Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.
Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.
~~~~
"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."
Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuh ~ Dunia dan seisi dosanya
"Malam ini kita semua makan malam dengan keluarga Syahril."
Dan kalimat bernada perintah itu membuat Gala terusik sampai ke tulang rusuk.
Benar. Kedatangannya ke ibukota itu salah besar, sebab hanya akan membuat luka lama semakin menganga dan menciptakan lubang baru, dimana hatinya tak lagi memiliki ruang tersisa. Selama ini, ia hidup dari usahanya mengumpulkan serpihan serpihan hatinya saja.
Beban yang ditumpuk di pundak telah sampai di kepala. Dan itu, kini, mematahkan tulang lehernya. Namun ia tak kuasa mengatakan apapun pada siapapun sehingga hanya bisa bungkam saja dan menelan itu untuk dirinya sendiri. Bukankah terlihat menyedihkan? So kuat.
"Ma, maaf tapi Lala..." ia berusaha menolak, tapi....
"Ayo dong La, mumpung kamu ada disini. Lagipula sudah lama tanta Audi dan om Syahril tidak melihat Lala, bukankah dulu Lala dekat dengan bang Aziz? Masa tidak rindu, dulu Lala sering dijajanin, sering diajak jalan." Bujuk mama.
Mungkin mama akan menolak dan memaki tanta Audi seandainya tau, yeah...seandainya ia tau.
"La...kamu sakit atau?" tatapan kak Ayunda yang seolah menyiratkan rasa cemas itu akhirnya memaksa Gala untuk setuju menghadiri acara makan malam yang mungkin akan membuatnya semakin hancur, tapi jika ia pikir kembali....memang seharusnya ia datang demi menunjukan pada dia kalau Gala berada dalam kondisi baik-baik saja saat ini, saat ia tinggalkan.
"Ya udah deh, aku rapi-rapi dulu."
Salahkan ia yang memang tak memiliki banyak pakaian feminim, tak seperti kak Ayunda yang selalu nampak modis, nampak dewasa dan *perempuan banget*, bahkan tak dapat dipungkiri kharisma wanita karir-nya itu begitu terpancar darinya. Patutlah Aziz dan kedua orangtuanya setuju dijodohkan dan memilih kak Ayunda sebagai calon istri Aziz, bahkan kak Ayunda tak bisa lebih cantik lagi dengan berkerudung. Beda dengan dirinya yang---*yeah bisa dilihat*.
Papa saja sempat berdehem demi menemukan perbedaan signifikan Ayunda dan Gala dari rear vision mobilnya. Dimana Gala hanya memakai celana jeans dengan sweater berhoodie dan sepatu warriornya.
Sebuah rumah makan di seputaran Ciparu dipilih dua keluarga ini untuk melakukan pertemuan. Tak jauh memang, namun tetap harus meninggalkan kesan hangat, formal, dan memberi jejak masa depan.
Gala sempat terdiam sejenak, melihatnya, rasa sakit itu muncul lebih besar saat sosok itu tersenyum dengan paras tampannya, nampak bahagia--- **tanpa Gala**.
Sebuah keluarga harmonis yang terdiri dari 2 orang anak, satu lelaki dan satu perempuan, serta sepasang orangtua idaman menyambut keluarganya disana.
Sempat ikut terkejut lantas senyuman menghujani kehadiran Gala.
"Gala! Ya ampun, tante seneng bisa lihat kamu lagi.." pandangannya meneliti Gala sebadan-badan, lalu----"makin cantik. Seneng banget sama kak Hanin sama om Iri, yang satu cantik feminim, yang satu cantik tomboy gini...betah banget di kota Karang ya, La. Ada apa sih disana?" matanya melirik usil Gala yang nyengir kaku di tatap tante Audi. Begitupun om Syahril yang langsung membawanya ke dalam dekapan, seolah Gala adalah anak bungsunya padahal di meja sana ada Aca, adik Aziz.
"Hay La," sapa Aca
"Hay...Ca."
Lalu terakhir....pria tampan berkharisma itu yang menyapa Gala, namun Gala tak indahkan, ia justru menjadi sosok yang dingin untuknya malam ini.
Ia duduk dengan menu santap malam di depannya, namun jauh dari kata berselera.. justru ia merasa seperti sedang berada di atas lapisan ozon bumi tanpa oksigen, begitu sesak. Pemandangannya bikin perih di mata namun ia memaksa dirinya untuk tetap bertahan. Rasa itu masih ada, namun harus segera ia selesaikan.
Sejak tadi, ia tau pandangan Aziz sesekali mencuri pandang padanya, bahkan beberapa kali ia mengajak Gala bicara. Hanya saja, Gala menjawabnya dengan seperlunya. *Ya--tidak--tak tau*.
