NovelToon NovelToon
Pembalasan Anak Korban Pelakor

Pembalasan Anak Korban Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Cerai / Keluarga / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

"Aku akan menghancurkan semua yang dia hancurkan hari ini."
Begitulah sumpah yang terucap dari bibir Primordia, yang biasa dipanggil Prima, di depan makam ibunya. Prima siang itu, ditengah hujan lebat menangis bersimpuh di depan gundukan tanah yang masih merah, tempat pembaringan terakhir ibunya, Asri Amarta, yang meninggal terkena serangan jantung. Betapa tidak, rumah tangga yang sudah ia bangun lebih dari 17 tahun harus hancur gara-gara perempuan ambisius, yang tak hanya merebut ayahnya dari tangan ibunya, tetapi juga mengambil seluruh aset yang mereka miliki.
Prima, dengan kebencian yang bergemuruh di dalam dadanya, bertekad menguatkan diri untuk bangkit dan membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keduanya Punya Rahasia

Anita membuka pelukannya, menyambut kepulangan suami yang telah ia nantikan. Untuk pertama kalinya ia tak mengikuti kepergian suaminya dalam urusan bisnis. Baginya, 3 minggu ini terasa sangat lama.

Pram menyambut pelukan rindu Anita dengan perasaan campur aduk. Sebagian dari dirinya tak menginginkan kondisi ini terjadi. Ia bahkan tak bisa lagi mengingat kapan pertama kali ia terjebak dalam situasi seperti ini.

"Prima pasti akan senang jika tahu papanya sudah kembali."

Anita menatap suaminya penuh rindu. Pram tersenyum. Gurat wajah cantik perempuan di depannya yang kini tak lagi membuatnya rindu saat berada jauh darinya.

"Biar nanti aku yang menjemputnya pulang sekolah bersama Yusuf."

"Itu ide yang bagus sayang. Akan jadi kejutan yang menyenangkan untuk Prima. Dia sudah ribut terus dari kemarin minta papanya cepat pulang. Aku sampai capek menjawab pertanyaan-pertanyaannya."

Anita terkekeh, suara tawanya tak mampu menutupi raganya yang lemah. Iya menggamit tangan Pram menuntunnya naik kelantai dua. Sepanjang naik melewati tangga, Anita tak melepaskan genggaman tangannya. Menggelayut manja di lengan Pramudya.

Pak Yusuf dan Bi Karti yang menyaksikan pertemuan haru kedua majikannya hanya bisa saling tatap. Bi Karti yang berdiri dari arah meja makan, dan pak Yusuf dari ambang pintu. Tanpa sepatah kata pun, namun mereka seolah sedang berbincang. Pak Yusuf menggelengkan kepala ke arah Bi Karti. Keduanya lalu berbalik badan, kembali ke pekerjaannya masing-masing.

"Bagaimana pekerjaanmu di sana?"

"Semuanya berjalan lancar. beruntung ada Samuel yang selalu membantuku."

Pramudya menutup pintu kamarnya. Meletakkan koper yang ia bawa ke sudut ruangan kamar itu.

"Aku sempat khawatir karena kamu menunda kepulanganmu. Kupikir mungkin ada masalah yang serius di sana."

"Tidak sayang, tidak ada yang serius. Tidak usah khawatir. Kamu sendiri bagaimana? Apakah persiapan launching perusahaanmu berjalan lancar?"

"Oh iya aku belum sempat cerita. Aku sudah mendapat klien pertamaku. Kami sudah ketemu kemarin siang. Aku percaya ini akan menjadi langkah pertama yang sangat baik."

"Syukurlah kalau begitu aku ikut senang mendengarnya. Tapi ingat jaga kondisi kesehatanmu, jangan terlalu lelah. Aku lihat badanmu sedikit kurus, apakah sakit? Makanmu pasti tidak teratur."

Anita memalingkan wajahnya dari Pram. Ia tidak mau suaminya memperhatikan wajahnya yang sedikit pucat. Anita membuka pintu lemari dan meraih sebuah handuk putih di rak paling atas. RAM yang menyadari Anita menghindari tatapan matanya mengerutkan dahi.

