NovelToon NovelToon
THE BROTHER'S SECRET DESIRE

THE BROTHER'S SECRET DESIRE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Obsesi / Keluarga / Romansa / Pembantu / Bercocok tanam
Popularitas:886.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Area khusus Dewasa

Di mansion kediaman keluarga Corris terdapat peraturan yang melarang para pelayan bertatapan mata dengan anak majikan, tiga kakak beradik berwajah tampan.

Ansel adalah anak sulung yang mengelola perusahaan fashion terbesar di Paris, terkenal paling menakutkan di antara kedua saudaranya. Basten, putra kedua yang merupakan jaksa terkenal. Memiliki sifat pendiam dan susah di tebak. Dan Pierre, putra bungsu yang sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Sifatnya sombong dan suka main perempuan.

Edelleanor yang tahun ini akan memasuki usia dua puluh tahun memasuki mansion itu sebagai pelayan. Sebenarnya Edel adalah seorang gadis keturunan Indonesia yang diculik dan di jual menjadi wanita penghibur.

Beruntung Edel berhasil kabur namun ia malah kecelakaan dan hilang ingatan, lalu berakhir sebagai pembantu di rumah keluarga Corris.

Saat Edell bertatapan dengan ketiga kakak beradik tersebut, permainan terlarang pun di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu istimewa

"Edel, kamu dari mana? Madam Sin cariin kamu dari tadi, kamunya malah hilang!" Alice berlari kecil ke Edel sambil mengomel pelan di telinganya.

Gimana tidak, si Edel ini setahu dia habis bersih-bersih di kamarnya tuan muda Ansel, bersih-bersih di ruang tamu. Habis itu hilang entah ke mana. Dia cari-cariin tidak ketemu-ketemu. Entah karena Mansion ini yang terlalu besar, atau Edelnya sendiri yang pinter bannget sembunyi.

Edel tidak menjawab pertanyaan Alice. Tidak mungkin kan dia jawab lagi ke tempatnya tuan muda Basten terus di sentuh-sentuh sama Laki-laki itu, di jilat-jilatin pula itunya sampai dia mengalami orgasme hebat. Bisa-bisa semua orang yang berada di Mansion ini heboh lagi.

Alice masih menatap Edel dengan tatapan penuh tanya, napasnya sedikit memburu karena habis setengah berlari di lorong panjang itu.

"Edel? Kamu dengerin aku nggak, sih?" suaranya dibuat lirih tapi tetap tegas. Tangannya sempat meraih lengan Edel, memastikan gadis itu tidak melenggang pergi lagi.

Edel hanya memalingkan wajah, berusaha keras mengatur ekspresi agar tidak memerah atau terlihat gugup. Pipinya yang masih panas akibat ingatan tadi sudah cukup membuatnya was-was. Dia takut kalau Alice  bisa langsung membaca pikirannya.

"Aku cuma … ke belakang," jawab Edel akhirnya, suaranya datar.

"Ngambil udara sebentar."

Alice mengangkat satu alis.

"Udara? Di belakang?" nada suaranya setengah curiga.

"Kalau cuma mau ambil udara, kenapa harus lama banget? Madam Sin sampai keliling nyari kamu. Kamu nggak tahu kita semua lagi nyiapin makanan buat tamu istimewanya nyonya dan tuan besar. Yang datang adalah keponakannya tuan besar, gelarnya adalah pangeran negeri ini. Namanya pangeran Xavier, sangat di hormati. Makanya gak boleh ada kesalahan sedikitpun saat kita bekerja." kata Alice panjang lebar.

Edel menelan ludah pelan.

Pangeran? Berarti pesta lusa bukan pesta biasa? Apalagi kalau yang datang adalah keluarga bangsawan. Ada pangeran kerajaan juga. Semua orang di mansion pasti sibuk, pelayan seperti dirinya juga pasti akan sibuk menja para tamu yang datang.

"Oh, " jawabnya singkat. Karena tidak tahu mau bilang apa.

Alice masih memandangnya dengan tatapan penuh curiga, seakan mencoba mengupas lapisan demi lapisan wajah Edel untuk menemukan kebenaran.

"Kamu nggak sakit, kan? Wajah kamu kayak agak merah gitu."

Alice mendekat, nyaris menyentuh pipi Edel.

Refleks Edel mundur selangkah.

"Aku nggak apa-apa kok Alice." ia terlalu cepat menjawab, dan itu justru memperkuat rasa curiga di mata Alice.

