Kiara terpaksa menikahi Orion karena satu tujuan yaitu untuk balas dendam. Dirinya merasa dipermainkan oleh Leonard Arven Hadinata, anak sulung sebuah keluarga konglomerat Hadinata. Kiara dan Leo sudah menjalin hubungan cukup lama dan dijanjikan akan dinikahi suatu hari nanti. Namun sang pria justru menghilang tanpa satu alasan. Kiara hingga merasa sedih dan kecewa.
Kiara melakukan sebuah pernikahan kontrak dengan Orion Alaric Hadinata, sang putra tidak sah alias anak haram Hadinata. Dari Aditya Pramana Hadinata, sang kepala keluarga dengan seorang wanita yang tak diketahui siapapun. Sekaligus adik tiri dari sang putra sah yaitu Leonard.
Orion menyetujui pernikahan itu karena ia juga ingin menghancurkan keluarga yang selama ini merawatnya dari kecil. Juga untuk mencari tau dimana keberadaan ibu kandungnya sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NABABY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana rahasia
"Jadi, bagaimana rencananya?" Suara seorang pria dari saluran telfon terdengar lirih namun jelas.
"Saya baru memulainya pak." Jawab Sarah yang ada dalam kamarnya.
"Ingat, rencanamu adalah menggoda Orion. Buat mereka bertengkar. Jika berhasil, aku akan segera kesana."
"Baik pak. Saya paham." Sarah menjawab dengan nada profesional.
"Bagus. Aku akan menantikan kabar baik darimu."
Sambungan terputus. Nama Leo terlihat jelas dilayar ponsel Sarah. Wanita itu menghela nafas panjang, lalu melihat kembali pakaian yang akan dikenakannnya besok. Sebuah pakaian kantoran namun sedikit terbuka. Roknya pun tak kalah menggoda. Rok span pendek dengan model press body. Sarah masih mengingat jelas apa yang diinstruksikan Leo padanya.
Malam dimana dua hari sebelum keberangkatan dinas ke Dieng Leo memanggil Sarah, seorang pegawai yang baru saja ia angkat sebagai sekretaris kedua untuknya. Leo tentu tak mempromosikan wanita itu tanpa sebab. Bukan karena dia layak, melainkan kemolekan tubuhnya yang amat menggoda. Sarah, dengan tubuh yang sexy. Begitu memikat beberapa pria di kantor dengan tubuhnya tersebut.
"Kau harus merayu Orion agar dia jatuh kepelukanmu." Jelas Leo saat itu.
"Aku ingin kau menggodanya, sampai dia mencampakan istrinya. Kau paham?" Tambah Leo.
Sarah langsung mengangguk. Tentu pekerjaan ini adalah keahliannya. Dia masih ingat betul bagaimana dirinya merayu kepala divisi agar bisa pindah ke bagian yang kerjanya lebih santai dan fleksibel. Karena menggoda laki-laki adalah hal gampang baginya.
Sarah tersenyum licik saat pikirannya mulai merancang rencana untuk menggoda Orion. Dia tahu betul, sejatinya laki-laki sangat lemah dengan kemolekan tubuh seorang wanita.
......................
Fajar menyingsing. Suasana pagi itu begitu dingin. Maklum saja, karena ini adalah Dieng, bukan Jakarta. Orion terbangun dengan menggigil kedinginan. Apalagi pagi ini terdengar gemericik hujan meski tak begitu deras.
Dia melihat Kiara masih tertidur pulas dengan posisi yang selalu mengambil seluruh sisi ranjang. Orion tersenyum, dalam matanya sosok Kiara yang tengah tertidur terlihat begitu menggemaskan. Dia menarik selimut lebih atas supaya tubuh Kiara lebih tertutup dan hangat.
"Tidurlah lagi." Bisik Orion sambil mengelus rambut Kiara sebelum menuju kamar mandi.
