Lily, seorang mahasiswi berusia dua puluh tahun, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu malam yang penuh jebakan. Ia dijebak oleh temannya sendiri hingga membuatnya terpaksa menikah dengan David Angkasa Bagaskara- seorang CEO muda, tampan, namun terkenal dingin dan arogan.
Bagi David, pernikahan itu hanyalah bentuk tanggung jawab dan penebusan atas nama keluarga. Bagi Lily, pernikahan itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia minta. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan pria yang menatapnya seolah dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, di balik sikap angkuh dan tatapan tajam David, Lily mulai menemukan sisi lain dari pria itu.
Apakah Lily mampu bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta itu?
Ataukah perasaan mereka justru akan tumbuh seiring kebersamaan atau justru kandas karena ego masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra_Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan di Atas Kertas
Senja telah berganti, langit jingga itu kini sudah meredup tergantikan awan gelap. Cahaya rembulan dan kelipatan bintang mengiringi malam yang cerah ini.
Indahnya malam ini tak seindah perasaan Lily, si gadis manja yang akan dinikahi oleh seorang pria yang tidak ia kenal sebelumnya.
Lily, gadis itu menggunakan kebaya berwarna putih. Ia begitu cantik meski pernikahan ini sangat mendadak. Demi melancarkan rencana ini, Tuan Handoko dan Nyonya Amanda menyewa MUA ternama untuk merias sang pengantin perempuan.
Urusan jamuan pun begitu sempurna dan lengkap. Makanan lezat sudah terhidang, juga taman belakang yang dihias sebagai lokasi outdoor pernikahan sederhana ini.
Meski sederhana, namun bagi Rama maupun Cantika, ini tergolong sangat mewah. Memang dengan uang, semua urusan akan mudah. Itulah yang selalu ditanamkan keluarga konglomerat ini. Seketika Rama dan Cantika merasa minder, apalagi keluarga besar dari Tuan Handoko Bagaskara sudah hadir untuk menyaksikan akad nikah ini.
Lily keluar dari kamar yang ia yakini adalah kamar tamu lantai pertama di rumah itu. Ia berjalan pelan diapit oleh sang ibunda. Sementara David dan yang lainnya sudah duduk di atas permadani tebal yang bulunya begitu halus.
Semua mata tertuju padanya. Lily begitu cantik meskipun hanya dengan make-up natural. Bibir berwarna pink glossy membuat wajahnya sangat manis meski wajah itu terus ditekut sejak awal kedatangannya.
Gadis itu diminta duduk disebelah pria yang akan mengikrarkan akad padanya malam ini. Dihadapan penghulu dan para saksi, mereka pun akhirnya resmi menjadi suami dan istri.
Prosesi akad nikah berlangsung dengan cepat. Rama menjabat tangan menantu dinginnya. Sejak tadi tiada senyuman di wajah mereka. Baik Handoko, Rama, David maupun Lily benar-benar tidak menikmati acara yang seharusnya membahagiakan ini.
Hanya Nyonya Amanda, wanita bergaya hedon itu yang terus menyunggingkan senyum. Bukan perihal pernikahan anaknya, melainkan sesuatu yang ia rencanakan setelah ini.
"Lily, David, fotonya deketan dong! Ini akan jadi bukti pernikahan kalian!" seru Nyona Amanda bersemangat.
Kedua pengantin itu terlihat canggung ketika harus berfoto mesra di ruang tamu yang dindingnya sudah disulap sebagai spot foto itu. Bunga-bunga serta dekorasi bertuliskan D&L membuat siapapun tidak ada yang mengira jika acara ini dadakan.
Tuan Handoko bahkan meminta keluarga besarnya untuk hadir. Keponakan David juga turut serta, berfoto dengan bermacam foto dengan senyum dan tawa yang terlihat begitu natural.
'Mereka memang jago akting!' gerutu Lily pada para ponakan pria yang kini sah menjadi suaminya itu.
Foto keluarga juga tak luput dari perhatian. Begitu sempurna dan elegan. Bahkan Tuan Handoko memberikan dresss code yang sama untuk Rama dan Cantika, besan mereka. Tuxedo putih membuat Rama terlihat gagah, begitupun Cantika dengan balutan gaun berwarna rosegold senada dengan gaun milik Nyonya Amanda.
Semua keluarga besar Tuan Handoko Bagaskara hadis, namun dari Lily hanya orang tuanya saja. Sengaja Rama dan Cantika tak memberitahukan kabar ini pada keluarganya. Karena mereka tahu betul bagaimana orang kampung dalam bersikap. Mereka tak ingin sampai ada yang membocorkan bahwa pernikahan ini dibuat secara mendadak untuk menutup skandal anak mereka.
Berbeda dengan Tuan Handoko yang mengundang seluruh keluarga besarnya. Ia tidak khawatir sama sekali. Semua keluarganya tidak akan membuka mulut. Tentu karena dirinya paling disegani disini. Keluarga Bagaskara begitu bergantung padanya. Sekali saja mereka berkhianat, Tuan Handoko tak segan-segan untuk memberi pelajaran meski pada keluarganya sendiri.
"Dimana Ricardo? Aku tidak melihatnya sejak tadi?" tanya Tuan Handoko pada sang ajudan.
"Tuan muda Ricardo tidak ada dikamar nya sejak siang tadi, Tuan. Mungkin dia pergi bersama teman-temannya," ucap Pak Heru, ajudan kepercayaan keluarga ini.
"Ckkk... Dasar anak nakal. Saat seperti ini, dia malah keluyuran."
Tuan Handoko menepuk tangannya sekali. Tak lama datang pelayan menghampirinya. "Panggil Reymond kemari!" titahnya. Ia duduk di ruang keluarga. Sementara sang istri dan keluarga besarnya tengah berkumpul di halaman belakang yang kini telah disulap sebagai tempat untuk penjamuan.