"Tidak, tidak ada yang sakit. Mungkin sedikit capek saja. Beberapa hari ini aku memang banyak bekerja lembur sampai malam. Tidak usah khawatir, semuanya akan berjalan normal kalau kantor sudah mulai beroperasi. beberapa hari lagi karyawan-karyawan baru sudah mulai bekerja."

"Syukurlah kalau begitu."

"Kamu mandi dulu saja sayang, nanti kita makan siang bersama."

Anita menyerahkan handuk itu kepada Pram. Lalu mengambil tas koper berisi pakaian yang dibawa Pram di sudut ruangan.

"Mandilah, akan kubereskan baju-baju mu."

"Tunggulah di bawah saja, baju-baju kotor nanti biar Asih atau Ratna yang bereskan. Kamu tunggu saja di meja makan, aku tidak akan lama."

"Baiklah kalau begitu, aku tunggu di bawah. Bi Karti sudah kusiapkan makanan kesukaanmu."

Pram tersenyum ia menatap Anita yang keluar dari kamar. Tubuhnya memang terlihat lebih kurus. Dan senyumnya nampak berbeda. Bram menghela nafas panjang. Apakah mungkin Anita sudah mengetahui tentang perselingkuhannya dengan Julia? Batin Pram gundah.

Pramuka segera mandi iya Pa malah membaringkan tubuhnya di atas kasur. Matanya terpejam, namun bayang wajah Anita dan Julia muncul berganti-gantian.

Baginya Julia adalah sebuah obsesi. Berada di dekatnya membuat Pram merasa menjadi laki-laki yang seutuhnya. Julia selalu menggantungkan kepercayaan dan kebutuhannya kepada Pram melebihi siapapun. Wanita cerdas yang sebetulnya sangat tangguh itu, akan berubah menjadi seorang putri yang sangat lemah tak berdaya di hadapan Pramudya.

Berbeda dengan Anita. Perempuan yang luar biasa Mandiri. Iya selalu mampu memberikan dukungan dan bantuannya untuk semua urusan Pramudya. Baik urusan pekerjaan maupun kebutuhan Pramudya yang lain. Pram menjadi laki-laki yang sangat bergantung kepada Anita.

"Bi Karti, tolong siapkan makan siang untuk tuan."

"Oh, iya nyonya."

Bi Kartoli berjalan tergopoh menuju dapur. menghangatkan makanan untuk disajikan kepada tuannya.

"Bi, bisakan saya minta tolong?"

"Ya, nyonya."

"Tolong, pastikan kepada Asih dan Ratna untuk tidak menceritakan kejadian kemarin waktu aku pingsan kepada tuan. Aku tidak mau suamiku khawatir. Lagi pula, yang terpenting kondisiku saat ini baik-baik saja. Tolong ya bi."

Bi Karti menatap Anita penuh haru. Dalam kondisi sakit saja ia masih mengutamakan suaminya, Pramudya. Sementara laki-laki yang menjadi prioritas bagi Anita, sudah sangat kejam menghianatinya diam-diam.

"Bi?"

Di Karti menelan ludah. iya tidak bisa membayangkan jika sampai Anita tahu apa yang sudah dilakukan oleh suami yang sangat ia cintai itu.

"I,iya Nyonya nanti bibi sampaikan pada Asih dan Ratna untuk tidak menceritakan kepada tuan Pram."

Anita tersenyum lega.

"Terima kasih banyak bi Karti. Selama ini bibi selalu mengerti dan membantu saya."

Mata Anita berkaca-kaca. Membuat suaranya terdengar sedikit bergetar. Ia merasa begitu banyak hutang budi kepada pembantu setianya yang sudah mengurus rumahnya selama bertahun tahun. Bi Karti tidak mampu menjawab Anita. Iya hanya menggiringkan kepalanya. Tak terasa air mata Bi Karti ikut menetes. Keduanya tersenyum haru.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!