Elma merasa, dirinya bukan lagi wanita baik, sejak sang suami menceraikannya.
Tidur dengan pria yang bukan suaminya, membuat Elma mengandung benih dari atasannya yang seorang playboy, Sean Andreas. Namun, Sean menolak bertanggung jawab dengan alasan mereka melakukannya atas dasar suka sama suka.
Beberapa bulan kemudian Elma melahirkan bayi perempuan dengan kelainan jantung, bayi tersebut hanya bisa bertahan hingga berusia satu tahun.
Disaat Elma menangisi bayi malangnya, Sean justru menyambut kehadiran seorang bayi dari rahim istrinya, sayangnya istri Sean tak bisa bertahan.
Duka karena kehilangan anak, membuat Elma menjadi wanita pendendam. Jika ia menangisi anak yang tak pernah diinginkan papanya, maka Sean juga harus menangisi anak yang baru saja dilahirkan istrinya.
Apa yang akan Elma lakukan pada anak Sean?
Tegakah Elma menyakiti bayi malang yang baru saja kehilangan Ibunya?
Bagaimanakah hubungan Elma dan Sean selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyebab Terjadinya Kecelakaan
#19
“Nona Elma, segera dipercepat, ya. Karena Tuan Muda Rey mulai rewel,” ujar Pak Hendi mengingatkan Elma, agar segera menyelesaikan sarapannya.
“Baik, Pak— maaf, saya belum tahu nama Anda.”
“Hendi, panggil saja Pak Hen, jika merasa terlalu panjang,” jawab Pak Hendi datar, tanpa perlu menuruti standar pekerjaan, Pak Hendi sudah terlalu taat pada aturan, karena itulah ia menjadi kepala pelayan, yang paling dipercayai Mom Naura.
Elma segera menghabiskan sarapannya, “Kak, nanti buah-buahannya aku bawa ke kamar.” Dina berinisiatif karena merasa waktu makan Elma terlalu singkat.
Elma mengangguk, kemudian mengusap kedua sudut bibirnya dengan tisu usai semua makanan pokok di piringnya habis.
Ruang tamu mulai heboh, karena tak ada yang berhasil menenangkan Baby Rey, apalagi Bu Dini yang hanya bisa pura-pura ikut panik, padahal modusnya ingin mencari perhatian untuk Cindy. “Coba, sama Tante Cindy, barangkali mau,” usul Bu Dini.
Mendengar usulan Bu Dini, Sean pun menurut, tapi ketika melihat kuku-kuku Cindy yang panjang berwarna-warni, Sean mengurungkan niatnya. “Lho, Mas. Aku bisa gendong bayi, loh,” ujarnya mempromosikan diri.
“Kukumu tajam, aku takut akan melukai Rey.”
Sontak saja, semua mata tertuju pada kuku Cindy, memang benar kuku gadis itu indah, bahkan Cindy sengaja memasangkan ring emas ke salah satu ujung kuku lentiknya. Memang indah dan elegan, tapi tak cocok jika menggendong bayi dengan kuku-kuku seperti itu, karena rawan menggores kulit bayi.
Bu Dini langsung komat-kamit memarahi Cindy, “Kamu ini, kemarin Mama sudah ingatkan untuk potong kuku, malah di warnai begini.”
“Sayang, Ma. Ini cantik, loh.”
“Cantik, tapi tak menguntungkan, ya percuma dipelihara!” balas Bu Dini.
Cindy langsung manyun, apalagi ketika melihat Elma datang beberapa saat kemudian. Wanita itu begitu tenang, keibuan, dan sentuhannya seperti sebuah keajaiban bagi Baby Rey. Karena suara tangisan langsung reda, berganti dengan rengekan manja.
“Utututu, hey Jagoan, kamu sudah lapar lagi?” tanya Elma pada Baby Rey, Sean begitu terpukau melihatnya, tapi tak lama, karena sesaat kemudian ia teringat Linda yang seharusnya ada di posisi Elma.
“Maaf, saya harus masuk,” pamit Elma.
“Iya, tolong tenangkan dia,” ujar Mom Naura.
“Lho, kok dibawa ke kamar? Kan dia orang baru, apa bisa dipercaya?” Bu Dini langsung bertanya penuh curiga.
“Tenang saja, Besan. Kamar Baby Rey, selalu saya pantau.” Tentu saja harus Mom Naura yang memantau, karena ada privasi Elma dan Dina di sana.
Jawaban Mom Naura membuat Bu Dini bungkam. “Oh, begitu, ya?” ujarnya kikuk.
“Tenang saja, Ma. Semalam saya sudah menjelaskan semua yang harus dia lakukan serta yang tidak boleh dilakukan. Dan jika melanggar maka konsekuensinya juga akan sangat berat, karena ini menyangkut Rey.”
“Oh, Syukurlah.” Bu Dini bernafas lega.
“Maaf, aku harus segera pergi, karena polisi memanggilku untuk menanyakan beberapa pertanyaan terkait kecelakaan Linda.” Sean pamit setelah merasa tenang, karena ada Elma yang menemani anaknya.
Bu Dini terkejut, ia segera mengikuti Sean, “Tunggu, Sean!”
