancurkan baja mendarat di perisai itu, tetapi hanya menghasilkan suara tumpul yang dalam. Setiap serangan dihentikan total, energinya diserap dan disebarkan ke tanah oleh teknik pertahanan Wang Chen yang luar biasa. Penonton terkesiap kagum. Ini adalah pertahanan terkuat yang pernah mereka lihat di generasi muda.

Xiao Chen menyipitkan matanya. Kekuatan mentah tidak akan berhasil. Dia mengubah strateginya. Dia berhenti melancarkan pukulan berat dan mulai bergerak, kecepatannya meledak. Dia mengitari Wang Chen seperti hantu, menyerang dari sudut-sudut yang aneh dengan serangan telapak tangan dan tendangan yang cepat.

Namun, Wang Chen seperti karang di tengah badai. Meskipun Xiao Chen menyerang dari segala arah, pertahanan Perisai Batu Giok-nya selalu muncul di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, menahan setiap serangan dengan sempurna. Itu adalah pertarungan antara kecepatan yang luar biasa dan stabilitas yang absolut. Sebuah jalan buntu.

"Jika kau hanya bisa sebanyak ini, maka kau akan kalah," kata Wang Chen, suaranya tenang namun bergema. Untuk pertama kalinya, dia melakukan serangan balik.

Dia menghentakkan kakinya ke panggung. "Cengkeraman Bumi!"

Lantai batu di bawah kaki Xiao Chen tiba-tiba melunak dan beriak, sepasang tangan batu muncul dan mencoba mencengkeram pergelangan kakinya, memperlambat gerakannya sepersekian detik.

Sepersekian detik itu sudah lebih dari cukup bagi Wang Chen.

"Tinju Gunung Runtuh!"

Dia melayangkan sebuah pukulan yang tidak cepat, tetapi terasa membawa beban dan momentum dari sebuah gunung yang longsor. Udara di depannya seolah memadat dan hancur di bawah tekanan pukulan itu.

Menghadapi serangan yang begitu dahsyat, Xiao Chen tidak punya pilihan selain menghadapinya secara langsung. Dia meraung dan menyalurkan Qi Kekacauan ke telapak tangannya. "Tangan Penghancur Kekosongan!"

Tinju kuning tanah bertemu dengan telapak tangan kelabu keemasan.

BOOOOOOOM!

Ledakan energi yang terkompresi mengguncang seluruh arena. Untuk pertama kalinya, kedua petarung itu terdorong mundur. Xiao Chen merasakan lengannya bergetar hebat karena benturan itu, sementara Wang Chen terdorong mundur tiga langkah, ekspresi tenangnya akhirnya menunjukkan sedikit keterkejutan. Pertahanannya yang sempurna telah goyah.

Keduanya kini tahu, teknik biasa tidak akan bisa menentukan pemenang.

Wang Chen menarik napas dalam-dalam. "Sangat bagus. Kalau begitu, mari kita akhiri ini."

Dia meraung, dan seluruh tubuhnya mulai bersinar dengan cahaya cemerlang. Lapisan kristal seperti berlian mulai terbentuk di atas kulitnya, mengubahnya menjadi patung perang yang tak tergoyahkan. Ini adalah teknik pamungkasnya, yang menggabungkan serangan dan pertahanan. "Tubuh Intan Tak Tergoyahkan!"

Dia kini adalah senjata hidup. Dengan derap langkah yang membuat panggung bergetar, dia menerjang ke arah Xiao Chen.

Di hadapan serangan ini, Xiao Chen justru menjadi lebih tenang. Dia berdiri diam, memejamkan matanya sejenak. Tinju dan telapak tangan tidak akan bisa menembus pertahanan itu. Dia butuh sesuatu yang lebih... terfokus.

Dia mengangkat tangan kanannya, tetapi kali ini, dia tidak menyalurkan Qi Kekacauan ke seluruh telapak tangannya. Dia menarik semua energi, semua kekuatan, dan memadatkannya ke dalam satu titik kecil di ujung jari telunjuknya.

Udara di sekitar ujung jarinya mulai melengkung dan menjadi gelap, seolah-olah sebuah lubang hitam kecil akan terbentuk. Ini adalah teknik tertinggi dari kekuatannya sejauh ini, sebuah teknik yang ia pahami saat bertarung: konsentrasi absolut.

