Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Keindahan Malam
...🌼...
...•...
...•...
“Gimana ya tiba-tiba kalau ada hantu di belakang kita? Apa kita bakalan lari dari mobil berdua, atau melajukan mobil lebih kencang lagi sama hantunya?” tanya Sonia random pada Sean, entah kenapa dia kepikiran akan hal itu.
“Hah?” Sean melongo dan menatap istrinya. “Kenapa tiba-tiba kepikiran begitu?” tanya Sean heran.
“Ya kepikiran aja, gimana menurut kamu? Kita keluar mobil berdua dan lari atau menambah kecepatan mobil biar hantunya pusing di belakang?” Sean tertawa mendengar ocehan istrinya itu.
“Ya mending menambah kecepatan mobil, ngapain ninggalin mobil sama hantunya, dia kan nggak punya SIM,” kelakar Sean yang membuat Sonia ikut tertawa dengan jawaban konyol itu.
“Bener juga ya, kalo kena tilang ngurusnya ke mana? Kantor polisi apa kantor hantunya? Dan yang bakalan nilang siapa? Polisi hantu atau polisi beneran?”
“Kalo polisi beneran pasti bakalan pingsan ngeliat hantu bawa mobil, kalo polisi hantu yang nilang ya ikhlasin aja, berurusan sama manusia aja ribet apalagi sama hantu.”
“Iya juga ya.” Mereka berdua tertawa setelah sekian lama saling merasa canggung, selama ini hanya ketegangan yang ada di antara mereka.
“Kita keliling-keling kota aja ya, ngapai pulang ke rumah sekarang,” ajak Sean.
“Kamu besok kan kerja, apa nggak capek?”
“Yang bos kan aku, mau masuk atau enggak ya suka-suka aku. Malam ini aku pengen berduaan dengan istriku, menikmati malam di Bandung, kan dua hari lagi kita akan kembali ke Jakarta.” Sonia menarik nafasnya, sebentar lagi dia akan kembali disiksa oleh Sean di Jakarta.
“Nggak papa, ini pilihanku,” batin Sonia sambil tersenyum menatap keluar jendela.
Sean memelankan laju mobilnya dan menggenggam tangan Sonia dengan mesra, Sonia menatap Sean dan balik menggenggam tangan suaminya itu. Dia tidak menyia-nyiakan kebaikan suaminya saat ini, apalagi mood Sean sedang baik.
“Aku sangat mencintaimu Sonia, aku tidak rela jika ada orang lain yang menyakiti mu, aku juga tidak bisa menerima ada laki-laki lain yang memberikan perhatian padamu, kamu itu milikku,” ungkap Sean dengan tulus dan jujur.
Sekarang Sonia mengerti, di balik rasa dendam yang dimiliki Sean padanya, ada rasa cemburu buta yang Sean rasakan saat Sonia berdekatan dengan pria lain.
“Aku juga Sean, berjanjilah padaku untuk tidak meninggalkanku apapun yang terjadi, jika lima tahun belum cukup untuk menebus kesalahanku, lakukanlah apapun yang kau mau selama aku hidup, aku akan menerima semuanya,” balas Sonia dengan penuh ketulusan juga.
Sean mencium tangan itu lama, air mata nya juga jatuh dan membasahi tangan Sonia, wanita itu mencium kepala sang suami dengan penuh kasih.
“Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu,” janji Sean kemudian merangkul Sonia dalam pelukannya, dia tetap mengemudi namun laju kendaraan cukup pelan, jalanan juga sudah sepi.
Sonia menyandarkan kepalanya ke pundak Sean dan menatap wajah tampan suaminya itu, Sean menyadari tatapan Sonia, ia langsung mengecup lembut kening istrinya, Sonia kembali merebahkan kepala di bahu Sean.
Mereka tidak memiliki tujuan kemana pun, memilih untuk berkeliling dengan mobil saja sambil menghabiskan waktu berdua.
Mereka berhenti di sebuah puncak yang mana dari puncak itu dapat melihat keindahan kota di malam hari.
“Ya Allah cantik banget.” Sonia tertawa senang melihat pemandangan di depan matanya, lampu-lampu dari rumah dan gedung menghiasi kota tersebut jika dilihat dari atas.
“Main ini yuk!” ajak Sean sambil memberikan sekotak kembang api pada Sonia.
“Kapan kamu beli?”
“Tadi siang.”
