NovelToon NovelToon
Suami Ku Yang Relakan

Suami Ku Yang Relakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Leon, pria yang ku cintai selama 7 tahun tega mengkhianati Yola demi sekertaris bernama Erlin, Yola merasa terpukul melihat tingkah laku suamiku, aku merasa betapa jahatnya suamiku padaku, sampai akhirnya ku memilih untuk mengiklaskan pernikahan kita, tetapi suamiku tidak ingin berpisah bagaimana pilihanku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

Yoto sudah tahu bila dari dulu wanita yang dicintainya ini adalah wanita pintar, yang tidak mungkin menerima segala sesuatu dengan mentah-mentah.

Tapi entah kenapa, sangat disayangkan kalau seandainya Yola tidak melanjutkan studi kuliahnya kembali. Seandainya Yola menikah dengan dirinya, pasti mereka berdua sudah setara dan sama-sama mengejar studi masing-masing.

“Yola.”

“Kenapa?”

“Aku mau bicara sesuatu.”

Muka Yola tampak bingung saat Yoto berkata demikian. Entah kenapa, mungkin itu bisa menyebabkan perasaan Yola berubah kepada Yoto. Tetapi Yola tetap mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Yoto.

“Tapi nggak apa-apa deh, kamu duluan aja yang bicara. Aku mau dengerin kamu ngomong dulu, Yola.”

“Kamu itu kebiasaan ya. Udah bikin wanita penasaran, tapi kamu malah cuekin. Udahlah, kamu cerita dulu aja.”

“Nggak apa-apa nih kalau aku cerita?”

“Nggak papa sih. Soal kamu dulu aja, aku dengerin serius.”

“Oke, sebelum aku lupa. Tapi kamu jangan lupa ya... jadi ya tentang suami aku, itu doang sih. Nggak yang lain.”

Yoto tidak bisa memberi jawaban pasti kepada Yola. Tetapi Yoto berharap, kalau urusan masalah hidup Yola bisa cepat selesai.

“Soal suami kamu, maaf banget aku nggak bisa jawab. Karena aku sendiri nggak tahu harus jawab apa. Tapi sih, mungkin kalau aku pribadi akan memilih untuk bercerai. Karena aku merasa udah nggak ada kecocokan lagi dan tidak mempunyai hati masing-masing. Untuk apa juga dipaksakan? Emang sih, tujuh tahun bukanlah hal yang mudah dan bukan hal yang cepat juga. Tapi ya, dengan berproses kalau tidak bisa menjadi hasil apa-apa, ya buat apa? Kayak buang-buang waktu, nggak sih?”

“Bener sih kata kamu. Oh ya, kamu mau cerita apa? Soal suami aku, cuekin aja. Skip. Aku juga males ngomongin soalnya.”

“Aku kali ini bener-bener minta maaf banget sama kamu. Mungkin pertanyaan aku ini akan menyakiti hati kamu, tapi aku harus nanya. Karena merasa ada yang menjanggal aja di perasaan aku.”

Yola semakin tertarik dengan apa yang akan dibicarakan oleh Yoto, tapi entah kenapa feeling-nya merasakan hal yang tidak baik.

“Jadi, aku mau nanya. Kamu kalau seandainya aku biayain kamu untuk kuliah studi lanjut, kamu bakal gimana? Maksudnya, bakal kamu ambil atau kamu tolak? Please, aku butuh jawaban kamu.”

“Kenapa kamu tertarik banget untuk kuliahin aku? Kan kamu tahu sekarang usia aku juga udah lumayan dewasa. Nggak usah, ni, aku kuliah umur berapa aku lulus?”

“Jangan mempermasalahkan umur, Yola. Kamu itu masih muda, dan aku yakin kamu bakal lulus tepat waktu. Aku juga yakin kamu bakal bisa melanjutkan S3 atau S2. Tapi ya itu semua balik ke kamu, terserah kamu mau yang di mana.”

“Emang menurut kamu, harapan aku berapa persen bisa sampai lulus dalam melanjutkan S1, serta S2 bahkan sampai S3?”

Yoto memang tidak bisa menjamin bagaimana masa depan Yola. Tetapi Yoto berharap dirinya bisa membantu, setidaknya dengan pertanyaan ringan seperti ini.

“Aku akui aku emang nggak bisa banyak bantu kamu. Tapi aku berharap dengan biaya yang aku keluarin buat kamu, itu bisa menjadi semangat kamu sendiri. Karena aku tahu dari dulu kamu suka belajar, dan aku juga tahu kalau kamu itu wanita pintar. Sayang aja, wanita pintar kayak kamu tapi kamu tidak mempergunakan otak kamu. Menurut kamu gimana tentang diri kamu sendiri? Pernahkah suami kamu bilang kamu itu orang pintar atau enggak?”

“Suami aku emang nggak pernah bilang aku pintar, karena dia ngerasa aku itu nggak bisa apa-apa. Karena dia pikir dengan aku tidak kuliah, mungkin dia menganggap aku itu ya tidak punya otak.”

“Nah, aku mau kamu itu kuliah biar kamu punya otak. Memang sih bukan untuk ditampilkan ke pasanganmu atau suami kamu, tapi ya lebih ke orang-orang. Jadi orang-orang itu bisa mengenal kamu dengan circle-circle yang sudah kamu buat. Itu bisa menjadi hal yang baik buat kamu ke depannya: bisnis kamu, pertemanan kamu. Bener nggak sih apa yang aku bicarakan?”

Seketika, pertanyaan Yoto menjadi menarik untuk Yola sendiri. Tetapi Yola bingung apakah dirinya akan terlihat pintar bila dirinya mengajukan diri untuk kuliah.

“Kalau seandainya aku kuliah, bagaimana menurut kamu?”