"Reymond sedang bersama Tuan muda David, Tuan," ucap pelayan itu sambil menunduk hormat.
"Cepat suruh dia kemari! David sudah besar, tak perlu terus menerus dilayani. Lagipula David sudah menikah dan punya seorang istri. Biarkan dia bersama istrinya!" tegas Tuan Handoko pada pelayan itu.
"Baik, Tuan besar. Saya akan panggilkan Raymond sekarang juga."
Tak berselang lama, pria berjas hitam yang memiliki perawakan kekar itu datang. Wajahnya sedatar Tuan Handoko dan David. Tentu saja karena ia merupakan keponakan dari Tuan Handoko, Reymond adalah sepupu David yang juga merupakan asisten pribadi pewaris Bagaskara grup itu.
"Ada apa Om memanggilku?" tanya Reymond. Ia memang bagian dari keluarga besar Bagaskara, namun kedua orang tuanya terjerat korupsi di perusahaan Moonlight company beberapa tahun yang lalu sehingga membuat Reymond harus bekerja pada David untuk menebus kesalahan kedua orang tuanya.
Tuan Handoko yang kejam awalnya tak ingin memberi toleransi pada keluarga yang berani menghancurkan bisnisnya. Tapi berkat bujukan David, akhirnya dia luluh dan mau memaafkan kesalahan kedua orang tua Reymond tanpa harus berurusan dengan pihak berwajib.
Kedua orang tua Reymond diasingkan, sementara Reymond harus bekerja sebagai asisten pribadi sepupunya sendiri.
"Panggil aku Tuan Handoko, apa kau lupa?" tanya pria itu sinis.
Reymond menatapnya dengan datar. Matanya yang tertutup kacamata hitam itu nampak berkilat penuh dendam pada pria tua yang kejam dan bengis itu.
"Maaf, Tuan. Ada apa memanggil saya?" tanyanya formal. Ia harus profesional meski rasa muak selalu hinggap pada pria tua yang tega membuang kedua orang tuanya itu. Tanpa belas kasih, Tuan Handoko mengusir orang tua Reymond dan menghapus nama ayahnya dari daftar keluarga besar ini.
Reymond tahu jika orang tuanya salah. Tapi apakah tak ada toleransi bagi seorang pria tua yang juga berjuang untuk kemajuan Moonlight company hingga namanya bisa besar seperti ini? Perusahaan ini bisa maju karena ada campur tangan ayahnya saat itu.
"Kirimkan foto-foto ini pada awak media. Pernikahan David dan Lily diadakan tanggal 7 minggu kemarin. Paham?!"
Reymond langsung mengangguk dan pergi dari hadapan Tuan Handoko. Ia tak ingin berlama-lama bersama pria tua yang begis itu. Sikapnya sebelas duabelas dengan David, namun masih mending David yang masih mempunyai hati nurani meksipun sedikit.
**
Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam ketika keluarga besarnya berangsur pamit untuk pulang. Begitupun dengan Rama dan Cantika, mereka begitu berat meninggalkan Lily di rumah ini.
Kedua orang tua yang awet muda itu menatap anak mereka dengan sendu.
"Ayah dan bunda pulang dulu ya, Nak. Kami janji akan mengunjungimu lagi," ucap Rama sambil memeluk sang putri.
"Hikh... Hikh... Aku mau ikut, Yah, Bun. Aku gak mau disini," ucap Lily sambil terisak.
Air mata tak terbendung lagi di netra sang ibunda. Cantika memeluk putrinya dengan sangat erat. "Maafkan Bunda, Sayang. Tapi kamu sudah menjadi seorang istri. Kamu harus patuh pada suamimu," ucap Cantika memberikan pengertian dengan lembut. Meskipun berat hati, namun ia harus tetap tegar. Bagaimanapun Lily sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Suka tidak suka, ia harus menerimanya.
"Tapi, Bunda..."
"Betul apa kata ayah dan bundamu, Sayang. Kamu sudah menjadi istri dan bagian dari keluarga ini. Kamu akan tinggal di sini," ucap seseorang yang menimpali dari arah belakang.
Nyonya Amanda menghampiri sambil menyunggingkan senyumnya. Ia mengelus bahu sang menantu. Pandangan dan senyuman itu terus terukir ke arah Rama, sang besan.
"Kalian jangan khawatir. Lily akan terjamin disini. Dan jika kau ingin mengunjunginya, kau bisa sering datang kemari, Rama."
Lily mengerutkan kening. Begitupun dengan Cantika yang terheran-heran. Kenapa yang disebut hanya nama suaminya saja? Sontak hal tersebut membuat Cantika tidak nyaman. Ia pun segera pamit dan mengajak suaminya untuk pulang.
"Kau akan diperlakukan baik jika kau mau menuruti perintahku, Gadis manja. Seringlah minta ayahmu untuk datang kemari. Aku akan berikan apapun yang kau minta," bisik Nyonya Amanda pada menantunya yang masih bergeming menatap kepergian ayah bundanya.
"A–apa maksudmu?" tanya Lily dengan wajah kebingungan.
Namun sang Nyonya tak menjawab. Ia berjalan dengan langkah angkuhnya meninggalkan Lily seorang diri.
Lily yang kebingungan itu hendak melangkahkan kakinya. Entah mau kemana ia pun tak tahu. Rumah ini sangat luas, bahkan mungkin ia bisa terserat. Ia juga tak bisa ingat kamar mana yang harus ia masuki?
"Lily...!!" Wanita itu sontak menoleh saat seseorang memanggilnya.
Manik cokelat itu terbeliak ketika melihat siapa yang memanggilnya barusan.
"Ri–ricardo?!"
**
Bersambung