Kontrak kerja Tya di pabrik garmen akan segera berakhir. Di tengah kalut karna pemasukan tak boleh surut, ia mendapat penawaran jalur pintas dari temannya sesama pegawai. Di hari yang sama pula, Tya bertemu seorang wanita paruh baya yang tampak depresi, seperti akan bunuh diri. Ia lakukan pendekatan hingga berhasil diajak bicara dan saling berkenalan. Siapa sangka itu menjadi awal pilihan perubahan nasib. Di hari yang sama mendapat dua tawaran di luar kewarasan yang menguji iman.
"Tya, maukah kau jadi mantu Ibu?" tanya Ibu Suri membuyarkan lamunan Tya.
"HAH?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Bertemu Langsung Saja
"Ko, menurutmu aneh nggak sih. Orang cuma diajak ngobrol biar nggak nyebur ke kali, eh bilangnya merasa ditolong. Terus tadi permaisuri ke sini karna nemuin dompet aku dan balikin dompetnya sama ngasih hadiah tas ini, sama sekantong buah-buahan premium. Katanya sebagai ucapan terima kasih. Ada anggur merah yang gede-gede, kiwi, sama sunkis. Ini lho tasnya lihat dulu. Jangan dulu meleng sama ransum heh, Joko." Tya mendecak karna si Joko berjalan hilir mudik di depan jeruji kandangnya. Pasti tak sabar karena mencium aroma makanan dalam panci butut yang sudah copot pegangannya.
Jatah makan sore si Joko akhirnya dituangkan dalam wadah sebelum semakin tantrum mengepak-ngepak sayap. "Ah elah bismillah dulu napa. Maen patok aja," ia menyentil jengger si Joko yang tak peduli dengan ucapannya.
"Hm, pantesan tadi Kak Bisma misuh-misuh lihat ini tas. Tau nggak, Ko. Setelah aku bertanya sama mbah Google, ternyata harganya empat jeti. Di atas nominal gajiku kerja di pabrik. Ini sih real permaisuri raja ini gajinya tiga juta per hari." Tya berlenggak lenggok di depan kandang ayam jago yang masih mematuk pakan tanpa henti. Dalam hati memuji selera Ibu Suri yang bisa memilihkan model tas sesuai usia. Ia benar-benar menyukainya tetapi juga berubah dilema begitu ingat lagi penawaran Ibu Suri. Huft.
"Ko, Kak Bisma mungkin curiga aku gadein ginjal demi tas ini. Sorry lah yaw, aku tidak kayak si Ovi. Joko, kau tahu si Ovi?"
Si Joko tetap semangat mematuk jatah makanannya. Seandainya bisa bicara, ayam jago jenis bangkok itu pasti akan bilang, "Biar aja dia berbusa. Yang penting jatah makan gua aman. Udah nggak aneh. Emang kelakuan babu tiap harinya begitu. Suka ngomong sendiri. Makanya punya gelar S.T. RONG—Stress Tak Tertolong."
"Itu lho yang rumahnya dekat Bang Jali. Kerjanya LC. Dia kemarin bikin SW mirror selfie pakai epon promag terbaru. Kira-kira duit dari mana tuh, Ko. Astaghfirullah, JOKO! Kau malah ngajak ghibah. Dah lah, lama-lama di sini salah pergaulan. Bye!"
Tya menutup pintu belakang dan langsung menguncinya serta memasang palang pintu untuk double keamanan. Cuci tangan dengan hati-hati agar airnya tidak terciprat ke tas yang menyilang di bahunya.
"Tante, Nesha udah mandi. Mana donatnya?" Nesha muncul di dapur sambil berjingkrak-jingkrak menunggu hadiahnya.
"Nah ini baru keponakan Tante. Cantik, wangi, nggak bau acem. Ayo makan donatnya di karpet." Tya membawa kotak donat ke dalam. Duduk bergabung dengan Susan yang baru mulai melipat pakaian bersih jemuran kemarin. Ia sebelumnya sudah tes memakan satu donat dan ternyata aman di perut. Gara-gara sekilas nonton cuplikan drama di medsos di mana ada orang menaburkan obat pencahar di kue brownies, ia mendadak paranoid.
"Dek, udah lihat grup Mak Asbun belum? Kau viral, Dek." Susan tidak tampak cemas justru terkekeh-kekeh.
"APA? Aduh perasaanku jadi nggak enak. Pasti Mpok Iyam nih ya. Hp mana Hp." Tya setengah loncat dengan mulut penuh donat yang belum dikunyah, berlari menuju kamar. Mencabut ponsel yang sedang dicas.
