Serena Halim, seorang Aktor papan atas yang mengalami Transmigrasi ke tubuh seorang Istri Pemburu.
Bagimana jadinya jika Serena yang kaya raya, tiba-tiba menjadi istri durhaka, yang hidup dalam kemiskinan di peradaban China kuno.
Note : Berdasarkan Imajinasi Author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke hutan
1 bulan berlalu, kini Butik sudah sangat terkenal dan memiliki banyak pelanggan. Bahkan keluarga Kekaisaran juga memesan di butik milik Yue, jika mereka tau butik itu milik Yue yang merupakan istri dari Yuwen, apa mereka tidak jantungan.
Hari ini Yuwen dan Yue berencana pulang ke hutan menyamar sebagai orang biasa, Tanpa pengawalan dan hanya mereka berdua.
"Aku titipkan Guild dan para anggota padamu, laporkan saja jika ada sesuatu yang mendesak." Ucap Yuwen.
"Baik, Tuan. Hati-hati di jalan." Ucap Wei, sopan.
"Wei, awas saja kalau kau tidak jujur. Aku sudah percaya padamu, kau tidak boleh mengecewakan wanita cantik sepertimu, aku akan mengutukmu jadi perjaka tua jika itu terjadi." Ucap Yue, mengancam.
"I-itu menakutkan Nyonya, saya tidak berani." Wei pucat pasi.
Setelah berpamitan, keduanya pergi lewat pintu belakang, mereka sudah memakai pakaian sederhana. Bahkan Yuwen membungkukan tubuhnya agar tidak terlalu mencolok karena sangat tinggi.
Mereka naik kereta kuda, saat sedang naik kereta kuda tiba-tiba Yue teringat sesuatu. Kenapa dirinya tidak melihat kereta kuda miliknya, bagaimana kondisi kuda itu saat ini?
"Yuwen, gawat. Aku melupakan kuda kita." Bisik Yue, panik.
"Dia bisa mencari makan sendiri, bukankah disana banyak rumput." Enteng Yuwen.
"Benarkah? aku takut dia mati kelaparan." Sedih Yue.
"Jika mati, ya tinggal beli lagi." Yuwen sangat santai.
"Kau ini, dia itu makhluk hidup, kita sudah membelinya seharusnya kita merawatnya dengan baik. Ini semua salahku." Ucap Yue sedih.
"Hewan meskipun bodoh, dia tau cara mencari makan. Kuda juga pasti tau cara mencari makan sendiri." Yuwen menenangkan.
"Semoga saja." Ucap Yue.
"Apa kau bisa naik kuda?." Tanya Yuwen.
"Tidak." Jujur Yue.
"Apa karena itu kau memilih jalan kaki?." Ucap Yuwen.
"Selain Tidak bisa, aku juga sedang hamil. Mustahil aku menunggang kuda saat hamil kan." Sinis Yue.
"Benar juga, setelah anak kita lahir. Ayo belajar naik kuda, ini bagus untuk melarikan diri." Ucap Yuwen.
"Baiklah, ayo beli kuda satu lagi." Ucap Yue senang.
"Aku akan membeli dua, yang satu milik anak kita." Ucap Yuwen.
"Memangnya kita di hutan sampai anak kita sebesar apa? Kasihan sekali dia padahal keturunan Kaisar." Bisik Yue, sok prihatin.
"Bersabarlah, mungkin sampai anak kita berumur 8 tahun." Ucap Yuwen.
"Astaga, saat itu kita umur 30 tahun. Kita sudah tua." Ucap Yue, takut tua.
"Memangnya kenapa jika tua? itu kan normal." Yuwen terkekeh.
"Aku ingin saat anak kita dewasa pun kita masih muda, aku menolak tua." Ucap Yue, dramatis.
"Kumohon, andai ada botox di zaman ini." Batin Yue frustasi.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 Minggu, mereka akhirnya sampai di kota terakhir dimana kota yang sering mereka kunjungi untuk menjual hasil buruan dulu.
