Aku yang selama ini gila kerjaan, saat ini juga akan angkat kaki dari dunia kerja untuk menikmati kekayaanku. Aku sudah menyia-nyiakan masa mudaku dan kini usiaku bahkan sudah 45 tahun namun masih belum menikah juga karena terlalu sibuk mencari harta.
"Aku sungguh menyesal hidup hanya mendekam di ruang operasi!" Seketika mataku berkunang-kunang lalu..
'Klap'.
"Argh... uangku! Hidup mewahku! Dimana kalian semua."
Untuk kelanjutannya, yuk ikuti perjalanan ku di dunia lain untuk mendapatkan kembali harta, tahta dan lelaki tampan.
Lelaki tampan manakah yang akan ku pilih dan lelaki tampan mana yang kalian pilih?
Info ~
Karya yang saya buat ini hanya untuk hiburan semata dan berdasar pada karangan imajinasi penulis MuTaz. Saya membagikan hasil karya ini agar pembaca bisa menikmatinya.
Selamat membaca.. dan salam kenal..
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MuTaz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suasana Mencekam
Selagi lelaki bertudung itu mengalihkan perhatian kawanan laba - laba itu, aku segera bergerak untuk mengambil tanaman obat di dekat gubuk.
'Ssttsss..'
'Ssttsss..'
Terdengar suara desis ular yang sangat kencang dari arah perbatasan pelindung. Tapi aku belum tau secara pasti di mana ular itu berada.
Saat ini aku sudah hampir sampai di perbatasan pelindung berada. Ternyata di sana ada seekor ular berukuran sangat besar sedang tertidur. Sepertinya ular berukuran raksasa itu adalah ular yang pernah aku lihat saat pertama kali keluar dari batas pelindung, sewaktu itu aku hanya melihatnya dari kejauhan.
Ternyata jika dilihat dari dekat ukuran tubuhnya itu sungguh mengerikkan, bahkan hanya dengan melihatnya saja sudah membuat tubuhku bergidik karena takut . Baru pernah aku merasakan rasa takut sampai tubuhku sulit untuk bergerak. Rasanya lututku menjadi sangat lemas.
"Aku tidak akan bisa menang melawannya pada tingkatan kekuatanku saat ini, jika terkena satu serangannya saja aku pasti akan langsung mati." Ucapku dalam hati.
Jantungku berdetak sangat cepat, aku hanya bisa diam berusaha menyembunyikan diri dari ular besar itu.
"Jika aku hanya diam bersembunyi, orang - orang akan mati keracunan." Ucapku lagi.
'Slrutt..'
'Jleb-Jleb-Jleb'
Dalam sekali tembak beberapa anak panah langsung mengenai tepat pada sasarannya.
Lelaki bertudung kepala itu kembali membantuku untuk mengalihkan perhatian ular berukuran raksasa itu.
"Kenapa dia bisa cepat sekali sampai ke sini." Ucapku. Tidak tau kenapa kehadirannya selalu membuat hatiku lega.
Aku sudah banyak berhutang budi padanya, tapi aku tidak tau siapa dia dan apa tujuannya yang sebenarnya.
Dia mengeluarkan pedangnya dan melawan ular besar itu tanpa terlihat kesulitan sedikitpun. Sepertinya dia sangatlah kuat, mungkin kekuatannya sama dengan ular besar itu atau bahkan dia jauh lebih kuat.
Aku mengeluarkan busur panah yang sudah aku berikan racun buatanku dengan dosis sangat tinggi. Semoga saja racunku bereaksi juga pada ular itu.
'Slruttt..'
'Jleb-Jleb'
Anak panahku berhasil mengenai tubuh ular. Aku hanya bisa membatu lelaki bertudung itu dengan racunku tadi. Selebihnya aku percayakan padanya.
...----------------...
Setelah berhasil melewati berbagai macam rintangan, akhirnya aku berhasil mendapatkan penawar racun yang sudah selesai aku buat tadi.
Aku harus segera kembali lagi ke desa.
Dari kejauhan aku bisa melihat tubuh ular berukuran raksasa itu sudah terkapar, kemungkinan ular itu sudah berhasil dikalahkan lelaki bertudung itu.
"Argh.."
"Uhuk - uhuk."
Terdengar suara orang mengerang kesakitan.
"Sepertinya itu suara lelaki bertudung itu, tapi di mana dia?" Gumamku sambil terus berlari mendekati tubuh ular besar itu.
Mataku mencari keberadaan lelaki bertudung itu berada, namun aku dikejutkan dengan adanya satu lagi tubuh ular berukuran sangat besar yang tergeletak tidak jauh dari tempat ular besar yang terkena racunku.
"Apa ular itu adalah pasangan ular yang terkena racunku ini? Jika benar begitu, berarti keadaan lelaki bertudung yang aku tinggalkan itu pasti tadi sangat kesulitan untuk melawan keduanya dalam kondisi tubuh yang mulai kelelahan." Gumamku.
Aku sungguh merasa bersalah padanya, aku akan pastikan membalas semua kebaikannya.
"Uhuk - uhuk"
Suara itu terdengar lagi, ternyata dia berada di balik tubuh ular besar yang sudah mati. Lelaki bertudung kepala itu tampaknya terluka parah, saat ini dia sedang duduk bersender di tubuh ular.
Darah keluar merembes keluar dari bagian perut dan punggungnya. Batuknya juga sampai keluar darah. Sepertinya lukanya sangat dalam, jika tidak segera ditangani dia juga pasti akan mati kehabisan darah.