Ia beranjak dan ijin pada mama untuk keluar sebentar, dengan meninggalkan makanan yang baru ia suapkan ke dalam mulutnya separuh.
"Ma, Lala ke belakang dulu." Ia segera beranjak.
"Iya, La." Tanpa menaruh rasa curiga, mama mengiyakan. Pergerakannya sempat mencuri perhatian semua penghuni meja.
"Loh, mau kemana La?" tanya Aziz mewakili.
"Ke belakang bang."
Mungkin diantara mereka, hanya Gala yang merasa dunia terlalu sepi dan kejam untuknya malam ini.
Ia ingat kembali pada sore itu, sore yang membawa dunia semakin runtuh untuknya. Ia yakin, jika masalah di dalam keluarganya bukan perkara besar, sebab Aziz masih ada untuknya. Namun sore itu, saat keduanya memutuskan untuk lari sore bersama.
*La, maafin bang Aziz...hubungan kita hanya sampai disini. Abang tau ini salah, seharusnya Abang hanya menganggap Lala seperti Aca*.
Rasa sesak itu semakin tak tertahan ketika ingatan tentang tanta Rara kembali, atau harus ia sebut *mama Rara*.
Gala tak bisa lagi menahan air matanya untuk tak tumpah, menahan lagi isakannya untuk tak jatuh, diantara langkah yang nyatanya sudah keluar jauh dari rumah makan.
*Ia yang masih memakai seragam putih abu menghentikan langkahnya di depan pintu kamar belakang yang terbuka sedikit*.
"*Abang, aku hamil bang..." Seorang wanita yang sangat ia kenali menangis dengan sorot mata takut juga khawatir. Tentu saja ia sangat hafal, sebab wanita itu selalu menghabiskan waktu bersamanya setiap hari, dialah tante Rara asisten rumah tangga sekaligus pengasuhnya*.
"*Apa?" Papa terlihat terkejut dan frustasi, "sebentar, lalu bagaimana dengan...Hanin dan anak-anakku. "Tuhan..." ia meremas kepalanya berdecak sementara tante Rara menangis disana*.
"*Aku akan nikahi kamu, secara agama Ra. Kamu tenang saja, aku akan tanggung jawab.Tapi untuk saat ini, abang antar kamu kembali ke kota Karang ya, kita menikah siri disana*."
*Tatapan tante Rara nyalang, "Aku akan membesarkan anak kita sendiri, bang. Kamu tidak perlu khawatir. Aku yang salah, aku yang menyakiti kak Hanin dan keluargamu*."
*Ia mendorong pintu kamar itu, dimana kedua manusia yang sedang berbicara itu begitu terkejut melihatnya, "papa dan tante*..."
"*Gala*..."
*Lala menerjang malam gelap nan kosong dalam derai air matanya, hanya satu tujuannya, asrama Aziz*.
*Lalu esoknya, ia dapati tante Rara pulang ke kota Karang diantar papa, lalu 2 bulan kemudian Gala mendengar kabar jika tante Rara si mantan pengasuhnya itu meninggal dunia sebab bu nuh diri, namun papa seolah-olah bungkam dengan semua kebejatannya meninggalkan tante Rara dengan segala hal buruknya sampai liang lahat*.
"*Papa jahat! Papa mengkhianati mama, papa menyakiti tante Rara, papa membiarkan tante Rara dengan segala masalahnya. Papa tidak lebih baik dari setan! Lala benci papa*!!"
Langkah-langkahnya terhenti diantara pinggiran jalan, ia berjongkok dengan segala sesak yang kini sudah tak tertahan lagi, mengadu pada rembulan yang menurutnya---hanya ia satu satunya yang memberi keramahan malam ini.
Gala sudah berusaha meredakan isakannya, tangisannya dan segala kesedihannya, namun gagal, berulang kali ia bahkan menghela nafas dan menepuk-nepuk dadanya sendiri.
Hingga sebotol air mineral terulur secara tiba-tiba di depannya dari tangan kekar seseorang.
"Jangan ditepuk tepuk di bagian dada, kalau mau saya tepukin disini. Lain kali kalo keselek langsung beli minum."
Ia justru menepuk-nepuk punggung Gala tanpa permisi terlebih dahulu.
.
.
.
.
Semoga setelah badai ini menerjang, akan ada damai datang
lanjut
lanjut
ikutan nangis dong di bab ini ikut merasakan yg gala rasakan....klo gala ice rasa getir ...yg aq rasa mie kuah rasa asin alias ingus meleleh krn baca sambil makan mie rebus 😭😭