NovelToon NovelToon
Setelah 100 Hari

Setelah 100 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:241.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Itha Sulfiana

"Setelah aku pulang dari dinas di luar kota, kita akan langsung bercerai."

Aryan mengucapkan kata-kata itu dengan nada datar cenderung tegas. Ia meraih kopernya. Berjalan dengan langkah mantap keluar dari rumah.

"Baik, Mas," angguk Anjani dengan suara serak.

Kali ini, dia tak akan menahan langkah Aryan lagi. Kali ini, Anjani memutuskan untuk berhenti bertahan.

Jika kebahagiaan suaminya terletak pada saudari tirinya, maka Anjani akan menyerah. Demi kebahagiaan dua orang itu, dan juga demi kebahagiaan dirinya sendiri, Anjani memutuskan untuk meninggalkan segalanya.

Ya, walaupun dia tahu bahwa konsekuensi yang akan dia hadapi sangatlah berat. Terutama, dari sang Ibu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menuntut naik status

Aryan terus merenung hampir seharian. Kata-kata Doni bagai sebuah belati yang tertancap dalam kepalanya.

Sejauh ia bisa mengingat, memang hanya dirinya yang terlihat berjuang penuh dalam hubungan mereka. Sementara, Luna? Gadis itu tak pernah mau tahu dengan kesulitan yang Aryan lalui.

Yang penting, ego dan kesenangannya terpenuhi.

"Doni!" panggil Aryan dengan nada suara yang terdengar begitu lelah.

Malam ini, dia terpaksa harus lembur di kantor. Pulang ke rumah juga buat apa? Disana, tak akan ada lagi seseorang yang menyambut kedatangannya dengan hangat.

"Ya, Tuan?" sahut Doni.

Sang asisten memang bekerja tak jauh dari mejanya.

"Aku lapar. Tolong minta seseorang untuk memasak makanan rumahan untukku," titahnya.

"Apa saya perlu memesan makanan dari rumah tua?"

Rumah tua adalah sebutan untuk rumah yang menjadi kediaman orangtua Aryan saat ini. Disebut rumah tua karena rumah tersebut merupakan peninggalan dari mendiang Kakek dan neneknya.

"Terserah," jawab Aryan pasrah.

Entah sadar atau tidak, namun berat badan Aryan memang berkurang cukup drastis akhir-akhir ini. Selera makannya tidak seperti dulu lagi.

Sekarang, Aryan tidak bisa makan dengan lahap karena rasa makanan yang tidak lagi sesuai dengan seleranya.

"Baik. Saya akan segera menghubungi seseorang untuk mengantarkan makanan untuk Anda."

Doni pun keluar sebentar untuk menelepon. Sementara, Aryan hanya terdiam lemas di kursinya sambil memejamkan mata.

"Tuan?" panggil Doni dengan hati-hati.

Aryan pun membuka matanya. Dia tak sadar jika ternyata dirinya sempat ketiduran.

"Makanannya sudah datang?" tanya Aryan. Dia tampak mengucek-ucek matanya.

"Sudah," angguk Doni. "Silakan makan, Tuan!" ujarnya mempersilakan. Dia sudah menata makanan diatas meja panjang yang terdapat disudut kiri ruangan.

"Ayo, makan sama-sama!" ajak Aryan sambil menepuk bahu Doni.

Doni pun mengangguk. Dia ikut bersama sang atasan untuk makan bersama.

Namun, baru satu suapan yang masuk ke dalam mulutnya, Aryan sudah tidak sanggup makan lagi. Rasa ini... bukan rasa yang dia inginkan.

Ia pun meletakkan piringnya kembali diatas meja dengan perasaan kecewa.

"Ada apa, Tuan?" tanya Doni. Padahal, dia sudah meminta kepada koki yang memasak agar membuat makanan yang sesuai dengan selera Aryan.

Tidak pedas, tidak terlalu banyak garam, dan juga tidak terlalu berminyak.

"Makanannya tidak enak," jawab Aryan.

Doni tampak mengerutkan keningnya. Menurut penilaiannya, makanan yang sedang mereka makan sangatlah enak sekali.

"Kamu lanjut makan saja! Aku akan kembali bekerja," lanjut Aryan seraya berdiri dari sofa kemudian berpindah duduk di kursi kerjanya.

Sementara, Doni tampak tidak enak jika makan sendirian. Ia hendak mengakhiri sesi makannya juga namun Aryan dengan cepat melarangnya.

"Jangan sisakan makanannya! Habiskan!"

Terpaksa, Doni mengangguk. "Ba-baik, Tuan!"