"Ya sudah, ayo. Madam Sin udah nyuruh semua pelayan dapur siapin makanan pembuka, sementara tim ruang makan lagi atur meja jamuan. Dan kamu kebagian tugas di ruang makan, bukan di dapur," jelas Alice sambil menarik Edel pelan agar berjalan bersamanya.

Mereka menyusuri lorong panjang dengan dinding berlapis ukiran kayu tua. Lampu gantung kristal di langit-langit memantulkan cahaya hangat, tapi bagi Edel, cahaya itu justru terasa terlalu terang, seakan bisa menyoroti rahasia memalukan yang baru saja ia bawa dari tempat pribadinya tuan muda Basten.

Jantungnya kembali berdebar, bukan karena lelah berjalan cepat, melainkan karena sisa sensasi di tubuhnya belum benar-benar hilang. Bahkan langkah kakinya terasa aneh, seperti ia masih di bawah pengaruh sentuhan laki-laki itu.

"Edel!" panggilan nyaring memecah pikirannya.

Seorang pelayan senior, Madam Sin, berdiri di ujung lorong dengan wajah setengah kesal.

"Kamu ke mana saja?! Waktu kita tinggal sedikit. Kalau kamu mau bernafas, bernafasnya sambil kerja!"

"Maaf, madam," ucap Edel cepat sambil menunduk dalam-dalam.

"Ayo ke ruang makan. Pastikan gelas kristal untuk tamu kehormatan sudah bersih tanpa noda sedikit pun. Aku tidak mau mendengar ada kesalahan siang ini, mengerti?" Nada Madam Sin tajam seperti cambuk. Padahal biasanya kalem. Mungkin karena Mansion ini kedatangan tamu yang sangat penting.

"Mengerti, madam" jawab Edel lirih.

Alice memberi isyarat dengan dagu agar Edel mengikutinya. Mereka masuk ke ruang makan besar yang sudah setengah siap. Meja panjang dengan taplak putih gading terbentang di tengah ruangan, dihiasi lilin-lilin tinggi dan rangkaian bunga segar. Aroma wangi bunga mawar bercampur dengan kilau peralatan makan perak yang tertata rapi.

Edel mengambil lap halus dari meja samping lalu mulai memoles gelas kristal satu per satu. Madam Sin yang mengajarinya kemarin. Tangannya bekerja cepat, tapi pikirannya melayang. Kata "pangeran" terus bergema di kepalanya. Ia membayangkan sosok itu, pasti tampan, berwibawa, dan memancarkan aura berkelas. Apakah akan lebih tampan dari ketiga tuan muda? Tapi, ketiga tuan muda Corris juga ketampanannya bak dewa.

Dan entah kenapa, membayangkan sosok pangeran justru membuat wajah Basten ikut terlintas. Tatapan Basten tadi... tajam, menguasai, sekaligus membuatnya lemah. Secara fisik dan mental.

"Edel!" Suara Alice lagi-lagi menyentaknya.

"Jangan bengong. Kamu hampir jatuhin gelas itu."

Edel cepat-cepat menegakkan tubuhnya.

"Iya, maaf Alice."

Waktu terus berjalan. Satu per satu pelayan mulai membawa hidangan dari dapur. Suara langkah kaki, denting peralatan makan, dan aroma daging panggang memenuhi ruangan. Lalu, tiba-tiba, dari arah pintu depan terdengar suara derap langkah yang berat namun teratur.

"Awas semua! Tuan besar datang bersama tamu kehormatan!" seru salah satu penjaga pintu.

Semua pelayan langsung berdiri di posisi masing-masing, menunduk sopan. Edel ikut menunduk, matanya menatap lantai. Ia hanya bisa mendengar suara-suara di depannya, suara tuan besar Hart, lalu seseorang dengan suara berat yang berwibawa.

"Senang akhirnya bisa berkunjung kemari," suara laki-laki asing itu terdengar jelas. Ada sedikit aksen asing yang membuatnya terdengar ... eksotis.

Lalu langkah mereka bergerak mendekat ke meja. Saat Edel mengangkat sedikit kepalanya untuk mencuri-curi lihat, matanya bertemu dengan tatapan pria itu, sosok yang mungkin adalah pangeran yang dimaksud. Tinggi, berpostur tegap, dengan rambut hitam legam dan mata tajam berwarna keabu-abuan.

Tatapan itu hanya sebentar, tapi cukup untuk membuat Edel merasakan hawa dingin menjalari punggungnya. Bukan tatapan ramah,tatapan itu seolah menilai, mengukur, dan menyimpan sesuatu.

