Anyelir Almera Galenka, tapi sudah sejak setahun yang lalu dia meninggalkan nama belakangnya. Wanita bertubuh tinggi dengan pinggang ramping yang kini tengah hamil 5 bulan itu rela menutupi identitasnya demi menikah dengan pria pujaan hatinya.
Gilang Pradipa seorang pria dari kalangan biasa, kakak tingkatnya waktu kuliah di kampus yang sama.
"Gilang, kapan kamu menikahi sahabatku. Katanya dia juga sedang hamil." Ucapan Kakaknya membuat Gilang melotot.
"Hussttt... Jangan bicara di sini."
"Kenapa kamu takut istrimu tahu? Bukankah itu akan lebih bagus, kalian tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi untuk menutupi hubungan kalian. Aku tidak mau ya, kamu hanya mempermainkan perasaan Zemira Adele. Kamu tahu, dia adalah perempuan terhormat yang punya keluarga terpandang. Jangan sampai orang tahu jika dia hamil di luar nikah."
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mendengar semua pembicaraan itu.
"Baiklah, aku akan ikuti permainan kalian. Kita lihat siapa pemenangnya."
UPDATE SETIAP HARI.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Pagi Hari
Karena sudah menemukan jawaban atas pertanyaan yang mengganjal di hati. Setelah subuh, Anye langsung pulang. Mengendarai mobil perlahan hingga rumah. Saat tiba di halaman rumahnya, dia melihat sebuah mobil asing yang sedang parkir di halamannya.
"Mobil siapa ini?" Gumam Anye.
Rumah terasa sepi, Mama Ambar, Gina dan Gavin tidak kelihatan.
"Karena sekarang hari Minggu, mungkin Gavin pergi ke rumah temannya. Tapi Mama Ambar dan Gina, tidak mungkin pergi ke Mall. Hari masih pagi, mana ada Mall buka. Tapi di mana para benalu itu." Gumam Anye.
Melangkah perlahan, Anye melihat jika ibu mertuanya dan kakak iparnya sedang duduk di halaman belakang.
"Cckkk... Ternyata hidup mereka santai. Pagi-pagi sudah minum teh dan makan camilan tanpa bekerja. Aku saja yang selama ini terlalu naif dan sangat bodoh. Hanya karena merasa memiliki keluarga, aku tidak curiga jika ternyata hanya dimanfaatkan saja." Ucapnya sendiri.
"Lebih baik aku ke kamar, pasti Gilang masih tidur sekarang."
Tapi saat mendekati kamar yang pintunya kebetulan tidak tertutup rapat, jantung Anye terasa berhenti berdetak. Meskipun sudah pernah melihatnya melalui kamera cctv yang dia ambil. Tetap saja, melihat dan mendengar langsung suara desahan membuatnya sakit. Cinta itu belum sepenuhnya hilang, jadi saat ini rasanya hati Anye seperti tersayat-sayat sembilu.
Bluummm...
"Dasar jalang, sedang apa kalian di kamarku." Suara Anye menggelegar membuat dua pezina terkejut.
"An... Anye..." Suara Gilang tergagap.
Sreekkk...
Bruukkk...
PLAK
PLAK
Anye menjambak kasar rambut Zemi, hingga kepala wanita jalang itu mendongak. Kemudian menghempaskan tubuh telan jang itu hingga tersungkur di lantai. Kemudian menampar pipinya bolak balik.
"ANYE... HENTIKAN ZEMI SEDANG HAMIL?" Teriak lantang Gilang membuka kedoknya.
"Hamil? Jadi kamu menghamili wanita lain di saat istrimu sendiri tengah berperut besar?" Tanya Anye.
"Bukan... Bukan seperti itu maksudnya. Zemi memang sedang hamil, tapi bukan anakku." Jawab Gilang sembarangan.
"Apa maksud kamu Gilang? Kamu pikir aku hamil anak siapa?"