“Aku orang pertama yang support kamu sampai kamu lulus, dan aku juga orang yang paling pertama yang bangga sama kamu. Walaupun nggak banyak orang yang bangga, tapi aku selalu bangga dengan semua pencapaian kamu.”

Yola yang mendengar itu merasa kalau dirinya sekarang lagi masih menjadi pacarnya Yoto. Entah kenapa, menjadi pacar Yoto itu lebih bahagia dibanding menjadi istrinya Leon.

Mungkin Yoto dan Leon adalah dua pria yang ganteng, tapi dua pria yang sifatnya berbeda. Lebih hangat Yoto dibanding Leon.

Tapi Yola juga tidak bisa menyamakan dua pria tersebut, karena memang karakternya berbeda. Tetapi sedikit saja ada sifat Yoto yang ada di Leon, pasti Yola akan merasa lebih nyaman saat bersama Leon.

Tetapi ketika Yola bersama Leon, tidak ada rasanya kehangatan bahkan rasa percaya kepada Leon. Entah kenapa, sepertinya Yola hanya memiliki orangnya, tapi tidak memiliki hatinya.

“Kalau begitu, aku pikirkan dulu ya perkataan kamu. Makasih, Yoto, atas sarannya. Kamu selalu paling tahu cara menenangkan aku tanpa aku minta.”

Yoto hanya tersenyum saja kepada perkataan Yola. Walau bagaimanapun, memang perkataan Yoto tidak ada salahnya bila Yola coba. Tetapi semua itu harus dengan mental yang matang.

---

Lima hari sudah berlalu dari kejadian kemarin.

Yola pulang bersama Yoto dari perjalanan bisnis trip. Tetapi saat sesampai di rumah, Yola kaget saat melihat ada siapa di rumah.

“Loh, Leon? Kamu nggak ke kantor? Tumben. Padahal ini masih jam 07.00 malam loh. Biasanya kan kamu pulang jam 10.00, terkadang kamu pulang jam 11.00. Ya suka-suka kamu sih kalau pulang kantor.”

“Aku mau nanya sama kamu. Kenapa kamu sekarang berubah sama aku? Kamu udah nggak sayang sama aku lagi ya? Menurut kamu, pernikahan tujuh tahun kita ini sebagai apa? Kok kamu seperti tidak ada perasaan apapun sama aku?”

“Gini ya, Leon. Semenjak anak kita keguguran, kamu jadi berubah sama aku. Dan aku merasa kamu sepertinya hanya di rumah itu sebagai figur suami saja, tapi tidak ada maksud lain. Dan menurut aku, kalau seandainya kita memang udah nggak ada kecocokan lagi, untuk apa diteruskan? Lebih baik kita masing-masing aja, nggak sih?”

“Jadi kamu mau cerai sama aku? Ya boleh aja kalau kamu mau cerai. Tapi kamu nggak mendapatkan aset apapun, dan aku juga nggak akan mengasihi kamu sepeser pun. Rumah juga atas nama aku. Kamu nggak ada rumah.”

Yola hanya smirk mendengar perkataan Leon. Tetapi entah kenapa, hati Yola tidak gentar sama sekali saat mendengar perkataan Leon.

“Ya nggak apa-apa. Lagian dengan begitu bisa membuat aku senang dan juga buat kamu bebas. Lagian aku tahu kok kalau kamu itu nggak pernah cukup dengan satu wanita. Kan kamu udah pernah bilang ke aku, dan aku memahami itu. Jadi nggak ada salahnya kok kalau kamu mutusin aku. Sorry, maksud aku untuk ceraiin aku. Ya it’s oke gitu. Semua memang udah terjalani begitu aja. Lagi kan kita cuma nikah kontrak. Aku paham kok, memang sesuatu yang terikat itu tidak enak.”

Leon yang mendengar itu makin merasa kesal dan geram kepada Yola, sampai akhirnya Leon meremas kedua lengan Yola dengan keras.

“Sakit, Leon! Kamu bisa nggak kasih pelan-pelan? Kamu itu ya tenaganya keras banget. Aku tuh nggak bisa ngelawan kamu. Maksudnya, kamu mau ngapain aku sih? Kamu mau nyakitin aku gara-gara aku nggak mau nurutin perkataan kamu? Terkadang nggak semua perkataan kamu harus aku dengerin. Terkadang kamu juga ada salahnya kok, Leon.”

“Aku nggak pernah salah, karena aku suami kamu. Yang salah itu kamu, yang jadi istri aku. Harusnya kamu itu nurut sama aku, dan bukan ngejalanin bisnis tanpa sepengetahuan aku. Aku mau tahu dari mana bisnis itu berasal. Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku sedikitpun?”

“Emangnya sejak kapan kamu peduli sama kehidupan aku? Lagian kamu nggak pernah mau tahu kan aku mau ngapain, aku mau makan atau enggak, aku mau beraktivitas apa. Emang kamu pernah nanya sedikitpun? Kamu nggak pernah tertarik sama hidup aku, Leon. Kenapa sekarang kamu tiba-tiba marah dan ngambek karena aku nggak ngasih tahu kamu? Emangnya itu salah aku ya? Harusnya kamu introspeksi diri, kenapa aku bisa begitu ke kamu.”

“Jadi kamu ngerasa ini semua salahku? Dan kamu juga cuek kayak sekarang gara-gara aku juga? Jadi maksud kamu semuanya gara-gara aku? Jadi aku cari uang buat kamu juga itu salah? Maksudnya kamu mau aku di rumah aja gitu, nggak usah cari uang? Iya, kamu maunya kayak gitu?”

Yola merasa kalau perkataan Leon semakin lama semakin melantur, seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Leon. Tetapi Yola tidak mau menanya lebih detail, karena Yola malas untuk menanyai hal tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!