NovelToon NovelToon
Because I Want You

Because I Want You

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Lorong kecil

"Hai apa yang kalian lakukan di sini?"

"Ka ... ka ... kami tidak," belum selesai ucapan Rara.

"Pak ini tidak bisa di biarkan, udah seret saja mereka berdua ke rumah pak ustad secarang."

"Perbuatanya membuat malu kampung ini." sahut salah satu warga lalu menyeret gadis di dalam tidak lupa mereka juga menarik pria yang ada di dalam kamarnya.

"Jangan ..., jangan bawa kakakku." Teriak gadis berusia belasan tahun memohon pada warga yang ingin membawa kakaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lorong kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Devan melihat jelas raut wajah kawatir sahabatnya. Kecemasan dan kawatir jelas terpancar. "Mau kema lo?"

"Van gua harus kerumah sakit sekarang. Tolong jangan beritahu Vina." pesan Athur.

"Lo hutang penjelasan?"

"Nanti gua akan jelaskan. Sekarang gua buru-buru sangat darurat. Lo ikut gua sekarang!"

Athur segera menyambar kunci mobil, dan bergegas pergi. Sepanjang perjalanan otaknya di penuhi berbagai bayang bayang buruk tentang adik iparnya. Walaupun mereka belum lama mengenal, namun kebersamaan mereka dan kebaikannya selama dia di sana begitu tulus.

Athur melaju dengan kecepatan tinggi, melawan rasa kecemasan yang menjadi. IA hanya berharap saat ini bisa sampai dengan cepat.

Mobil yang di kendarainya kini sudah tiba di lobi rumah sakit. Pemandangan yang sangat kacau, ada yang menangis dan juga berteriak memanggil suster. Aroma antiseptik lumayan kuat menusuk hidungnya. Athur berjalan tergesa-gesa melewati lorong rumah sakit, bola matanya terus mencari sosok seseorang.

Athur melihat Rara duduk berdampingan dengan Nina, kedua mata gadis itu sembab dan tangis yang tak henti. Mempercepat jalannya, kearah dimana Rara berada saat ini.

"Ra ...." Panggilnya dengan suara beratnya. Gadis itu mendongak menatap seseorang yang memanggil namanya.

"Mas ..., hits ...," langsung memeluk erat tubuh pria itu. Membenamkan wajahnya, tangisnya pecah semakin terisak.

Athur membelai rambut Rara lembut berusaha menenangkan. "Bagaimana keadaan Dino? Dimana dia sekarang?" tanyanya dengan suara serak.

Rara hanya bisa menunjuk ke arah ruang operasi. "Din ..., Dino ... Mas ..., Hits" ucapanya terpatah patah. Sebelum Athur sampai Dokter justru memberikan kabar yang tak terduga.

"Kenapa dengan Dino?"

"Di ... Dia sudah ..., Hits ... Hits ...," bahunya bergetar hebat tangis Rara menjadi begitu juga dengan Nina. Athur mematung membuang pikiran buruk yang ada. Tidak mungkin adik iparnya pergi secepat ini, mereka baru akan mengukir cerita.

"Aku di sini Ra ..., menangislah." tak sadar air mata Athur lolos begitu saja. Ia dengan cepat mengusapnya, mempererat pelukannya. Dirinya tahu jika saat ini kedua gadis itu hatinya sangat hancur. Bertubi-tubi ujian yang mereka hadapi. Kepergian orang tuanya dan kini adik lelakinya.

Saking paniknya Athur melupakan keberadaan Devan. Pria itu saat ini tanpa di minta duduk di samping Nina, Ia tak tega melihat gadisnya, menyandarkan tubuh lemah itu pada bahunya.

Devan yang sangat ingin bertanya pada sahabatnya, ia urungkan niatnya terlebih dahulu karena situasinya memang tidak memungkinkan. Rasa penasarannya semakin kuat melihat betapa dekatnya Athur dengan gadis yang di panggil Ara olehnya.

"Ra ...," ucapnya Berlutut di hadapan Rara dan mengangkup wajah manis gadis itu "Kamu harus kuat." jemarinya mengusap sisa air mata di wajah cantiknya dan tak lupa meninggalkan kecupan di keningnya.

Semua interaksi itu tak luput dari pandangan Devan, semakin terkejut di buat oleh sikap Athur memperlakukan gadis itu. "Minumlah", Devan menyodorkan botol mineral pada Nina. Dibalas gelengan kepala oleh gadis itu.

"Aku pergi mengurus semuanya. Kamu diam disini dulu yah." ucapnya lembut.

"Ikut," satu kata yang terucap di bibir gadisnya.

"Baiklah. Tapi kamu harus kuat." di tanggapi anggukan oleh Rara. Menggenggam erat tangan Rara, tak membiarkannya lepas.

"Kak, ikut." teriak dengan suara bergetar, Nina bangkit mengikuti keduanya di susul Devan.

Berjalan menuju ruangan yang di tunjuk suster. Diatas ranjang ada tubuh yang sudah terbujur Kaku di selimuti kain. Sekujur tubuh terasa lemas, kakinya bergetar hebat, tapi harus kuat. Melangkah mendekati rantang, dengan gemetar tangan Rara berusaha menyibakan kain itu. Nina justru menarik baju Devan dan membenamkan wajahnya tidak kuat.

"Ra!"

Athur menarik tubuh Rara yang terkulai tak sadarkan diri. Menggendong tubuh mungil itu keluar dan dibawa untuk di tangani dokter. Devan menengadahkan wajahnya tak tega melihat jasad remaja laki-laki di hadapanya, menahan air mata yang ingin jatuh. Tidak mungkin tidak menitikan air mata melihat kondisi yang sangat memperihatinkan. Wajahnya sedikit rusak akibat jalan aspal. Sedikit tulang tangan terlihat keluar, bagian kepala yang bocor masih ada perban mungkin karena operasi yang baru di lakukan.