Air hangat meluncur deras melalui shower menuju tubuh Orion, menciptakan asap tipis akibat suhunya. Dia merasa lebih hangat sekarang. Dia termenung untuk beberapa saat. Pikirannya masih menjalar kemana-mana. Pertama, soal Hadinata. Kedua, soal Leo. Dan ketiga, soal Kiara. Kematian ibunya selalu menjadi alasan utama bagaimana dia bertahan sampai sekarang.
Lamunan Orion terpecah saat mendengar ketukan pintu dan suara Kiara dari luar.
"Orion!" Kiara terus mengetuk pintu dengan keras.
Orion segera mematikan kran air.
"Apa?!"
"Kamu masih lama nggak? Aku kebelet pipis." Jawab Kiara yang sudah menahan pipis sedari tadi.
Orion dengan malas mengambil handuk, melilitkannya ke pinggang lalu membuka pintu. Saat pintu terbuka, Kiara langsung menarik tangan Orion agar tak menghalangi jalannya. Gadis itu langsung menutup pintu kamar mandi tanpa aba-aba hingga membuat Orion tertegun untuk sesaat.
Setelah beberapa saat di kamar mandi, Kiara keluar dengan wajah lega. Ia melihat Orion yang sedang memilih baju. Paha Orion begitu terlihat jelas, begitupun dengan pinggang ramping milik suaminya.
"Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau suka tubuhku ya?" Suara Orion membuat Kiara salah tingkah. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya sesegera mungkin menuju kearah manapun.
Orion terkekeh, meninggalkan bajunya lalu berjalan menuju Kiara. Dada bidang, perut yang kotak-kotak itu terpampang jelas dihadapan Kiara.
"Kau suka melihat tubuhku kan?" Orion berdiri tepat didepan Kiara memberi aura intimidasi begitu jelas.
"Enggak!" Mata Kiara meleng menuju kearah lain lagi.
"Benarkah?" Orion semakin menggoda Kiara. Wajahnya perlahan mendekat, mengarah menuju telinga.
"Jangan bohong. Matamu selalu melihat tubuhku saat aku hanya memakai handuk seperti ini." Bisik Orion begitu sensual membuat bulu kuduk Kiara berdiri.
Kiara cepat-cepat mendorong Orion menjauh darinya.
"Dasar mesum!" Kiara berteriak lalu masuk dalam kamar mandi.
Orion tertawa melihat wajah Kiara yang tiba-tiba memerah. Ia kemudian menyudahi aksinya tersebut lalu kembali untuk memakai bajunya.
"Aku akan turun duluan. Jika kau sudah selesai, segeralah turun dan mari sarapan bersama." Teriak Orion pada Kiara.
Kiara hanya bisa terdiam. Pipinya masih merona. Dia masih mengingat jelas dengan apa yang terjadi barusan.
Hampir setengah jam berlalu. Kiara kini turun menuju lantai satu menuju ruang makan. Matanya terbelalak melihat pakaian yang dikenakan Sarah hari ini. Bagaimana tidak, pakaiannya sekarang lebih minim. Apalagi bagian dadanya sengaja tak ia kancingkan hingga membuat belahan dadanya terlihat cukup jelas. Ditambah, rok span yang lebih pendek daripada kemarin.
"Kiara, duduklah."
Kiara langsung duduk disamping Orion. Berusaha menjauhkan Sarah darinya pagi ini. Dalam sarapan kali ini Sarah mencoba mengobrol dengan Orion. Berusaha menunjukkan pada Kiara, jika dirinya tak akan kalah dari istri sah. Membuat Kiara makin jengah atas sikapnya.
"Kiara, aku tinggal tidak apa-apa kan?" Tanya Orion yang beranjak dari meja makan.
"Iya."
Orion tersenyum dan mengelus kepala Kiara sebelum pergi. Akhirnya Kiara hanya bisa melihat Orion pergi bersama wanita yang dia anggap sebagai ular itu. Menuju proyek geothermal berada.
Hujan hari ini tak kunjung reda. Dia berencana naik gunung jika cuaca sedang cerah. Namun Kiara khawatir jika satu minggu ini cuaca tak kunjung cerah juga. Seharian Kiara hanya berjalan-jalan disekitar villa menikmati suasana sejuk nan syahdu. Dia juga pergi membeli beberapa buah stroberi yang dijual pedagang sekitar.