Mak Asbun bukanlah grup kumpulan emak-emak ghibah, melainkan wadah silaturahmi kaum wanita satu RT. Selain berisi pengumuman kegiatan atau sumbangan, juga tempat bersenda gurau dan hiburan. Tak salah dugaan Tya. Sebuah video CCTV diunggah oleh Mpok Iyam yang dibawahnya ditambahkan keterangan,
[Gaes....kenalin camer Tya nih. Suit suitttt, Tya. Xixixi]
[Camer nya aja cantik bening. Kayaknya gak pernah pegang ulekan apalagi angkat galon deh]
[Anaknya pasti cakep dah. Tya spill dong foto ayangnya. Haha]
[Warga RT 03, otewe ada yang mau hajatan nih]
Susan melipat bibir menahan senyum melihat Tya menghentak-hentakkan kaki kanan sambil tangan kiri menggaruk kepala sampai rambutnya mengembang. Adik iparnya itu ngomel-ngomel mengomentari kiriman Mpok Iyam yang menurutnya benar-benar asbun.
"Hihihi, Bunda...lihat Tante Tya berubah jadi kunti."
Kali ini Susan tertawa lepas. "Dek, jadi bener itu wajahnya calon mertua?"
Tya ingin mendesah dan memasang wajah sedih tapi baru ingat, drama sudah mulai dimainkan sejak tadi siang. Segera berganti memasang ekspresi malu-malu. "Iya, Mbak. Aku baru ketemu sekali. Nggak nyangka ibunya Diaz gak sabaran pengen ketemu Kak Bisma dan Mbak Susan."
"Bagus itu, Dek. Berarti gak main-main. Niat serius nyari calon istri. Coba mana, Mbak pengen liat fotonya Diaz."
"Hah?"
***
Ojol yang ditumpangi Kia berhenti di depan parkiran Geranium Cafe. Menyapukan pandangan dulu mencari jenis mobil yang kemarin datang sampai menghebohkan satu RT. Heboh karena Mpok Iyam mengumumkan di grup.
"Nanti aja, Mbak. Ketemu langsung sama orangnya. Sementara kepo aja dulu. Hihihi." Itu alasan Tya saat kakak iparnya itu ingin melihat foto Diaz. Diucapkan dengan perasaan tegang karena dia sendiri juga tidak tahu bagaimana rupa anaknya Ibu Suri.
Membuat Tya akhirnya memberanikan diri mengirim chat pada Bu Suri, perihal ingin tahu dulu fotonya Diaz. Bukan kiriman foto yang didapat, tetapi balasan;
[Besok aja ketemu langsung sama orangnya. Tya datang ke Geranium Cafe jam 11 ya. Ibu sama Diaz akan datang ke cafe]
[Nanti kau temui kasir. Bilang aja ada janji temu sama Ibu Suri]
Tya mulai merasa tegang saat memberanikan diri menuju pintu cafe setelah tak melihat adanya sedan BMW yang kemarin. Hanya ada tiga unit mobil yang terparkir warna putih semua. Ia memang datang 10 menit lebih awal.
Dan ini untuk kedua kalinya Tya menyambangi cafe yang cukup ternama di kotanya itu. Dulu pernah datang bersama teman-teman saat soft opening. Lumayan bisa jajan setengah harga. Tempatnya nyaman buat nongkrong, tetapi bukan tempat yang wajib didatangi sekelas ekonominya, karena bisa jebol dompet sampai ke akar-akarnya.
"Permisi, Mbak. Saya ada janji temu dengan Ibu Suri." Tya mempraktekkan perintah Ibu Suri.
"Oh, mbak namanya siapa?"
"Cantya Lova. Atau dipanggil Tya."
"Valid. Tunggu sebentar ya mbak." Petugas kasir yang bersikap ramah itu segera mengangkat gagang telepon. Berbicara memanggil nama seseorang yang tidak jelas didengar oleh Tya.
Tak berselang lama seorang waiter laki-laki datang mendekat. Ia mengajak Tya untuk mengikutinya. Setelah melewati deretan meja yang sebagiannya sudah terisi pengunjung, sampailah di depan sebuah pintu yang bertuliskan VIP Room.
"Tya masuk dengan ragu. Mengedarkan pandangan di ruangan yang sejuk dan wangi diffuser aroma hutan pinus. Ada satu set kursi sofa menghadap meja panjang di tengahnya. Dan belum ada orang.
"Sambil menunggu Ibu Suri, Mbak mau pesan apa?" tanya waiter dengan ramah.
"Nanti aja deh, Mas. Mau nunggu dulu Ibu Suri aja."
"Baiklah. Kalau perlu sesuatu, Mbak tekan tombol hijau aja. Nanti ada yang datang ke mari. Permisi."
Tya mengangguk dan tersenyum. Tak lupa berucap terima kasih. "Gini ya rasanya service VIP. Duit yang berbicara," gumamnya sambil mengangkat bahu. Tentunya setelah waiter pergi.
Daripada menunggu orang dengan bengong, Tya mengeluarkan ponselnya. Kemarin absen membuat postingan di akunnya gara-gara otaknya dikudeta oleh penawaran Ibu Suri yang terus terngiang-ngiang. Saatnya membuat quote sesat terbaru yang bermanfaat, memotivasi orang-orang yang membacanya jadi cengar-cengir.
...Selamat siang, kawan-kawan yang lagi rebahan. Bermimpilah setinggi langit sampai kamu nabrak satelit....
...(Cantya Lova S.T. RONG)...
"
tidur bareng itu maunya ibu suri kaaan.... sabar ya ibu. 🤭
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