Aryan tampak menggeleng pelan. Ia tersenyum kecil. Dalam waktu yang lumayan singkat, sepertinya dia sudah ketergantungan pada masakan Anjani.

****

"Sial! Kenapa Lina tidak pernah mengangkat telfonku?"

Sandra, si wanita kedua yang kini telah resmi menduduki posisi Nyonya setelah menyingkirkan saingannya tampak mondar-mandir dengan perasaan gelisah.

Lina, pembantu satu-satunya yang masih bertahan di sisi Mariana tak bisa dihubungi semenjak ia kembali ke kota. Padahal, Sandra sangat ingin tahu kabar tentang istri pertama suaminya itu.

"Apa jangan-jangan... Mariana sudah mati?" tebaknya.

Kecemasan yang semula dia rasakan perlahan menghilang. Sekarang, dia merasa sangat senang. Membayangkan jika Mariana benar-benar meninggal, membuat dia hampir meloncat karena bahagia.

"Ya, seharusnya perempuan itu sudah mati. Bukannya, penyakitnya semakin bertambah serius? Semakin dia sering mengkonsumsi obat itu, maka semakin rusak pula sel otaknya."

Sandra tertawa girang. Idenya benar-benar cemerlang. Dia sengaja mengganti obat yang dikonsumsi Mariana agar penyakitnya semakin bertambah parah. Dengan begitu, Mariana lama-kelamaan akan semakin kehilangan kontrol dirinya.

Jika dia tak membunuh orang lain, maka dia pasti akan membunuh dirinya sendiri.

"Apa yang kamu tertawakan?" tegur Antoni yang tiba-tiba memasuki kamar.

Sandra tegang sesaat. Namun, sepersekian detik berikutnya, dia berhasil menguasai dirinya kembali.

"Temanku mengirimkan gambar yang sangat lucu. Makanya, aku tertawa," jawab Sandra berbohong.

Anton mengangguk mengerti. Dia langsung menuju ke tempat tidur lalu duduk bersandar di kepala ranjang.

"Ada apa, Sayang? Sepertinya, kamu sedang banyak pikiran?" tanya Sandra dengan nada lembut. Dia memijit pelan bahu sang suami.

"Aku sedang memikirkan soal Mariana," jawab Anton.

"Ada apa dengan Mariana?" tanya Sandra sedikit gugup.

Apakah dugaannya benar-benar sudah terjadi? Mariana sudah mati?

"Aku sebenarnya tidak tega merantai dia seperti itu," jawab Anton sambil mendesah samar.

Sandra memaksakan diri untuk tersenyum. Ternyata, perempuan itu belum mati.

"Mariana sudah keterlaluan. Dia tega menyiksa anaknya sendiri sampai seperti itu. Jadi, menurutku wajar-wajar saja jika dia dihukum dengan cara dirantai," balas Sandra.

Anton menarik napas panjang kemudian mengembuskannya secara perlahan.

"Sudah dua hari, aku tidak mendapatkan kabar apapun dari Lina ataupun yang lainnya. Apa kamu tahu, kenapa nomor mereka semua tidak aktif?"

Degh!

Sandra kembali merasa tegang. Anton memang tidak tahu jika dia sudah memberhentikan tiga pembantu dan satu perawat yang selama ini telah menemani Mariana.

Satu-satunya yang masih bertahan hanya Lina. Itu pun, karena Lina yang memang tidak mau pergi meninggalkan Mariana. Pembantu satu itu terlalu setia pada majikannya. Meski, Sandra sudah menawarkan uang banyak bahkan memberi ancaman akan kehilangan nyawa, Lina tetap bergeming. Dia tetap ingin berada di sana, merawat Mariana meski tanpa bayaran.

"Mu-mungkin, sinyal di sana sedang tidak bagus. Kan, akhir-akhir ini memang sering hujan," jawab Sandra beralasan.

"Ya, bisa jadi," sahut Anton membenarkan.

"Sayang..." panggil Sandra dengan nada manja. "Kapan kamu akan menceraikan perempuan gila itu?" tanyanya.

Dia sudah mendesak tentang hal ini sejak lama sekali. Namun, sampai sekarang Anton masih belum memberikan jawaban yang memuaskan. Entah kenapa, Anton tidak mau melepaskan Mariana hingga detik ini.

"Sudah ku bilang, jika Mariana akan tetap jadi istriku yang sah. Dia tak akan pernah aku ceraikan," jawab Anton dengan tegas.

Nah, kan? Lagi-lagi, jawabannya sama.