Yuwen membeli dua kuda yang gagah dan masih muda, lalu mereka melihat lihat banyak makanan dan aksesoris. Yue membeli beberapa tusuk rambut dan perhiasan untuknya.
Keduanya merasa nyaman seakan benar-benar pulang kerumah, setelah selesai membeli apa yang mereka butuhkan. Termasuk Prembumbuan lengkap dan Aneka dendeng pedas, mereka pun melanjutkan perjalan pulang ke rumah mereka di pelosok hutan.
Naik kereta yang ditarik dua kuda, mereka memacu kudanya cukup cepat karena hari sudah mulai sore, kemungkinan mereka akan sampai di rumah saat malam hari.
Suara jangkrik dan serangga lain mulai terdengar memekakan telinga, menandakan malam sudah tiba, Yue dan Yuwen sampai di desa terakhir yang sudah sepi karena semuanya sudah masuk rumah.
Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai, Yue buru-buru masuk ke dalam rumah dan melihat halaman belakang, ternyata benar kata Yuwen, kuda itu masih hidup dan makan rumput di sekitar Sumur, meksipun tanaman milik Yue juga dimakan habis.
Yue buru-buru mendekat, mengelus kuda itu dan meminta maaf dengan tulus. Sungguh dirinya merasa sedih dan bersalah, sudah membuat si kuda harus merasa kelaparan dan mencari makan sendiri.
"Maafkan aku ya kuda, kamu pasti kelaparan ya." Ucap Yue, sedih.
Kuda itu seakan mengerti hanya diam saja, membiarkan Yue mengelus kepalanya Dengan lembut, Yuwen datang dari pintu samping membawa dua kuda masuk dan memberikan mereka rumput untuk ku di makan. Tiga kuda itu makan bersama dengan lahap, Yue merasa senang dan tenang.
Kyaaaaaaaa
Teriakan Yue membuat Yuwen terkejut, melihat Yue terduduk dengan sedih menatap dua ayam hutan yang sudah menjadi tulang belulang.
"Hiks... mereka pasti kelaparan." Ucap Yue, berderai air mata.
"Jangan menangis, kita kubur saja mereka." Ucap Yuwen, cukup terhibur dengan hati Yue yang lembut.
Setelah dua jazad ayam dan telur busuk di kubur, Yue masuk ke dalam rumah bersiap istirahat. Merasa tubuhnya pegal-pegal, apalagi perutnya sudah mulai membuncit meskipun masih belum terlihat jika memakai Hanfu.
Yue rebahan di ranjang, masuk ke pelukan Yuwen. Sungguh rasanya sangat bahagia, kembali ke rumah dan tidur bersama pria yang sangat dirinya cintai, meskipun rumah ini reyot tapi entah kenapa Yue sangat nyaman disini.
"Kenapa perutmu masih kecil? apa dia tumbuh dengan baik? kau harus makan yang banyak." Ucap Yuwen, khawatir.
"Hahahah tenanglah, biasanya janin akan tumbuh besar saat memasuki 8 bulan. Saat usia 7 bulan, perut masih bisa di sembunyikan meskipun sudah membuncit." Ucap Yue.
"Benarkah?." Yuwen tidak tau.
"Intinya tenang saja, aku merasakan detak jantung dan pergerakan anak kita yang brutal di dalam sana." Ucap Yuwen.
"Benarkah?." Yuwen langsung mendekatkan wajahnya di perut Yue.
Perut itu bergerak-gerak, tapi saat Yuwen menempelkan tangannya gerakan itu langsung berhenti. Yue sampai tertawa karena sepertinya anaknya membenci Ayahnya sendiri.
"Sepertinya dia tidak suka padaku." Yuwen terlihat sedih.
"Itu karena kau selalu mengganggunya." Ucap Yue.
"Aku hanya menjenguknya." Lirih Yuwen, mencari pembenaran.
"Dasar, tapi dia bergerak brutal sekali. Aku pikir anak kita laki-laki." Ucap Yue.
"Apapun itu, aku akan mencintainya sepenuh hati." Ucap Yuwen.
