SCRIPT SWEET

Mumpung di kos, Aluna pun menikmati empuknya kasur kos, ditambah AC dan juga selimut bantal kesukaannya, akan semakin nyenyak saja ia tidur nanti. Scroll ponsel sebentar sembari upload dagangan berupa packing orderan dengan caption Meski KKN jualan tetap lanjut di status WA maupun instagram jualannya. Tak lama ponsel pun diletakkan di nakas, dan siap menjemput mimpi.

Rasanya baru saja merem, ada yang mengetuk pintu kamar kosnya. "Mbak, Lun! Mbak," panggil seseorang dengan mengetok pintu. Antara mimpi atau nyata, Aluna sendiri tak tahu. "Mbak," mata Aluna langsung terbuka, apalagi ketukan pintu semakin keras.

"Mbak Lun, Mbak Aluna, Mbak!" panggilnya sekali lagi, Aluna pun beranjak dari kasur dan mengintip dari jendela kamar, kalau maling sih enggak ya, karena keamanan di kos Aluna terjamin. Mungkin hantu? sempat terpikir begitu. "Mbak, sakit!" keluah seseorang, fix ini adik kos Aluna. Tanpa ragu lagi, Aluna membuka pintu dan benar saja, adik kosnya langsung luruh ke lantai.

"Mia!" panggil Aluna kaget, ia pun mengangkat tubuh Mia sebisanya, wajahnya pucat dan badannya dingin. Aluna pun kembali meletakkan Mia ke lantai, dia jelas gak kuat, karena postur tambun Mia, masuk ke kamar mengambil ponsel dan juga jilbab instan. Menelpon satpam dan juga bu kos. Kepala Mia sudah di atas pangkuan Aluna. Tak lama, Bu mos, Pak satpam dan beberapa anak kos lain ikut membopong Mia. Sudah dipanggilkan taksi online juga. "Aluna nanti sama saya ke rumah sakit," ujar Bu Kos, Aluna mengangguk saja, yang penting ia tak sendiri.

Mereka sampai IGD, Mia langsung ditangani dokter jaga. Aluna menceritakan kronologinya, kemudian ia dan bu kos diminta duduk di ruang tunggu. Observasi tentu sedikit memakan waktu, ia pun tidur di kursi meringkuk, masih kantuk, ditambah dinginnya malam, apalagi dia pakai jaket jeans lagi.

"Kamu kok ada di kamar, Lun?" tanya Bu kos, setahu beliau, Aluna KKN. Di kos tinggal beberapa anak yang ikut semester pendek, maklum liburan akhir semester.

"Pulang isya tadi, Bu," jawab Aluna dengan suara beratnya. Lagi-lagi rasa kantuknya terganggu, dokter telah selesai memeriksa.

Asam lambung Mia sangat tinggi, sehingga diminta rawat inap dulu, dan sebentar lagi Mia di antar ke ruangan, karena dia minta ruang VIP saja. Bu Kos dan Aluna begitu sabar menunggu, bahkan Mia pinjam ponsel Aluna untuk menghubungi keluarganya. Ia tak mau merepotkan Bu Kos dan Aluna, apalagi mbak kosnya itu juga sedang KKN.

Begitu di kamar inap, Aluna melihat sofa langsung tidur, tidak memikirkan Mia lagi. Matanya berat banget, sehingga Bu Kos yang telaten untuk membantu Mia. "Terimakasih, Bu!" ucap Mia santun.

Bu Kos hanya tersenyum saja, "Kamu kenapa sampai kumat gini? Telat makan?" Mia mengangguk lemah.

"Saya banyak pikiran, Bu. Saya pakai semester pendek ini untuk memperbaiki nilai saya semester ganjil kemarin, banyak yang D. Saya bingung ternyata kalau semester pendek itu kebanyakan by tugas. Saya pusing mau mengerjakan yang dulu."

"Pelan-pelan, Mi. Gak bisa kamu kerjakan semua, cicil saja satu per satu gitu. Noh lihat Aluna, KKN sama jualan jalan bareng, badannya yang capek. Kalian boleh multi tasking tapi ingat kesehatan itu nomor satu!" nasehat beliau layaknya ibu sendiri. Mia mengangguk patuh.