"Kenapa kamu masih terus mempertahankan perempuan gila itu, Sayang? Bukankah, kamu pernah bilang, kalau kamu sudah tidak mencintai dia lagi? Lalu, sampai kapan aku akan terus jadi wanita simpanan? Aku lelah hidup seperti ini terus, Anton! Aku lelah hidup dibalik kegelapan. Kapan aku akan diakui sebagai satu-satunya perempuan yang kamu cintai didepan umum?"

Emosi Anton seketika mendidih. Tangannya reflek mencekik leher Sandra.

"Bukankah, aku sudah memberikan semua yang kamu inginkan selama ini? Uang, tas, baju, dan juga perhiasan mahal. Kamu bebas belanja apapun dan jalan-jalan kemanapun. Semuanya bisa kamu nikmati tanpa perlu melakukan apa-apa. Tapi, kenapa kamu belum puas juga, hah? Kenapa kamu harus menginginkan hal yang tidak mungkin bisa kamu dapatkan?"

"Kenapa aku tidak bisa mendapatkannya?" tanya Sandra dengan mata memerah.

Menyadari jika Sandra sudah hampir kehabisan napas, Anton pun segera melepaskan cekikannya.

Dia beralih mencengkram erat kedua bahu Sandra.

"Karena kamu tidak pantas," jawab Anton.

"Kenapa aku tidak pantas?"

Anton tersenyum sinis. "Karena kamu tidak memiliki latar belakang sehebat Mariana," desisnya tepat di telinga Sandra.

Sandra mencengkram erat sprei dibawahnya. Kata-kata itu seperti sebuah hinaan yang menggelitik harga dirinya. Setelah mengucapkan kalimat itu, Anton meninggalkannya begitu saja.

Air mata Sandra pun perlahan menetes. Dadanya tampak naik-turun karena berusaha menahan amarah.

"Sepertinya, aku hanya bisa naik status jika Mariana benar-benar mati," gerammya.

1
Maemanah
lanjut 👍👍👍♥️♥️♥️🙏🙏
Sunaryati
Rasain kamu, benar nasehat nenekmu tempo hari Aryan, Penilaian Nenek benar jika perangai Luna buruk, mungkin sering meliha di TV jadi sikap Luna hanya manipulatif. Apalagi jika telah terbongkar jika Luna bukan anak Pak Anton tapi anak selingkuhan Sandra, pastinya makin seru.
Sunaryati
Enzo jangan cemburu, itu calon papa sambung Anjani
Ayila Ella
anjani juga tidak sudi balik kelaki laki sprti anakmu mak lampir cuih ble blee
Samsiah Yuliana
baru setengah ya cerita nya,,,
lanjut lagi Thor 🙏🙏🙏
Sunaryati
Tidak usah berdoa Anjani juga tidak mau kembali pada putramu Aryan, walau Anjani masa lalunya semasa kecil. Kalian tidak tahu keturunan Syailendra itu Anjani. Walau terganggu mentalnya tetapi disukai Tuan Tristan. ✋
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Ma Em
Bu Bella kamu salah Sandra bkn keturunan Syailendra Bella sdh tertipu sama Sandra , Anjani yg Bu Bella bilang anak pembawa sial itulah keturunan Syailendra yg asli bkn Luna si penipu , Bu Bella pasti akan menyesal setelah tau kebenarannya .
Mundri Astuti
langsung stroke tuh emaknya Rayan kalau tau Anjani keturunan Syailendra yg sesungguhnya, rayannya gigit jari dah dikibulin Luna, mang pas banget dah si Luna ma rayan
nonoyy
diaminkan bu bela
ronarona rahma
ibunya miring bukan malah ngamuk ama ayahnya malah anaknya ,
Harwanti Jambi
belum tau saja km gadis yg km hina itu
Atika Sari
berharaplah yg tinggi,biar jatohnya ampe ke tulang🤪
Maemanah
dasar keluarga benalu...cari menantu yg bisa menguntungkan doang...semangat thor ♥️ 👍👍👍👍
Greenindya
langsung terkabul kamu sesuai keinginan
Reni Anjarwani
lanjut thor
Uthie
Memang Anjani tidak pantas untuk anak dan keluarga kalian 😜😏😏
merry
mau aj sm ank pelakor kmu arynn,, mertua mu pelakor
Titien Prawiro
Jadi rame, nanti Sandra d bunuh sama Petra. biasanya Petra nama perempuan.
Titien Prawiro
Akhirnya Aryan sadar klo dia mencintai Anjani, tapi sdh terlambat. nyesel kan.
Titien Prawiro
Saya pernah baca cerita ini dari novel Yohanna Lindsey.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!