Dan di ujung meja, Edel melihat Basten sudah duduk dengan ekspresi santai namun matanya sedikit menyipit, seakan ia tidak suka melihat bagaimana sang pangeran tadi menatapnya. Edel dengan cepat menundukkan kepala.

"Uncle, apakah peraturan tidak boleh menatap para tuan muda di Mansion ini masih sama?" sang pangeran tiba-tiba bersuara. Edel yang mendengar seketika syok. Ia mulai berkeringat. Pasalnya tadi ia baru saja bertatapan dengan sang pangeran. Serta menatap tuan muda Basten diam-diam. Jangan-jangan pangeran melihatnya lagi.

Gadis itu menyeka keringatnya.

Takut dikuliti oleh pangeran, bisa habis dia nanti.

"Iya, kenapa kau bertanya begitu Xavier?"

Suara tuan Hart berhasil membuat Edel makin lemas di tempatnya.

"Aku ingin hari ini uncle cabut larangan itu." semua anggota keluarga Corris serta pelayan kaget. Termasuk Edel pastinya.

1
nyaks 💜
💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪😘😘
Srie Handayantie
uhh aku makin kagum sama kamu Basten apalgi itu ucapan kmu buat nenangin edell uh suamipabel bget 🤭🤣
nyaks 💜
mau ngapain kau ke kamar Ansel?? mw saling berbagi atau menghibur yg lagi patah hati?? 🤣🤣
Srie Handayantie
mungkin masih shock krna baru tau jati diri dia yg seorang putrii . tpi nanti lama kelamaan bisa beradaptasi dan ingatan nya pun pasti kembali . hrus tenang edell bekingan kamu pun kuat kokk apalagi ada Basten disamping mu.
Vie
coba kamu bisa menhibur kakakmu yang satu ini ga pierre... kasihan dia..baru jatuh cinta benera, eh udah langsung patah hati...
Vie
1000 % setuju dwngan mu pierre....
Ipehmom Rianrafa
lnjuut 💪💪
nyaks 💜
Valak 😂😂😂
Salim ah
akh aq mau donk jadi Putri fiora atupun Edel yg sllu didekap dan disayang Basten 🤗😍 aq iri Edel🙄😢
Yani Cuhayanih
oh aku jd melooww kapan edel akan jd sosok yg tegar dan lebih dewasa.
nyaks 💜
seyakin itu mulutmu dan pikiranmu ke Pierre?? 😂
Yani Cuhayanih
piere kau kageet aah telaaat
Salim ah
hilang sudah keangkuhan dan kesombongan lady corris disuruh untuk berlutut dihadapan putri fiora
dan untuk lusinda kamu siap2 berhadapan dgn Basten klu kamu sampe mencelakai Edel lagi
Sleepyhead
Thankyou for the beutiful part that u gave to us toor... its freaking owesome...
🤩
Sleepyhead
🥶🥶🥶🤒🤒🤕 melteddd aku toooor
nyaks 💜
tingkat PD yg setingai langit..
Sleepyhead
Exactly, according to your relationship indeed
is truly meant for you, it will eventually come into your life, regardless of any obstacles.

The phrase encourages patience, trust in the natural course of events, and faith in the idea that what is destined for you will not be lost.
Anonim
Edel masih berusaha meyakinkan diri apa benar dia putri Fiona. Basten dengan sabar penuh kasih sayang mendampingi istrinya yang terlihat rapuh yang masih syok setelah mengetahui siapa dirinya. Basten meyakinkan Edel apapun kondisinya - Edel tetap perempuan yang paling dicintainya.
Edel tidak ingat Lusinda adalah kakak tirinya - yang dia ingat Lusinda ingin menculiknya. Basten akan memberikan hukuman yang setimpal untuk Lusinda.
Basten perlakuanmu terhadap Edel bikin meleleh nih💖
Anonim
Lusinda mimpimu boleh setinggi apapun - hati-hati saja kalau jatuh sakit sekali lho. Masih punya pikiran menghabisi adik tirinya - kamu sendiri nanti yang habis. Tuan Hart dan Basten sudah mengetahui kalau masih ada mata-mata Lusinda yang berada di mansion - tapi berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Wow...ternyara Pierre juga tidak suka sama Lusinda yang disebutnya 'wanita setan' perempuan licik dan serakah, bahkan lebih serakah dari Setan /Facepalm/
Sleepyhead
Dia lebih dari setan Pierr 🤣🤣 Dia lebih dikategorikan The Queen of Devil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!