“Ada apa, Ma?” Sean bertanya dengan heran.
“M-memang apa kata polisi?”
“Saya belum tahu, Ma. Karena kemarin polisi tak bilang apa-apa.”
“Ah, begitu, ya. Nanti kabari Mama ya, jika menyangkut sesuatu tentang Linda.” Bu Dini memasang wajah sendu, tapi cukup menyimpan misteri. “M-mama— masih—”
“Pasti, Ma,” potong Sean. “Pergi dulu, ya, Ma?” Sean mengulang kalimat pamitnya.
Bu Dini tersenyum Kemudian mengangguk, wanita itu bahkan berpura-pura mengusap sudut matanya, padahal sama sekali tak ada air mata kesedihan. Yang ada hanyalah sorot mata kekhawatiran.
•••
“Tuan, apa Anda sudah benar-benar yakin dengan perjanjian semalam?” tanya Gading, saat ini mereka sedang melaju menuju kantor polisi.
“Tentang Elma?”
“Iya, Tuan.”
Sean menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Gading. “Disaat begini apa aku masih punya pilihan? Rey adalah satu-satunya kenangan terindah yang ditinggalkan Linda untukku. Jika hanya Elma yang bisa menolong Rey, apapun akan ku berikan.”
“Tapi, 30 persen saham Anda, itu banyak sekali, Tuan?” Gading terus bertanya, walau mulai menebak-nebak alasan Elma melakukan hal itu.
“Iya, beberapa tahun ke depan aku akan jadi orang miskin, apa sampai saat itu, kamu masih bersedia mematuhi aku?” sindir Sean.
“Yang menggaji saya, adalah Tuan Ezra, jadi saya pastikan akan tetap setia pada Anda, Tuan.” Jawaban yang jujur, tapi membuat Sean dongkol.
“Ckck, dasar bunglon,” olok Sean.
Gading menyeringai, “Itulah saya, Tuan. Tapi tenang saja, informasi Anda akan saya jaga rapat-rapat, termasuk beberapa tahun lalu ketika Anda pura-pura ngambek, tapi ternyata menghabiskan waktu di Hawaii bersama seorang wanita.”
Sean tersenyum kecil mengingat kegilaannya dahulu, entah pesona apa yang dimiliki Linda, hingga membuatnya rela berhenti dari semua kesenangan dunia.
Sean memijat pundak asistennya, “Good, setidaknya sekarang aku semakin percaya bahwa kamu anak baik.”
‘Tapi aku tak janji merahasiakan hubungan Anda dengan Nona Elma, Tuan’. Gading membatin.
Gading sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa suatu saat jika Tuan Ezra dna Nyonya Naura bertanya tentang siapa Elma, maka ia siap membeberkan semuanya, tanpa terkecuali.
•••
Sean sedang menunggu di sebuah ruangan, menunggu polisi yang bertugas menyelidiki kasus tabrakan beruntun yang memakan banyak korban.
“Tuan, jika Anda ingin, saya akan keluar dari sini,” tawar Gading.
“Tetaplah disini,” balas Sean.
Tak lama kemudian, Tuan Aji pun tiba di ruangan tersebut. “Maaf, Tuan, sudah membuat Anda menunggu.”
Tuan Aji mengulurkan tangannya mengajak Sean dan Gading bersalaman, seperti hanya detektif pada umumnya, Tuan Aji mengenakan pakaian kasual, karena masih harus sering terjun ke lapangan.
Sebuah plastik berklip Tuan Aji letakkan diatas meja, di dalam plastik tersebut, terdapat banyak foto screenshot yang diambil dari rekaman video CCTV jalan raya. Tuan Aji masih sibuk memilah-milah beberapa foto yang ingin ia tunjukkan pada Sean.
Setelah menemukan 3 buah foto yang ia inginkan, Tuan Aji pjn menunjukkan ketiganya pada Sean. “Apakah Anda mengenal jeep hitam ini?” tanya Tuan Aji.
Sean mengerutkan keningnya, rasa-rasanya ia tidak mengenal mobil tersebut, tapi di lihat dari foto, mobil tersebut, mengikuti mobil Linda hingga membuat Linda pontang-panting menghindarinya. “Jika Anda mengira mobil tersebut mengikuti mobil istri Anda, jawabannya adalah benar sekali.”
Tak!
Tuan Aji menekan tombol enter di laptopnya, dan video rekaman CCTV kini nampak di hadapan Sean dan Gading. Dua buah mobil itu memang saling berkejaran, hingga membuat Linda beberapa kali menantang bahaya manakala mendahului mobil yang ada di hadapannya.
Hingga pada akhirnya— Sean menghentikan video tersebut, ia tak sanggup melihatnya lagi. Sungguh tragis nasib Linda, wanita kalem tersebut meninggal dengan cara yang mengenaskan.
“Setelah berulang kali melihat, serta bertanya pada saksi yaitu beberapa korban yang selamat, kami sampai pada satu kesimpulan, bahwa istri Anda adalah penyebab terjadinya kecelakaan beruntun tersebut.”
Dengan tenang Tuan Aji menyampaikan, tapi bagi Sean, ia seperti mendengar suara gemuruh bersahutan.
kerren
semangat terus nulisnya yaaa 😍