Sean mengeluarkan kembang api dari kotak dan mulai membakarnya, mereka tampak begitu bahagia saat ini.
Setelah habis beberapa kotak, Sean dan Sonia duduk sambil menatap keindahan kota. Sean menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya, cuaca juga terasa dingin saat ini.
Sonia mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Sean, Sean membalas, mencium bibir Sonia dengan hangat, membelitkan lidah serta saling bertukar saliva.
Mereka saling berbagi ciuman di malam yang dingin dengan berlatarkan keindahan kota Bandung. Setelah beberapa menit, mereka menyudahi ciumannya dan saling menempelkan kening, Sean menatap lekat wajah cantik Sonia yang masih terlihat bengkak dan lebam akibat perbuatan tadi.
“Maafkan aku,” lirih Sean sambil mengusap wajah bengkak itu, tanpa menjawab Sonia langsung memeluk Sean dengan erat, ini yang sangat dia rindukan dari suaminya itu.
Pelukan dengan membenamkan wajah di ceruk leher Sean.
Malam itu mereka saling tertawa, ngobrol banyak hal dan beradegan romantis, selama menikah, ini adalah kali pertama Sean dan Sonia tertawa lepas serta saling bicara dengan lepas pula.
Sonia melupakan sakit yang ada di tubuhnya saat ini. Semua terobati dengan Sean yang begitu baik padanya sekarang.
Karena asiknya ngobrol dan bermesraan, Sonia merasakan udara malam semakin dingin, jaket yang dia gunakan juga tipis, Sean membuka jaketnya dan memasangkan pada Sonia, dengan hati yang begitu bahagia, Sonia memeluk Sean dengan hangat. Sean saat ini seakan enggan untuk melepaskan pelukannya,
"Aku bahagia Sean, aku sangat bahagia," kata Sonia dalam pelukan Sean.
"Terima kasih, sudah kembali dalam hidupku Son, walau aku tidak bisa membahagiakanmu seperti yang kau mau, tapi terima kasih sudah melalui semua hal bersamaku." Sean berkali-kali mengecup kening Sonia dan air matanya jatuh, dia tidak ingin Sonia melihat diri nya menangis, Sean memeluk Sonia dan menangis di belakang punggung Sonia.
“Ya Allah, jangan jadikan kebahagiaan ini cuma sementara.” Doa Sonia dalam hati sambil memeluk suaminya.
...***...
Gerimis mulai turun, mereka bergegas memasuki mobil, dengan cepat hujan pun turun sangat deras.
“Perasaan tadi cuaca bagus-bagus aja, kenapa tiba-tiba hujan?” celetuk Sonia sambil memandang keluar mobil.
“Cuaca nggak pake perasaan Son, yang ngatur bukan perasaan kita,” sahut Sean sambil menggenggam tangan Sonia.
“Iya juga ya.” Mereka kembali tertawa ringan.
Sonia membuka jaket Sean yang dia pakai dan memberikannya pada Sean, “Udah ngak dingin lagi,” ujar Sonia, Sean meletakkan jaket kulit mahal itu di sandaran kursi kemudi.
“Pulang yuk,” ajak Sonia.
“Ngapain pulang, baru pukul 2 pagi,” sanggah Sean.
“Emang kamu nggak capek?” tanya Sonia, Sean hanya menggeleng, pria itu mendekatkan wajahnya pada Sonia dan bibir mereka kembali bertaut, kali ini bukan hanya sekedar menempel namun mereka saling bertukar saliva dan memainkan lidah.
Ciuman panas mereka sangat didukung dengan hujan deras di luar sana yang menambah sensasi kemesraan. Sean memegang tengkuk Sonia dengan lembut dan memperdalam ciumannya. Mereka begitu menikmati hal ini, pasal nya semenjak menikah, jangankan untuk berciuman, berpelukan saja sangat jarang. Ciuman yang Sean berikan membuat Sonia begitu merasa bahagia dan menikmati setiap sentuhan suaminya.
Sean menurunkan ciuman itu ke leher Sonia dan sesekali menggigit serta meninggalkan tanda kepemilikan di sana, lalu kembali memagut bibir Sonia yang kali ini penuh dengan nafsu dan terburu.
Malam begitu panjang bagi mereka, kemesraan dan cuaca yang mendukung membuat hubungan mereka semakin membaik. Cukup lama bermesraan Sean kembali memeluk istrinya.