Dieng memang menjadi tempat nyaman untuk berlibur. Sejuk, damai, dan orang disini sangat ramah. Berbeda dengan Jakarta yang begitu panas dan pengap.
......................
Kiara yang duduk di balkon lantai dua melihat mobil Orion datang. Cepat-cepat dia turun untuk memberitahu apa saja kesibukannya hari ini.
Orion keluar lebih dulu dari kursi belakang, lalu disusul Sarah. Namun tiba-tiba Sarah kehilangan keseimbangannya karena sepatu hak yang terlalu tinggi dan jalan yang licin akibat hujan.
"Pak Orion, awas!" Teriak Sarah.
Orion langsung berbalik, dan melihat Sarah sudah hampir jatuh kearahnya. Niat Orion ingin menahan tubuh Sarah, namun kakinya terpeleset dan ia kehilangan keseimbangan.
Bruk!!! Sarah terjatuh dengan menimpa Orion. Dan yang lebih apes lagi, tangan Orion menyentuh buah dada milik Sarah. Sarah tak langsung bangun, matanya masih mengamati wajah Orion dari dekat. Ya, rencananya berhasil. Apalagi dia merasakan tangan Orion masih menempel di dadanya.
"Orion..." Kiara yang baru datang tertegun melihat mereka. Apalagi melihat tangan Orion yang memegang buah dada Sarah.
Orion cepat-cepat bangkit. Mendorong Sarah menjauh, lalu berlari menuju Kiara.
"Aku bisa jelasin. Ini hanya sebuah kecelakaan." Orion terlihat panik saat melihat ekspresi Kiara yang terlibat sangat kecewa.
Kiara tanpa sepatah kata hanya bisa tersenyum. Dia mencoba bersikap biasa saja, namun tidak bisa.
"Aku nggak apa-apa kok. Oh iya, aku ada kerjaan. Aku pergi dulu ya." Kiara langsung berbalik dan masuk kembali dalam villa. Orion langsung mengikuti dari belakang, meninggalkan Sarah yang masih terduduk. Namun, ekspresi Sarah tersenyum. Setidaknya rencananya mulai berhasil.
"Kiara, kamu beneran nggak apa-apa?" Orion terus mengikuti Kiara sampai kamar.
"Aku udah bilang kalau aku nggak apa-apa."
"Tapi wajahmu mengatakan hal lain. Kamu marah akibat kejadian tadi?" Orion terus bertanya.
"Kenapa juga aku harus marah? Memangnya aku punya hak untuk marah?!" Suara Kiara mulai meninggi.
"Kamu jelas punya hak. Kamu kan istri aku."
"Kita hanya menikah kontrak. Jika kamu suka sama dia, aku nggak peduli. Bukankah akhirnya kita akan bercerai? Jadi, jika kamu menyukai wanita itu, ya itu hak kamu." Jelas Kiara yang bahkan tak mau melihat wajah Orion sedetik pun.
Orion terdiam. Entah mengapa ucapan Kiara membuat hatinya sakit. Mereka memang menikah karena kontrak, bukan cinta. Tapi, hati Orion terluka.
"Kau benar. Jika kau sungguh tidak apa-apa, aku keluar dulu." Orion perlahan keluar kamar, meninggalkan Kiara sendirian.
Tanpa sadar air mata Kiara menetes begitu saja. Seharusnya ia mengatakan sejujurnya. Namun dia sadar, jika dia hanyalah seorang istri kontrak. Bukan istri yang diinginkan Orion itu sendiri. Dia masih ingat betul, bahwa dari pihaknya yang mengajukan pernikahan kontrak itu. Tapi hatinya sakit saat melihat Orion dekat dengan wanita penggoda seperti Sarah.
Kiara hanya bisa menangis dalam sunyi. Terduduk dilantai menutup mulutnya agar tak keluar suara.