"Jari Pemusnah Satu Titik!"

Sosok berlian Wang Chen yang menerjang bertemu dengan ujung jari Xiao Chen yang tampak biasa saja.

Tidak ada ledakan yang memekakkan telinga.

Yang ada hanyalah satu suara yang menusuk.

CRACK...

Suara itu terdengar seperti sepotong giok yang retak, tetapi diperkuat ribuan kali.

Di titik di mana jari Xiao Chen menyentuh dada Wang Chen, sebuah retakan kecil muncul di lapisan Tubuh Intan-nya. Dari retakan itu, jaring laba-laba retakan lain menyebar dengan cepat ke seluruh tubuhnya. Konsep "Kekacauan" yang mampu menghancurkan semua tatanan telah mengalahkan konsep "Stabilitas" yang absolut.

BRUKKK!

Lapisan pertahanan berlian itu hancur berkeping-keping, meledak ke luar dalam hujan cahaya. Wang Chen, yang kekuatan hidupnya terhubung dengan teknik itu, memuntahkan seteguk darah dan terlempar ke belakang, jatuh dengan keras di tepi panggung.

Xiao Chen juga terdorong mundur beberapa langkah, wajahnya pucat. Ujung jarinya berdarah; memfokuskan begitu banyak kekuatan ke satu titik juga memberikan beban besar padanya. Tapi dia tetap berdiri.

Wang Chen berjuang untuk bangkit, menatap sisa-sisa pertahanan berliannya yang hancur di lantai, lalu menatap Xiao Chen yang berdiri tegak. Dia tidak menunjukkan kemarahan atau kebencian. Sebaliknya, dia menghela napas panjang, dan untuk pertama kalinya, senyum tipis yang penuh penghargaan muncul di wajahnya.

"Aku... kalah," katanya dengan suara yang jelas dan mantap. Dia kemudian dengan susah payah menangkupkan kedua tangannya dan sedikit membungkuk ke arah Xiao Chen, sebuah gestur hormat dari seorang kultivator.

Wasit, yang akhirnya pulih dari keterkejutannya, melompat ke panggung dan mengangkat tangan Xiao Chen.

"JUARA KOMPETISI TIGA KOTA TAHUN INI... DARI KLAN XIAO... XIAO CHEN!!!"

Setelah hening sesaat, seluruh arena, termasuk para penonton dari Klan Wang dan bahkan beberapa dari Klan Lie, meledak dalam tepuk tangan yang paling meriah. Mereka baru saja menyaksikan pertarungan para jenius sejati yang akan mereka ceritakan selama bertahun-tahun.

Di atas panggung, Xiao Chen membalas gestur hormat Wang Chen dengan sebuah anggukan. Dia tidak hanya memenangkan sebuah turnamen; dia telah memenangkan rasa hormat dari seorang rival yang layak. Dan kemenangan ini terasa jauh lebih berarti.

1
Abi
gas thor
dawin sapunsya
ini mirip cerita btth yahh
Eko Lana
show time/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Zahira Valen
nyimak dulu 😁😁😁
Eko Lana
Resiko besar
Eko Lana
ayoooo rebut pohon itu
Eko Lana
mantap thor
azizan zizan
mau ambil buah aja kelamaan berbelit -belit dahulu...hadessss🤦🤦🤦
azizan zizan
terlalu kelamaan meningkat kekuatan,sudah bab 60 lebih masih lemah...
Setyadi Heru
Tehnik berpedangnya belom thor
Abi
lanjut thor jgn kasih kendor
Zul Fiandi
semangat semangat terus torrr
Eko Lana
mantap thor lanjut
Sugeng Susanto
dan terjadi lagi...
Eko Lana
hahahaha bisa menyelinap
Eko Lana
siapa mereka??
Eko Lana
petualangan selanjutnya mantap /Joyful/
Eko Lana
juara sejati
Eko Lana
hahahaha.../Facepalm//Joyful//Facepalm/
Eko Lana
/Facepalm//Joyful//Facepalm/semakin mempermalukan diri sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!