NovelToon NovelToon
Nikah Dadakan Karena Warga

Nikah Dadakan Karena Warga

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Anjay22

Reva Maharani kabur dari rumahnya karena di paksa menikah dengan pak Renggo ,ketika di kota Reva di tuduh berbuat asusila dengan Serang pria yang tidak di kenalnya ,bernama RAka Wijaya ,dan warga menikahkan mereka ,mereka tidak ada pilihan selain menerima pernikahan itu ,bagaimana perjalan rumah tangga mereka yang berawal tidak saling mengenal ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebenaran untuk orang tua Raka

Rumah megah di Pondok Indah yang tadi terasa seperti istana asing kini dipenuhi aroma sop buntut yang menggoda—hangat, gurih, dan penuh kerinduan. Tapi di balik kehangatan itu, ada ketegangan kecil yang menggantung di udara: dua pasang mata tua menatap putra mereka dengan campuran lega, heran, dan… syok.

“Kamu benar-benar hilang, Nak!” kata ibunya Raka,sambil memegang lengan Raka erat-erat, seolah takut ia menghilang lagi. “Mama sangat khawatir ! Telepon nggak diangkat, WA nggak dibalas, bahkan teman-temanmu nggak tahu ke mana kamu! papa sampai lapor polisi!”

Pak Raka—Hendra—mengangguk cepat. “Iya! Kami kira kamu diculik geng motor atau jadi korban investasi bodong!”

Raka tersenyum kecut. “Maaf, Ma, Pa. Aku… mengalami masalah. HP-ku dirampok. Aku luka. Dan… aku nggak bisa pulang dulu.”

“Luka ? sekarang kita ke dokter !” serentak Bu dan Pak Raka menatap wajah Raka, mencari bekas luka.

“Nggak usah mas ,Aku Sudah sembuh,Kan ada yang merawatku ,” jawab Raka cepat, lalu menoleh ke arah Reva yang duduk di dekat pintu, gugup memegang ujung bajunya,dan dia tertunduk malu .

“O ..ya Ma ! Pa ! aku ingin mengatakan kalau ..Ini… ini Reva. Istriku.”

Hening.

Benar-benar hening.

Bahkan suara sendok di dapur berhenti beraduk.

Bu Laras membelalak. Matanya membulat seperti melihat hantu—atau lebih tepatnya, melihat **putranya yang selama ini dikenal sebagai “gunung es” tiba-tiba membawa perempuan dan menyebutnya *istri*.**

“Eh?!” serunya, suaranya nyaris pecah.

Pak Hendra mengernyit. “Istri? Kamu bilang… *istri*?”

Raka mengangguk, tenang tapi sedikit gugup. “Ya. Kami sudah menikah. tiga minggu lalu.”

Bu Laras menoleh ke suaminya, lalu kembali ke Raka, lalu ke Reva—berulang-ulang, seperti sedang menonton film yang gambarnya error.

“Tiga… minggu lalu?!” ulangnya, suaranya naik dua oktaf. “Tanpa bilang ke kami? Tanpa foto prewed? Tanpa undangan? Tanpa… *kue tar*?!”

Reva menunduk, wajahnya memerah. Ia ingin menghilang ke dalam celah lantai marmer.

Raka buru-buru menjelaskan. “Ini… agak mendadak, Ma. Tapi aku serius. Reva adalah istriku sekarang.”

Pak Hartono .melangkah maju, menatap Reva dengan mata tajam tapi tidak galak. “Jadi… kamu Reva,Benar istrinya Raka ?”

Reva mengangguk cepat, lalu membungkuk hormat. “Iya, Pak. Maaf… saya datang tanpa persiapan.”

“Persiapan?” tanya Bu Laras masih syok. “Kamu datang bawa suami yang tiba-tiba jadi *sudah menikah*! Itu bukan persiapan, Nak, itu *bom waktu*!”

Raka tertawa kecil. “Ma, jangan dramatis.”

“Dramatis?! Aku hamil sembilan bulan, sakit empat puluh jam, cuma buat punya anak yang nikah diam-diam kayak pencuri ayam?!”

Reva hampir menangis. “Maafkan kami, Bu…”

Tapi tiba-tiba, Bu Laras menghela napas panjang, lalu mendekati Reva. Ia mengangkat dagu perempuan muda itu dengan lembut.

“Lihat aku, Nak.”

Reva menatap matanya—dan di sana, ia tak melihat amarah, tapi rasa ingin tahu… dan sedikit harap.

“Kamu mencintai anakku?” tanya Bu laras pelan.

Reva terdiam. Ia tak bisa berbohong. “Kami… belum saling mengenal lama, Bu. Tapi aku berusaha memahaminya. Dan aku… aku tidak akan pernah membiarkannya sendirian.”

Jawaban itu jujur. Polos. Tapi justru karena kejujurannya, Bu laras tersenyum.

“Anak yang jujur,” katanya pelan. Lalu, tiba-tiba ia memeluk Reva erat. “Selamat datang di keluarga kami, menantuku.”

Reva terkejut, lalu membalas pelukan itu—air matanya jatuh.

Pak Hartono menggeleng, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. “Aku kira Raka ini akan mati lajang. Dia dulu bilang, ‘Cinta itu ilusi, Pa. Aku cukup sama motor dan kopi.’”