"Waktu yang aku miliki hanya 2 jam lagi untuk segera memberikan penawar ini." Gumamku.
Lelaki itu tampaknya sudah tidak bisa bergerak lagi. Bahkan saat aku memegangi tangannya untuk mengecek denyut nadinya, dia hanya bisa pasrah.
"Aku akan segera mengobatimu, mohon kerjasamanya." Bisikku di samping telinga lelaki bertudung.
Wajahnya tertutupi dengan kain juga penuh dengan darah. Aku hendak membuka tudungnya agar dia tidak merasa pengap namun tangannya menahan tanganku.
"Baiklah aku tidak akan membuka tudung kepalamu." Ucapku sambil perlahan membaringkannya.
"Argh... "
Lelaki itu mengerang saat aku membuka pakaiannya untuk memeriksa luka di tubuhnya.
"Hah! bagaimana bisa kamu bertahan dengan luka yang sangat parah ini." Ucapku spontan menutup mulutku karena sangat tidak mungkin seseorang masih hidup dengan organ tubuh yang koyak dengan terdapat luka yang sangat lebar di bagian perut sampai dadanya.
Aku segera mengambil tindakan, aku mengerahkan seluruh kemampuan yang aku dapatkan selama hidupku menjadi seorang dokter di duniaku dulu untuk mengobatinya.
...----------------...
Sisa uangku benar - benar sudah habis semua, bahkan uang emas yang diberikan oleh Ketua Klan juga tidak tersisa sedikit pun untuk membeli peralatan operasi dari sistem.
Andai saja di sistem juga menjual ramuan obat sudah pasti aku tidak perlu bersusah payah masuk ke dalam hutan ini.
Sistem hanya menjual peralatan medis saja, paling hanya tersedia cairan infus dan anestesi.
Akhirnya aku berhasil mengoperasi lelaki bertudung ini seperti orang gila. Dokter macam apa yang bisa menyelesaikan operasi seperti ini ditengah hutan dengan banyak kondisi yang tidak menentu seperti saat ini.
Aku hanya mengandalkan peruntungan saja, karena cuaca saat ini juga sewaktu - waktu bisa turun hujan yang sangat deras. Binatang buas lainnya juga bisa saja datang sewaktu aku sedang melakukan operasi.
"Benar - benar gila, hahaha aku benar - benar sudah kehilangan akal sehatku." Gumamku.
"Dunia ini benar - benar gila! atau aku saja yang sudah gila." Ucapku sambil tertawa seperti orang gila.
Bagaimana mungkin aku membiarkan seseorang mati di hadapanku. Bahkan jika seorang penjahat terluka pun akan tetap aku obati selagi dia sedang tidak berniat jahat.
Tidak lama kemudian Bara datang, tubuhnya berlumuran darah.
"Rayna! apa kamu tidak apa - apa?" Ucap Bara wajahnya terlihat sangat khawatir saat melihatku berlumuran darah.
"Ya, aku tidak apa - apa. Apa kamu terluka?" Ucapku sambil melihat bagian tubuh Bara barangkali ada yang terluka.
"Tidak, aku baik - baik saja. Hanya sedikit luka di punggungku. Bagaimana denganmu, kenapa banyak sekali darah di tubuhmu?" Ucap Bara sambil memeriksa tubuhku.
"Aku baik - baik saja, bajuku hanya terkena darah milik lelaki ini saat aku mengoperasinya tadi." Ucapku.
"Siapa dia?" Tanya Bara sambil menatap lelaki bertudung yang kini sedang terbaring tidak sadarkan diri.
"Tidak tau, aku bahkan tidak mengenalnya. Tetapi dia yang sudah menolongku saat aku di hadang kawanan laba - laba dan ular ini." Ucapku.
Bara hanya diam dan menatap lelaki bertudung itu.
"Ayo kita juga harus membawanya kembali ke Desa untuk merawatnya." Ucapku sambil berusaha memindahkan lelaki bertudung ke atas tandu yang sudah aku siapkan.
Bara hanya diam namun seperti ingin menanyakan sesuatu padaku. Mungkin dia menginginkan penjelasan lebih mengenai semua hal yang telah terjadi.
...----------------...
"Lihat di sana, mereka datang!" Ucap Bibi Sarah sambil bangun dari posisi jongkoknya.
Hari sudah sore, kami berhasil keluar dari hutan dengan selamat. Paman Guan dan yang lainnya menyambut kedatangan kami dengan wajah sumringah karena kami pulang dengan selamat.
"Apa kalian baik - baik saja?" Ucap Paman Guan mendekat diikuti warga Desa lainnya.
"Ya, kami baik - baik saja Paman." Ucapku sambil menurunkan tandu ke bawah secara perlahan.
"Siapa dia?" Ucap Paman Bibi Sarah.
Tiba - tiba sekelompok orang yang memakai tudung kepala sama dengan yang dipakai lelaki bertudung ini datang menghampiri kami.
"Permisi Tuan, mulai dari sini biar kami sendiri yang mengurus anggota kami yang terluka ini." Ucap salah satu orang dari kelompok bertudung itu pada Bara.
"Baiklah, silahkan. Nanti akan aku sampaikan ke pada Ketua Klan kalau salah satu orang kalian sudah berjasa besar karena telah membantu kami." Ucap Bara.
Setelah mereka membawa lelaki bertudung itu pergi, kami segera masuk ke dalam benteng menuju tenda di mana pasien yang keracunan sedang dirawat.
malas nak cakap cerita bagus tapi tolong jangan banyak adegan 18sx
tolong yang athor
jadi nak baca tidak syok kalau banyak sangat 18sxnya
/Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/