Athur meminta Devan untuk menemani Nina dan Rara. Dia keruang administrasi untuk mengurus jasad adik iparnya. Tragedi ini tidak hanya membawa kesedihan yang mendalam, namun juga membuka takbir rahasia hubungan Athur terutama Devan.

Langit yang biasanya cerah berubah mendung, rintik hujan sudah mulai turun. Berutung acara pemakaman sudah selesai. Setelah mengurus pemakaman adik iparnya, Athur masih setia menemani Rara dan Nina di pusaran makam Dino. Batu Nissan terukir nama Dino Danzell, nama di belakang Dino sangat familiar bagi Devan.

"Ah ..., tidak mungkinkan. Pasti banyak yang menggunakan nama itu." dalam hati Devan membuang pikiran yang terlintas di benaknya.

"Ra ..., Nin ..., ayo kita pulang." ajah Athur lembut mendekatkan diri pada kedua Gadis itu.

"Bang ... Dino," ucap Nina yang masih tak percaya.

"Ihklaskan Nin." Nina mengangguk, bangkit berdiri di dekat Devan. Iya pria itu masih sangat setia menemani Athur bahkan dia juga yang selalu menenangkan Nina. Walaupun dengan sadar kehadirannya seakan tidak ada. Rara masih terus mengusap nama adiknya di batu Nissan itu. Beberapa kali dia juga mengecupnya seakan tidak ingin meninggalkan tempat itu.

Rintik hujan semakin deras, Athur berusaha membujuk Rara untuk pulang kerumah. Sedangkan Devan sudah terlebih dulu membawa Nina.

"Ra, aku tahu ini berat. Ada aku yang ada selalu untukmu." Athur berusaha menguatkan sang istri.

Kata-kata Athur kali ini, seakan obat bagi Rara. ia yang selalu merasa sendirian tak ada tempat bersandar. Kini ada pria gagah yang mau memberikan bahunya, semoga saja untuk selamanya. Gadis itu bangkit, mengusap air matanya menoleh ke belakang seakan memberi salam perpisahan.

Suasana rumah sederhana Rara terasa sangat sunyi, biasanya ada candaan dari Dino kini hanya kenangan masih yang di tinggalkan. Devan duduk di ruang tamu, mengusup kopi panas yang di buatkan Nina.

"Emmm, nikmat juga buatan gadis itu." celetuknya sambil menganggukan kepalanya. Arah bola matanya kini beralih pada sahabatnya, wajah lelah pria itu sangat terlihat. Namun, rasa penasaran Devan sudah tak bisa lagi di tahan.

"Thur aktifkan ponselmu. Aku lelah harus menanggapi Vina. Dia menghubungiku beberapa kali menanyakan dimana kamu." ucap Devan memecahkan keheningan di rumah itu.

Athur menghela nafas berat, mengambil botol air mineral lalu meneguknya. "Biarkan saja dulu. Bilang saja aku sedang keluar kota menangangi masalah yang kemarin. Nanti biar aku minta Mama juga untuk mengabarinya." Devan menganggu faham.

"Bisa jelaskan semua ini?" ucap Devan serius.

"Apa kamu sudah siap mendengarnya?" ujar Athur tak kalah serius.

"Dia ...," belum juga Athur menyelesaikan ucapannya dia di kejutkan dengan seseorang yang baru saja datang.

"Nak Athur." Devan dan Athur menoleh kesumber suara. Ternyata itu Narto, ia baru datang pasalnya pria itu tadi sedang bekerja dan baru mendapatkan kabar.

"Paman."

"Maaf, paman baru di beritahu. Tadi dari kerjaan langsung kesini. Bagaimana keadaan istrimu?"

Jeder!

uhuk ... uhuk ... uhuk ...

Devan terbatuk saat minum seperti tak bisa menelannya. Bola mata pria itu seakan ingin lepas dari tempatnya. Istri, Iya kata istri itu tidak mungkin sahabatnya sudah menikah. Bukankah tunangannya itu Vina, semua tidak masuk akal. Athur tahu perubahan wajah Devan. Namun dia mengabaikannya, fokus pada Narto.

1
🌹Widianingsih,💐♥️
kemana kedua orang tua nya kak ?
kok bisa dinikahkan sih ?
🌹Widianingsih,💐♥️: ohh ..kasihan yaa, tapi mereka anak-anak yang mandiri👍
total 2 replies
Cahaya 17
Nina Katro🤭 nggak pernah lihat dapur bagus
🌹Widianingsih,💐♥️
hai kakak...aku mampir🙏
Duh kasihan sekali masih muda 17 tahun sudah dinikahkan, terlalu muda sekali, mana suaminya juga baru kenal.....kok begitu sih ?😭
Embhul82: makasih bnyak.kak 👍
total 1 replies
me
semangat terus thor
me
wah papah Louise sedang honey moon nih 🤣
Embhul82: 🤭mumpunh nggak ada yg ganggu
total 1 replies
me
lanjut thor👍💪
Cahaya 17
lanjut💪
me
lanjut 💪
Cahaya 17
lanjut 👍
rokhatii
lanjut thor💪
Embhul82: makasih dukunganya
total 1 replies
me
💪
Cahaya 17
jangan kasih lemah karakter Rara Thor. ku tunggu kelanjutanya💪
Embhul82: makasih sudah selalu dukung
total 1 replies
Cahaya 17
lanjut up double 🤭
Embhul82: tidak janji ya kak🤭
total 1 replies
Cahaya 17
Bagus Thor lanjut pantang nyerah
Cahaya 17
buat penasaran pembaca kamu thor
Embhul82: makasih sudah mampur
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!