NovelToon NovelToon
JODOH WASIAT DEMANG

JODOH WASIAT DEMANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:649
Nilai: 5
Nama Author: DUOELFA

"Genduk Mara, putu nayune Simbah Demang. Tak perlulah engkau mengetahui jati diriku yang sebenarnya. Aku ingin anak turunku kelak tidak terlalu membanggakan para leluhurnya hingga ia lupa untuk selalu berusaha membangun kehidupannya sendiri. Tak ada yang perlu dibanggakan dari simbah Demangmu yang hanya seorang putra dari perempuan biasa yang secara kebetulan menjadi selir di kerajaan Majapahit. Kuharapkan di masa sekarang ini, engkau menjadi pribadi yang kuat karena engkau mengemban amanah dariku yaitu menerima perjodohan dari trah selir kerajaan Ngayogyakarta. Inilah mimpi untukmu, agar engkau mengetahui semua seluk beluk perjodohan ini dengan terperinci agar tidak terjadi kesalahpahaman. Satu hal yang harus kamu tahu Genduk Mara, putuku. Simbah Demang sudah berusaha menolak perjodohan karena trah mereka lebih unggul. Tapi ternyata ini berakibat fatal bagi seluruh keturunanku kelak. Maafkanlah mbah Demang ya Nduk," ucap Mbah Demang padaku seraya mengatupkan kedua tangannya padaku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Tujuh hari kemudian

"Mbah Ibu, Lastri ke mana? Dalem tidak melihat sosoknya dari tadi?" cari raden mas Demang pada calon istrinya. 

"Mungkin ia sedang disentong  Bale."

Raden mas Demang berjalan ke sentong bagian kanan. Ia membuka selambu di sana dan tak menemukan Lastri.

Ia kembali ke arah teras depan rumah, dimana mbah Ibu berada di sana untuk menjemur tepung ketan persiapan untuk membuat jenang manten.

"Lastri nggak ada mbah Ibu."

"Coba raden cari di surau. Mungkin ia sedang istirahat disana," kira mbah Ibu.

Raden mas Demang berjalan ke arah bilik surau. Ia mencoba membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Ia membuka pintu bilik dan tak menemukan Lastri di sana.

Ia mencoba membuka lemari. Pakaian Lastri tidak ada di sana. Tapi dompet kain serut berwarna hitam polos masih di lemari itu. Dibuka dan dihitungnya uang gobog di kantong itu. Tetap utuh seratus keping.

Ia mencoba melihat ke arah dampar, bangku panjang dimana Lastri biasa meletakkan semua peralatan di sana. Hati raden mas Demang bergetar hebat karena ketakutan saat menemukan secarik kertas surat di sana. 

Raden Mas Demang

Bila jenengan membaca suratku ini

Mungkin saya telah berjalan jauh dari rumah

Saya berencana akan ke menjauh dari raden

Saya mendengar percakapan antara jenengan dan mas Paijo malam itu

Maaf bila ternyata jenengan sudah memiliki calon istri di Japan

Serta berencana akan melangsungkan pernikahan seminggu lagi

Maaf bila saya telah mengganggu hubungan kalian selama ini

Maaf saya sudah menjadi batu sandungan jenengan

Semoga jenengan berbahagia

Terima kasih atas cinta perhatian kasih sayang yang jenengan berikan pada saya selama ini

Terima kasih telah menampung saya di surau jenengan

Terima kasih atas semuanya Bila saya ada memiliki kesalahan pada jenengan

baik yang saya sengaja maupun tidak 

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya pada panjenengan

Soelastri

Raden mas Demang bergegas mencari kuda. Ia segera memacu kuda ke arah dermaga Dhaha, dimana kapal VOC bersandar disana. Bila berencana pergi jauh, bisa dipastikan Lastri akan naik kapal menuju Soerabaja.

"Mau kemana Raden?"

"Keluar sebentar mbah Ibu."

Sesampainya di dermaga Dhaha, kapal VOC terlihat tengah bersandar di sana. Para pasukan VOC terlihat sibuk menaikkan aneka hasil bumi ke dalam kapal. Raden mas Demang memarkir kudanya tak jauh dari dermaga. Ia menengok ke arah kanan dan kiri guna mencari Lastri. 

"Raden Demang Soemitro," sapa residen Vrederick.

"Inggih mister."

"Ada gerangan apakah Anda kesini? Apa ada sesuatu penting sekali? Apa raden ingin bertemu dengan saya?" tanya residen Vrederick dengan aksen khas Belanda. 

"Tidak mister. Saya mencari seseorang yang penting bagi saya. Dimanakah letak para penumpang pribumi mister?"

"Dibagian hull. Silakan raden mencari. Apa perlu bantuan saya?"

"Tidak mister. Apakah kapal akan segera berlayar?"

"Belum raden Demang. Ada masih waktu lima belas menit lagi."

"Terima kasih mister."

Raden mas Demang segera memasuki kapal. Ia berjalan ke bagian hull. Ia berkeliling di tempat itu dan menemukan Lastri yang tengah terduduk dalam posisi menunduk. Raden segera menghampiri perempuan itu. Lastri begitu kaget melihat raden mas Demang berada di dekatnya.

"Lastri, kamu telah salah paham. Mari kita bicara diluar karena kapal ini akan segera berlayar."