"DIAM KAMU ZEMI, dasar wanita murahan suka menggoda suami orang. Aku lebih percaya dengan suamiku. Karena sudah terbukti jika kamu yang datang menghampirinya di rumahku. Andai Mas Gilang menginginkan tubuhmu, pasti dia yang datang padamu. Bukan sebaliknya, sekarang cepat punguti pakaianmu dam pergilah dari rumahku. Sebelum aku laporkan ke polisi."
"Gilang kenapa kamu diam saja?" Zemi geregetan karena kekasih gelapnya tidak mau membelanya sama sekali. Justru Gilang malah memalingkan wajahnya.
"Karena Mas Gilang tahu diri. Dia tidak akan mengkhianati aku. Istrinya yang telah mengangkat derajatnya, kalau bukan karena aku mana mungkin dia menjadi CEO." Ucap sarkas Anye bagaikan tamparan keras.
"Andai Mas Gilang hanya karyawan biasa dengan gaji standar UMR, pasti kamu juga tidak akan menggodanya. Aku tahu perempuan sepertimu hanya mencintai harta dan tahta."
Dalam hati Anye tertawa girang, bagaimana dia bisa menepuk dua lalat dalam satu kali tepukan.
"Sepertinya aku akan menang piala oscar jika menjadi artis dadakan"
Anye tertawa geli dalam hati. Tapi dia segera merubah raut wajahnya supaya terlihat seperti istri yang sangat percaya dengan suaminya.
"Belum saatnya pembalasan untukmu, Gilang. Karena aku akan memberikan hukuman setimpal atas pengkhianatanmu dan keluargamu." Anye tersenyum menyeringai menatap Gilang. Tapi tidak ada yang menyadarinya, karena dia cepat berganti ekspresi.
"Aku akan memaafkan perbuatanmu hari ini Mas Gilang, karena aku menganggap jika kamu digoda Zemi. Tapi, kamu harus bersikap tegas pada wanita penggoda ini sekarang. Aku akan merekam saat kamu bicara jika kamu hanya korban atas kebinalan Zemi." Ucap Anye.
Gilang diambang kebimbangan dan dilema. Tapi menjadi CEO adalah impiannya.
"Zemi, maafkan aku. Semoga kamu mengerti jika ini hanya caraku untuk menyelamatkan masa depan kita." Ucap Gilang dalam hati sambil menatap sendu ke arah Zemi.
Anye sudah menyalakan fitur video dan mengarahkannya pada wajah Gilang.
"Cepat Mas, setelah ini aku mau bersihkan kamarku dari kuman." Ucap santai Anye menatap Zemi.
"Kamu tidak bisa mengusirku, Gilang. Karena bagaimanapun aku hamil anakmu, dan kamu juga begitu mencintaiku. Aku tidak mau disingkirkan olehnya." Ucap Zemi menatap nyalang Gilang. Ternyata Zemi sama sekali tidak mengerti kode yang diberikan Gilang.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Mama Ambar datang dengan gaya angkuh menatap jengah sang menantu.
"Gilang kamu apakan sahabatku, hingga kedua pipinya lebam?" Tanya Gina.
"Mama, Mbak Gina? Aku tadi memergoki Zemi sedang memacu liar di atas pusaka milik suamiku. Tentu saja aku tampar dia. Bahkan aku hempaskan ke lantai. Aku tahu, dia sedang menggoda Mas Gilang dan ngaku-ngaku sudah hamil anak dari suamiku."
"Kan gak lucu seperti itu. Karena aku tahu betapa Mas Gilang sangat mencintaiku, dia tidak mungkin menyakitiku dengan berselingkuh. Apalagi dengan wanita yang lebih tua. Selera Mas Gilang itu tinggi, seperti aku yang masih muda." Ucap Anye tanpa memberi kesempatan lawan untuk membantah perkataan Anye.
"Benar begitu kan Mas Gilang?"
"Tentu saja, dia memang jalang yang datang dan masuk ke dalam kamar saat aku tidur. Lalu dia bergerak liar di atas tubuhku dengan penuh nafsu. Aku tidak mungkin mengkhianati istriku." Ucap Gilang lantang. Tapi dalam hati merutuki Anye yang membuat posisinya sulit. Terjebak oleh permainan yang sedang mereka mainkan sendiri.