Aluna bangun tepat adzan shubuh berkumandang, baru sadar kalau tidur di rumah sakit. Dilihatnya Bu Kos tidur meringkuk di sofa sisi lain, Mia juga sudah tidur pulas dengan tangan diinfus. Aluna pun segera ke kamar mandi untuk melaksanakan ibadah pagi hari.

Jam 6 jatah makan Mia sudah diantar, Aluna menahan tawa melihat ekspresi Mia, terlihat tak suka dengan menu makanan rumah sakit. "Kamu kan sakit, wajar lah cuma bubur begini. Nanti kalau sembuh, cus makan geprek lagi. Gue temani deh," ceplos Aluna sembari membuka wrap tiap makanan. Mia hanya berdecih, agak miring memang mbak kosnya ini, sudah tahu Mia punya riwayat magh malah diajak makan geprek. Aneh.

"Gue suapi, aa!" ujar Aluna perhatian. Mia sih ogah-ogahan, namun Aluna mendelik.

"Dih, kok lo begitu cs sama sakit magh sih!" sindir Aluna, Mia mah langsung pura-pura mewek. "Apa gue beliin geprek?"

"Orang sakit malah ditawari geprek gimana sih, Lun," omel Bu Kos. Kemudian beliau mengambil alih, membujuk Mia seperti halnya membujuk bayi gemoy.

Dengan segala paksaan akhirnya separuh porsi bubur habis. Hampir jam 8, Aluna pun pamit, akan balik ke tempat KKN. Orang tua Mia juga sudah otw ke sini. Aluna berniat ke kos dulu, nitip paket ke pos satpam, baru balik KKN.

Sebuah moment tak terduga datang, saat lift terbuka, Aluna kaget karena cowok di dalam lift tersebut adalah, "Mas Ojol?" sapa Aluna, eh langsung menutup mulutnya. Kemudian tersenyum canggung. Mas Ojol hanya tersenyum dan mengangguk sopan saja, Aluna tiba-tiba salah tingkah saat masuk dan berdiri berdampingan di dalam lift berdua.

Plis jangan kentut, plis jangan berubah jadi cewek gila, plis tetap anggun. Begitu batin Aluna merapal agar dirinya tetap jadi cewek cantik dan anggun. Aluna pun pura-pura main ponsel saja, agar tak canggung. Toh Mas Ojol juga sepertinya tak tertarik pada Aluna, hingga lift terbuka menuju ke lantai satu.

Pandangan Mas Ojol dan seorang dokter perempuan terpaut satu sama lain, keduanya seperti kaget dengan pertemuan ini.

"Permisi," ucap Aluna membuyarkan tatapan satu sama lain. Baru saja melangkah, pergelangan Aluna dicekal oleh Mas Ojol.

"Tunggu, Sayang!" Aluna mendelik kepada Mas Ojol. "Mari Bu Dokter," ucap Mas Ojol lalu menggandeng Aluna keluar lift. Aluna serasa bego setengah mati dengan keadaan ini, kok mendadak dipanggil Sayang? tangannya juga? Kenapa juga digandeng begini? Aluna ingin menghempas tapi Mas Ojol terlalu erat memegangnya.

"Apa kabar, Keenan?" sapa Bu Dokter itu, meski sudah beberapa langkah, Keenan berhenti, begitu juga Aluna. Kemudian lelaki itu menoleh dan tersenyum.

"Baik, Bu Dokter!"

"Alhamdulillah, pacar baru?" tanya Bu Dokter dengan senyum terpaksa.

"Iya. Maaf, saya permisi dulu!" ucap Keenan, kemudian mengajak Aluna pergi. Jelas saja Aluna melongo dan tiba-tiba otaknya nge-hang, menuju ke pintu exit, ia hanya menatap Keenan saja, niatan untuk melepas genggaman Mas Ojol pun diabaikan.

"Maaf ya, aku jahat banget manfaatkan kamu buat jadi pacar aku," ucap Keenan saat keduanya sudah di depan pintu keluar. Keduanya saling tatap, dan tak lama Aluna pun tersadar ia hanya mengangguk saja. Harusnya dia marah kan ya? Tapi ternyata cuma diam saja.

"Kamu mau ke mana? Biar aku antar?" tawar Mas Ojol.

"Oh, saya mau kembali ke kos!"

"Biar saya antar, anggap saja saya Mas Ojol!" ucap Keenan, dan Aluna pun mengangguk saja.

Lah memang benar, dia kan Mas Ojol? Memang mau dianggap apa?