Raka mendengus. “Itu dulu, Pa. Sekarang aku punya istri yang masak lebih enak dari kopi.”

Bu Laras tertawa. “Wah, jadi kamu menikah karena dia bisa masak?”

“Tidak, Ma,” jawab Raka serius. “Aku menikah karena dia merawat lukaku saat aku terluka, memberiku makan meski uangnya pas-pasan, dan tetap memilih tinggal bersamaku meski dunia menertawakan kami.”

Hening sejenak. Lalu Bu laras mengusap air mata.

“Ya Tuhan… anakku akhirnya punya hati.”

***

Mereka duduk di ruang makan—meja marmer panjang yang cukup untuk dua belas orang, tapi kini hanya diisi empat. Sop buntut disajikan dalam mangkuk besar, lengkap dengan potongan wortel dan kentang empuk.

“Coba, Nak,” kata Bu Laras menyendok sop ke piring Reva. “Ini resep turun-temurun. Kalau kamu jadi menantu resmi, kamu harus belajar bikin ini.”

Reva tersipu. “Aku… belum pernah masak sop buntut, Bu.”

"Jangan panggil ibu ,panggil kami mama dan Papa ." Reva tersenyum dan menggangguk.

“Nggak apa-apa! Nanti Mama ajarin. Yang penting niat,” jawab Bu Laras riang. Lalu ia menoleh ke Raka. “Tapi serius, Nak—kamu nikah di mana? Di KUA? Ada saksi?”

“Di kontrakan, Bu. Di hadapan Pak RT, warga, dan penghulu keliling,” jawab Raka.

Pak Hendra nyaris tersedak kuah. “Di… *kontrakan*?!”

“Ya. Kami nggak punya uang untuk resepsi. Mahar-nya cuma dua puluh ribu.”

Bu Laras terdiam. Matanya berkaca-kaca. “Dua puluh ribu…?”

Reva mengangguk pelan. “Itu semua yang tersisa setelah Raka dirampok.”

Kini giliran Pak Hendra yang terdiam. Ia menatap putranya—lalu menatap menantunya—dengan rasa hormat yang tiba-tiba muncul.

“Kalian… menikah dalam kesulitan,” katanya pelan. “Itu lebih berharga daripada pernikahan mewah yang penuh utang.”

Bu Laras menggenggam tangan Reva. “Aku bangga punya menantu sepertimu. Kamu kuat. Kamu baik. Dan kamu jujur.”

Reva menunduk, tersenyum kecil. “Terima kasih, Bu.”

***

Setelah makan, mereka duduk di teras belakang—tempat yang asri, dengan ayunan kayu dan lampu taman yang mulai menyala. Langit senja berwarna jingga lembut.

“Jadi, kalian mau tinggal di sini?” tanya Pak Hartono

“Kalau boleh, Pa,” jawab Raka. “Kami belum punya rumah sendiri.”

“Tentu boleh!” seru Bu laras. “Kamar di sayap timur masih kosong. Besok aku rapikan. Dan Reva, kamu boleh pilih warna cat dindingnya!”

Reva terkejut. “Boleh gitu, Ma?”

“Kenapa nggak? Ini rumahmu juga sekarang.”

Raka menatap istrinya, lalu berkata pelan, “Dulu kamu takut mereka nggak nerima kamu. Tapi lihat—mereka malah kasih kamu kamar dan izin ganti cat dinding.”

Reva tersenyum. “Aku masih nggak nyangka… kamu ternyata anak orang kaya.”

“Bukan kaya, cuma cukup,” ralat Raka. “Dan dulu aku memang dingin. Tapi bukan karena sombong—aku cuma nggak percaya cinta bisa nyata. Sampai aku ketemu kamu… di malam yang salah, dengan luka di kepala, dan kamu malah nggak lari.”

Reva tertawa kecil. “Aku juga kira kamu preman!”

“Dan aku kira kamu penipu!”

Mereka tertawa bersama—tawa yang ringan, jujur, dan penuh kelegaan.

Di dalam rumah, Bu laras berbisik pada suaminya, “Mereka cocok, ya?”

Pak Hartono mengangguk. “Ya. Mungkin ini takdir. Anak kita yang dingin akhirnya mencair… oleh perempuan yang datang dengan sendal jepit dan hati emas.”

***

Malam itu, sebelum tidur, Bu laras memberi Reva selimut baru dan bantal beraroma lavender.

“Tidurlah nyenyak, Nak,” katanya lembut. “Mulai besok, kamu bukan lagi orang asing. Kamu keluarga.”

Reva mengangguk, lalu berbisik, “Terima kasih, Ma … karena tidak marah.”

Bu Laras tersenyum. “Aku marah, awalnya. Tapi lalu aku lihat matamu—dan aku tahu, kamu bukan perempuan yang main-main dengan perasaan anakku. Kamu justru menyelamatkannya.”

Dan di kamar yang luas, dengan kasur empuk dan jendela yang menghadap ke taman stroberi, Reva berbaring—masih memakai sendal jepit di kaki, karena belum berani melepasnya.

1
Napoleon
woop , rasanya gimana tuh Raka manis pasti
Napoleon
Buruk
Napoleon
Kecewa
Jena
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
MayAyunda: terimakasih kak
total 1 replies
kawaiko
Thor, tolong update secepatnya ya! Gak sabar nunggu!
MayAyunda: siap kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!