"Zemi memang hamil, lihat saja perutnya sudah buncit. Tapi bukan berarti aku ayah bayi itu. Karena anakku hanya yang lahir dari rahim istriku bukan jalang."
Jleebbb...
Ucapan Gilang bagaikan busur panah yang langsung menembus jantung. Zemi tersenyum getir, dengan perasaan marah dan terluka dia keluar kamar Gilang setelah kembali berpakaian.
"Terima kasih Mas Gilang, kamu memang suami yang terbaik untukku. Tidak salah aku memilihmu, makanya Mas harus patuh padaku karena setelah aku melahirkan perusahaan sepenuhnya aku serahkan pada Mas Gilang." Mendengar apa yang diucapkan Anye, akhirnya Mama Ambar dan Gina mengerti jika Gilang terpaksa menyakiti Zemi demi menjadi CEO perusahaan.
"Zemi, pergilah kamu memang sahabatku. Tapi menggoda Gilang yang sudah menjadi suami Anye itu tidak dibenarkan. Dan aku juga tidak percaya jika adikku menghamili wanita lain selain istrinya." Ucap Gina, membuat Zemi semakin terbakar amarah.
"Nak Zemi, keluar dulu ya. Tidak baik perempuan terhormat sepertimu berada di kamar suami orang."
Mama Ambar menambah bensin pada kobaran api di hati zemi.
"Awas kalian, aku akan balas penghinaan ini." Ucap Zemi marah.
"Dan kamu Gilang, jika 3 minggu lagi kamu tidak menikahiku. Jangan salahkan jika semua video saat kita sedang ber cinta aku sebar di media sosial. Biar semua orang tahu." Lanjutnya.
Gilang menelan ludah kasar, Mama Ambar dan Gina pucat pasi. Bagaimana dengan nasib mereka nanti. Sedangkan menjadi CEO masih 4 bulan lagi setelah Anye melahirkan. Mereka juga tidak mungkin bisa membatalkan pernikahan Gilang dan Zemi. Karena mereka sudah terlanjur memesan jasa EO yang sebelum kartu diblokir sudah melakukan pembayaran penuh.
Anye tahu apa yang mereka pikirkan, tapi dia pura-pura.
"Mama, Mbak Gina dan Mas Gilang keluar dulu ya. Aku akan minta Pak Yanto untuk mengeluarkan ranjang ini dan membakarnya. Karena aku tidak mau tidur di kasur yang banyak kuman." Ucap Anye benar-benar membuat para benalu itu mati kutu.
Saat Anye pergi ke belakang, mencari tukang kebun karyawan rumahnya. Gilang merasa kesempatan untuk pergi. Diam-diam dia keluar rumah. Dan mengejar Zemi ke apartemen.
Sedangkan Mama Ambar dan Gina sedang berdiskusi di ruang tamu.
"Mama, kenapa jadi kacau balau. Tiba-tiba Anye pulang dan melihat Zemi sedang bersama Gilang."
"Itu karena sahabatmu saja bodoh. Sudah sering Mama ingatkan untuk jangan membuat hal yang mencurigakan. Justru malah main kuda-kudaan. Kalau sudah begini, semua berantakan."
"Kamu segera telepon Zemi supaya jangan tersinggung apalagi salah paham. Karena yang kita lakukan hanya sandiwara supaya Anye tidak curiga." Ucap Mama Ambar merasa khawatir.
Gilang berhasil menyusul sang kekasih, karena pria itu menggunakan Ojol.
"Sayang, dengarkan semua penjelasanku dulu. Aku akan tetap menikahi kamu, sesuai dengan rencana kita berdua. Semua aku lakukan karena tekanan dari Anye, kamu dengar sendiri. Anye bilang posisi CEO akan sepenuhnya menjadi milikku." Ucap Gilang.
"Kalau begitu ayo kita lanjutkan..."