NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:27.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Meski kau kejar dia takkan kembali

Ruang pertemuan di lantai atas perusahaan Wijaya sore itu terasa hening. Aluna duduk di sisi meja panjang, mengenakan blus putih sederhana dengan rambut terurai. Sorot matanya tenang, namun dalam hatinya ada gelombang yang sulit ditebak.

Pintu terbuka, Barra masuk dengan langkah berat. Di tangannya ada sebuah map cokelat. Matanya sedikit merah, jelas semalam ia tidak tidur, dia menarik napas panjang, lalu duduk berhadapan dengan Aluna.

“Terima kasih sudah mau datang,” ucapnya lirih.

Aluna hanya menatapnya sekilas. “Katakan cepat, Barra. Aku tidak punya banyak waktu.”

Barra membuka map perlahan, mengeluarkan lembaran desain bunga sakura itu, lalu meletakkannya di atas meja, jemarinya gemetar.

“Ini … punyamu, kan? Kau yang menggambar ini. Kau yang membuatnya enam tahun lalu.”

Aluna menatap desain itu, lalu menegakkan tubuhnya. Senyum tipis, getir, muncul di bibirnya.

“Akhirnya kau tahu juga.”

Barra menelan ludah. “Aku … aku salah, Aluna. Dulu aku tidak percaya padamu. Aku lebih memilih mendengar Miska, lebih memilih menutup mata dari tangisanmu. Tapi lihatlah … sekarang bukti ini ada di hadapanku. Kau benar, dan kau selalu benar.”

Aluna terdiam, matanya berkaca-kaca, namun suaranya tetap tegas. “Sayangnya, kebenaran yang kau abaikan itu sudah merenggut banyak hal dariku, Barra. Kau tahu apa rasanya dihina sebagai pencuri oleh orang yang seharusnya melindungimu? Kau tahu apa rasanya dicampakkan saat kau paling butuh pegangan? Kau yang membuatku kehilangan harga diri, kehilangan kepercayaan, kehilangan rumah yang seharusnya bisa kusebut keluarga.”

Barra terhenyak, dia mencoba meraih tangan Aluna di atas meja, namun Aluna menariknya cepat.

“Aluna … aku menyesal. Aku minta maaf, aku tahu aku tak bisa menghapus masa lalu, tapi aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kita kembali seperti dulu. Kita bisa mulai lagi ... Aku bisa jadi ayah untuk Raka, kita bisa membesarkannya bersama. Tolong … beri aku kesempatan.”

Aluna menatapnya lama, lalu tersenyum getir. “Kembali? Kau pikir aku akan kembali pada pria yang dulu lebih memilih fitnah daripada istrinya sendiri? Kau pikir aku akan menyerahkan anakku pada orang yang bahkan tak pernah ada saat aku berjuang melahirkan dan membesarkannya sendirian? Kau salah besar, Barra.”

Suasana menegang. Barra menunduk, lalu berdiri mendekat. “Aku tahu aku tidak pantas. Tapi Aluna, hatiku masih milikmu. Aku tidak pernah bisa melupakanmu.”

Aluna berdiri juga, menatapnya lurus dengan sorot dingin. “Sayangnya, hatiku sudah mati untukmu sejak malam itu. Sejak malam ketika kau menyebutku pengkhianat tanpa bukti. Sejak malam ketika kau memilih percaya pada semua orang kecuali aku.”

“Dan sekarang…” Aluna melanjutkan, suaranya dingin, “aku sudah menikah. Aku bahagia dengan Taka. Dia yang menemaniku, dia yang percaya padaku, dia yang berdiri untukku ketika dunia menjatuhkanku. Dia bukan hanya suamiku, tapi ayah Raka. Jadi berhenti bermimpi, Barra. Tidak peduli seberapa keras kau berjuang, aku tidak akan pernah kembali padamu.”

Barra terdiam, wajahnya pucat. Kata-kata Aluna menusuk lebih dalam daripada tamparan apa pun. Aluna meraih desain di meja, menggulungnya, lalu memasukkannya ke tas.

“Kau tahu apa yang paling ironis? Kau kehilangan aku bukan karena orang lain. Kau kehilangan aku karena dirimu sendiri.”

Barra ingin bicara, tapi suara tercekat di tenggorokannya. Hanya matanya yang merah, menahan air mata yang tak mau jatuh. Aluna melangkah pergi tanpa menoleh lagi, meninggalkan Barra berdiri sendiri di ruangan itu. Barra menatap pintu yang tertutup, lalu jatuh terduduk di kursinya. Suara lirih keluar dari bibirnya, penuh putus asa.

“Aluna … apa kau benar-benar takkan pernah kembali padaku?”

Barra masih duduk di ruang pertemuan itu. Tangannya gemetar, wajahnya pucat, dan map yang tadi ia bawa kini tergeletak tak berguna di lantai. Hatinya terasa kosong. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh juga.

“Kenapa harus begini, Aluna … kenapa kau tak bisa melihat aku masih mencintaimu…” gumamnya, suaranya parau.