"Benarkah? memangnya jika anak ini laki-laki kau tidak akan canggung?." Yue penasaran.
"Justru aku senang, aku juga terlahir laki-laki. Dulu aku sangat ingin dimanja oleh sosok Ayah, karena itu aku akan memanjakan anakku, meskipun aku tetap mengajarkan kemandirian padanya." Ucap Yuwen, mencium perut Yue dengan sayang.
"Hahahah, anak kita pasti sangat bahagia." Yue jadi lega.
Merekapun tertidur lelap, mengistirahatkan tubuh. Besok mereka akan melakukan banyak aktivitas yang menyehatkan, jalan-jalan di gunung dan memasak bersama, menjalani hidup yang santai dan nyaman.
Pagi pun tiba, Yue dan Yuwen sedang sarapan bakpao dan dendeng yang mereka beli kemarin. Mereka makan dengan lahap, lalu bersiap berangkat ke gunung.
Yue berjalan pelan karena dia membawa anak di perutnya, menemani Yuwen memasang jebakan baru dan memetik aneka buah segar yang manis dan menyehatkan.
Setelah memasang jebakan, mereka pun turun, berencana pulang karena hari sudah semakin siang, takut Yue kelelahan, tapi saat melewati air terjun yang indah, Yue tiba-tiba ingin memancing ikan.
"Sayang, ayo memancing ikan." Ajak Yue, wajahnya berseri-seri.
"Baiklah, hati-hati karena bebatuan licin." Ucap Yuwen menuruti.
Yuwen dengan hati-hati menuntun Yue ke tepi sungai, menangkap ikan menggunakan bambu yang dibuat menjadi tombak. Saat Yuwen hendak menangkap ikan, tiba-tiba Yue menarik dan menciumnya. Entahlah, Yue hanya mengikuti kata otak.
cup
"Semangat hehehhehe." Cengir Yue.
Yuwen hanya tersenyum, mengelus rambut Yue dengan gemas lalu menangkap ikan dengan mudah. Setelah menangkap Lima ikan besar, Yuwen menaruh semua ikan di keranjang punggung miliknya.
"Sudah, jangan bermain air lagi. Ayo kembali." Ajak Yuwen, menarik Yue dari tepi Sungai.
Yue merasa kesal dan merajuk tapi tetap berjalan pulang dengan patuh, Yuwen hanya tersenyum geli melihat tingkah Yue yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Sudah jangan marah, besok kita kesini lagi." Bujuk Yuwen.
"Hmm." Yue merajuk.
"Aku akan menangkap ikan yang banyak." Bujuk Yuwen lagi.
"Hmm."
"Kita akan berenang di sungai itu."
"Hmm."
Yuwen yang gemas menarik dan menggendong Yue, mendekapnya dengan erat membuat Yue salting tapi tetap mempertahankan bibir manyunnya, dia masih merajuk.
"Wajahmu persis seperti ikan yang aku tangkap tadi." Ucap Yuwen.
"Kau mengejekku." Kesal Yue.
"Kalau kau cemberut begitu, nanti anak kita begitu loh." Ucap Yuwen, tersenyum gemas.
"Biarkan saja." Ketus Yue.
"Aku akan membakar ikan yang enak untukmu." Ucap Yuwen.
"Terserah." Betina merajuk, dunia hancur.
Yuwen akhirnya diam, tapi dia terus memeluk Yue dalam gendongannya. Berjalan dengan hati-hati, jangan sampai dia tersandung dan membahayakan istri dan anaknya.
"Wanita secantik ini, wajahnya seperti monyet jika merajuk." Batin Yuwen.
bila perlu bungkam juga kaisar yang bodoh itu.
semangat slalu up nya thor.
ya kali anak baru lahir bisa membunuh ibu nya langsung 🙄
minta di geprek ini pala nya kaisar biar sadar dari amnesia sesaat nya
setelah Yue sehat, baru saat nya Yue juga ikut beraksi memberantas para titisan nek lampir itu 😁