Raden menggenggam erat telapak tangan Lastri dan membimbingnya keluar dari kapal.

"Raden Demang, sudah bertemu dengan orang penting?" sapa Vrederick. 

"Sudah mister. Terima kasih."

Raden mencari tempat duduk di bawah pohon asem dekat dermaga.

"Aku tak berniat menikah dengan seseorang dari Japan. Yang akan menikah dengan orang Japan adalah Paijo karena calonnya juga seorang jongos di istana," jelas raden mas Demang pada Lastri. 

"Jenengan juga mau menikah dengan Raden Ayu Ratna bukan? Saya mendengar percakapan itu raden," terang Lastri. 

"Mengapa kamu tak mendengarkan percakapan kami hingga selesai? Pernikahan dengan Ratna itu karena ada surat perintah dari Putra Selir I dari Japan. Ia memerintahkan aku menikah dengan Ratna, tapi aku tidak mau menikah dengannya karena ia tidak sesuai denganku yang hanya rakyat jelata."

"Mengapa jenengan tidak kerso menikah dengan Raden Ayu Ratna?" penasaran Lastri. 

"Aku tak mau menikah dengan perjanjian politik. Aku juga sudah memilih seorang gadis sebagai calon istriku. Seseorang yang saat ini mau kabur ke Soerabaja. Aku akan menikah dengannya seminggu lagi bareng sama Paijo. Jongosku itu juga tengah menunggu calon istrinya dari Japan."

"Apa itu benar Raden?"

"Untuk apa aku berbohong padamu. Nggak ada untungnya sama sekali."

"Lastri, Kamu tahu. Pernikahan di istana itu tak ubahnya sebagai pernikahan politik. Sebuah pernikahan berasa simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan satu sama lain. Putra Selir I sudah sedikit banyak mengetahui sepak terjangku sebagai seorang Demang di sini. Ia mengirim seorang mata-mata di wilayah kekuasaanku. Meski aku hanya mendapatkan lima wilayah di daerah Kadiri, tapi ini adalah wilayah yang paling menguntungkan. Aku mendapatkan wilayah di kaki gunung Kelud yang begitu subur, aliran sungai yang melimpah, pertanian yang maju, pemandangan alam yang indah. Itu semua memiliki nilai yang tinggi secara ekonomi. Ratna disandingkan denganku, aku jelas menolak. Ia memiliki pribadi yang kurang bagus, tabiat suka hidup mewah, begitu sombong dan juga kerapkali merendahkan rakyat pribumi. Ia sangat tidak sesuai dengan kepribadianku. Aku sebagai seorang demang, tugasku bukan sebagai seorang raja. Tapi sebagai pelayan rakyat yang memiliki rencana untuk masa depan para pribumi. Bila Ratna bersanding denganku, mustahil semua rencanaku akan berjalan dengan baik. Aku sangat membutuhkan sosok perempuan sepertimu yang selalu menenangkanku dalam setiap kegundahanku, mendukung dalam setiap langkahku, menemaniku setiap aku merasa tak berdaya, menemaniku dalam setiap keadaan, baik dalam keadaan suka dan duka serta yang paling penting menerima diriku apa adanya."

"Raden... "

"Menikahlah denganku Lastri. Maaf aku tak bisa menjanjikan apapun untuk masa depan kita kelah. Entah nanti kita akan dalam kondisi susah ataupun tenang, aku hanya meminta satu hal padamu. Aku mohon temanilah aku. Tetaplah bersamaku, meski aku dalam keadaan terpuruk sekalipun. Hanya denganmu, bersamamu, aku akan merasa tenang."

"Saya juga tidak bisa berjanji menjadi seorang istri yang baik untuk raden mas Demangku. Aku hanya bisa berjanji untuk menemanimu bagaimana pun keadaannya."

"Terima kasih, calon istriku. Ingatlah, jika suatu saat nanti ada sesuatu hal yang begitu menganjal dalam hatimu, coba tanyakanlah dulu padaku. Aku akan berusaha menjelaskan semuanya dengan baik. Kumohon dengarkanlah semua penjelasanku dengan baik. Jangan melakukan sesuatu dengan gegabah."

"Jujur kukatakan padamu, aku begitu sangat bingung saat membaca suratmu dan mengetahui bahwa kamu kabur dari rumah dan berusaha meninggalkanku saat menjelang pernikahan. Bisa-bisa aku nggak laku menikah selamanya karena ditinggal seorang gadis perawan sepertimu. Nggak lucu banget tho seorang lelaki perjaka ditinggal kabur oleh gadis perawan? Disangka orang-orang, aku ki raden mas Demang galak sampai-sampai calone wae kabur. Jan, arep merusak pasaran jodoh raden mas Demang awakmu ki?"

Lastri tersenyum pada mas Raden mas Demang.

"Mulih rodo engko yo. Ben rodok peteng. Aku mau mung gowo kuda lho. Selak kesusu. Aku ora gowo pedatine Paijo. Kamu isin gak numpak kuda berdua karo aku?"

"Asline njeh isin. Tapi dermaga kaliyan griya, jarake tebih. Pripun malih. Daripada kula mlampah."

"Yo mesti ora tak olehi lek mlaku."

Wajah Lastri bersemu merah. Raden mas Demang tersenyum melihat calon istrinya tersebut. 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!