Hening hanya beberapa detik sebelum emosinya meledak. Barra menghempaskan kursi ke dinding, membuat suara benturan keras. Ia berdiri, berjalan mondar-mandir, kepalanya dipenuhi bayangan Aluna bersama Taka. Senyum bahagia Aluna saat menyebut nama pria itu benar-benar menoreh luka yang tak bisa ia terima.

“Tidak … tidak!” Barra meremas rambutnya. “Aku tidak bisa kehilangan kau begitu saja, Aluna. Kalau aku tak bisa memiliki dirimu, setidaknya aku akan punya Raka. Dia darah dagingku! Aku tidak akan membiarkan pria lain mengambil peranku sebagai ayah!”

Langkah kakinya terhenti. Ia menatap pantulan wajahnya di kaca jendela. Sorot matanya yang dulu tegas kini tampak seperti orang asing, dipenuhi sakit hati, dendam, dan keputusasaan.

Ponselnya berdering. Nama sekretarisnya, Cleo, muncul di layar. Barra mengangkat dengan suara berat.

“Tuan, aku sudah mengurus semua yang Tuan minta. Data sekolah Raka, jadwal kesehariannya, siapa saja yang menjemputnya selama dia masuk sekolah di sini. Semuanya sudah lengkap.”

Barra mengepalkan tangan. “Bagus, kirim ke aku sekarang juga.”

“Baik, Tuan.”

Telepon terputus, Barra menutup matanya, menarik napas panjang, lalu duduk kembali. Dia membuka laptopnya, membaca setiap detail tentang putranya yang selama ini hanya bisa ia lihat dari kejauhan. Foto Raka yang sedang tersenyum dengan seragam sekolah yang baru di indonesia, tertawa sambil digandeng Taka dan Aluna.

Barra menahan tangis, tapi tatapannya makin tajam. “Aku tahu kau membenciku, Aluna. Tapi Raka … dia tetap anakku. Aku tidak akan biarkan dia tumbuh menganggap orang lain sebagai ayahnya. Aku akan merebutnya kembali, meski harus dengan cara apa pun.”

Tangannya mengetuk meja pelan, penuh tekanan. Senyum tipis, pahit, muncul di wajahnya.

“Kalau cinta tak bisa mengikatmu kembali padaku, biarlah Raka yang jadi penghubung kita. Kau akan melihatku setiap hari lewat dirinya, Aluna … dan kau tidak bisa lari dari itu.”

1
juwita
si miskin sm si bara Bret brot emg cocok sm" pecundang sm" licik.
mama
alhamdulillah.. Taka datang tepat waktu
Sunaryati
Benar kan memang kalian sangat cocok Miska dan Barra, sama- sama licik jadi kalian pas hancur bersama.
Sunaryati
Barra akan hancur bersamamu Miska, kau lupa ada CCTV ada pengawal Aluna, yang mengawasi dar kejauhan, dan mengirimkan kejadian seutuhnya pada Tuan Taka
Uthie
Yeayy... Taka is the Hero 🤩👍🏻
Cookies
ceritanya bagus, miska dan barra siap² amarah tuan taka
Cookies
masih kurang thor🤭, lanjut yg byk
Aisyah Alfatih: kita lanjut besok ya, 3 bab 💪💪
total 1 replies
Lee Mbaa Young
Bner kan Dugaan ku aluna blm pernh tidur dng Taka, krn aluna blm move on. ini aja krn obat coba kl waras gk mungkin aluna mau hub badan dng Taka. kasian banget Taka 🤣 punya istri tp gk di layani.
Aisyah Alfatih: bukan nggak bisa move on, tapi alunanya nggak mau jatuh cinta karena pelarian 🤭
total 1 replies
partini
6 tahun cuma megang tangan doang
Aisyah Alfatih: 😂😂😂😂😂
total 5 replies
A.M.G
mampus lu bar
A.M.G
kapan sih para benalu tersingkir kan
A.M.G
namanya juga hidup pasti penyesalan datangnya belakangan
A.M.G
semangat
Uthie
koq si Miska masih dipertahankan gtu sihh itu???
Warung Sembako
dr awal semua kekacuan jg krn miska, hrusnya miska juga ikut hancur, bkn bara seorang...
Ma Em
Tuti dan Miska bukannya menyadari semua kesalahannya malah bertambah nekad sepertinya , Aluna sdh terlanjur hancurkan saja Tuti dan Miska biar dia sadar bahwa dia tdk akan bisa melawan Aluna dan menyesali dgn segala perbuatannya , jgn beri maaf Miska sama Tuti
Uthie
Bagusss Aluna.. singkirin aja tuhh 2 manusia jahat si Tuti ma Miska 👍🏻🤨😡😡
Uthie
Biarlah si Barra aja yg kasih pelajaran tak kan pernah dia lupa kan juga .. sebagai mana dulu Aluna pun merasakan nya hingga kini 👍🏻🤨😤
ken darsihk
Eehhh duo racun Tuti dan Miska kalian benar-benar nggak ada kapok nya ya , rencana busuk apa lagi yng ada di kepala kalian
Semoga karma cepat menjemput mu 😡😡😡
nur adam
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!