Elma merasa, dirinya bukan lagi wanita baik, sejak sang suami menceraikannya.
Tidur dengan pria yang bukan suaminya, membuat Elma mengandung benih dari atasannya yang seorang playboy, Sean Andreas. Namun, Sean menolak bertanggung jawab dengan alasan mereka melakukannya atas dasar suka sama suka.
Beberapa bulan kemudian Elma melahirkan bayi perempuan dengan kelainan jantung, bayi tersebut hanya bisa bertahan hingga berusia satu tahun.
Disaat Elma menangisi bayi malangnya, Sean justru menyambut kehadiran seorang bayi dari rahim istrinya, sayangnya istri Sean tak bisa bertahan.
Duka karena kehilangan anak, membuat Elma menjadi wanita pendendam. Jika ia menangisi anak yang tak pernah diinginkan papanya, maka Sean juga harus menangisi anak yang baru saja dilahirkan istrinya.
Apa yang akan Elma lakukan pada anak Sean?
Tegakah Elma menyakiti bayi malang yang baru saja kehilangan Ibunya?
Bagaimanakah hubungan Elma dan Sean selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percobaan Jadi Jahat
#15
“Kamu, akan menjadi senjataku mendapatkan apa yang dulu tidak didapatkan anakku.” Elma tersenyum menyeringai.
Ternyata yang dilihat Sean sebagai kasih ibu, dan yang Mom Naura lihat sebagai simbol kebaikan seorang wanita, ternyata berbanding terbalik dengan dengan apa yang Elma rasakan.
Wanita yang kini berada di dalam bilik laktasi bersama Baby Rey, rupanya mulai merancang apa saja yang ingin ia lakukan terhadap ayah dari bayi yang kini sedang ia susui.
Mulanya Elma mengusap kepala, dahi, pipi, hingga bahu bayi mungil tersebut. Tapi ketika jari tangannya menyentuh leher, keinginan jahat itu melintas, “Apa yang harus kulakukan padamu? agar Papamu merasakan sakit teramat sangat karena kehilangan kamu yang saat ini menjadi tumpuan harapan.”
“Haruskah aku mencekikmu? Atau menyumbat saluran pernafasanmu? Atau menculik dan meminta tebusan? Ah, semua tampak menjanjikan, sebagai tahap awal, bagaimana kalau kita coba dulu dengan cara ini.”
Elma menggumam, dan terus menggumam seorang diri, wanita itu leluasa melakukan apa saja, karena tak ada yang menemaninya di bilik laktasi.
Elma mencubit hidung Baby Rey yang tengah menyusu, pada awalnya bayi itu masih baik-baik saja. Namun, beberapa saat kemudian ia mulai menunjukkan reaksi kehabisan nafas, kedua kakinya bergerak gelisah, karena ia pun tak dapat melepaskan diri, karena kalah tenaga dengan Elma.
Wajah Baby Rey mulai merah, pertanda ia mulai kehabisan oksigen, tapi kemudian kedua mata Baby Rey berkedip, melihat wajah sadis Elma dengan tatapannya yang lembut, dan seolah mengatakan. “Sayangi aku, Ma.”
Elma pun melepas cubitan di hidung Baby Rey, tak ada penyesalan akan sikapnya, “Baiklah, Anggap saja kali ini aku masih menjadi orang baik, tapi nanti? Jangan harap, ya?”
Elma kembali bicara pada Baby Rey, bayi itu bahkan tertawa, karena mengira Elma sedang bergurau terhadapnya. Padahal pandangan matanya saja masih buram, belum bisa mengenali wajah orang-orang yang ada di sekitarnya.
Cukup lama Elma berada di bilik tersebut, membiarkan Baby Rey minum ASI hingga dia puas, hingga kembali tidur dengan nyenyak.
Elma pun lega, karena tak perlu susah payah melakukan pumping, agar terbebas dari rasa nyeri di dadanya.
Beberapa saat kemudian, Elma keluar, dengan Baby Rey ada di Pelukannya, wajahnya polos, biasa saja seperti tidak berbuat salah, padahal kepalanya penuh dengan banyak rencana.
Mom Naura yang pertama kali melihat Elma keluar dari bilik laktasi, karena Sean masih menekuk badannya sambil duduk di kursi ruang tunggu, entah apa yang dilihat oleh pria itu.
“Ah, rupanya dia langsung tidur,” ucap Mom Naura lega. “Kamu pasti lelah dan sangat lapar, ayo, kita makan dulu.” Dibandingkan Sean, sikap Mom Naura lebih manusiawi, setidaknya wanita itu tahu cara berterima kasih, sementara Sean? Hanya bisa diam, rasa terima kasih, cukup ia wujudkan dengan memberikan uang.
“Tidak perlu, Nyonya. Saya—”
“Aku tidak terima penolakan.” Mom Naura sengaja tidak mengambil alih Baby Rey dari pelukan Elma, jadi Elma tak punya pilihan selain mengikutinya.
Tapi Sean terlalu posesif pada anaknya, jadi dia meminta agar Baby Rey di gendong olehnya. Ketika melakukan transfer, Elma berbisik, “Jangan berpikir aku begini karena aku baik, kamu sudah merubahku menjadi orang paling jahat.”
Sean hendak buka mulut dan membalas ucapan Elma, tapi Baby Rey tiba-tiba menggeliat karena rasa pelukan di tubuhnya berbeda. “Aduh, kenapa? Apakah Papa mengganggumu, hmm?”
“Sean, kamu sih buru-buru aja, biarkan anakmu pulas dulu, dasar tidak sabaran!” Mom Naura kembali mengomel.
Sean benar-benar mati gaya saat ini, jika di depan Elma ia bisa mengucapkan kalimat pedas, tapi di depan Mom Naura, ia seperti merasa terintimidasi.
Akhirnya Elma kembali menggendong Baby Rey, hingga bayi itu tenang, dan kembali tidur. Bahkan ketika makan, Elma tampak tenang berbicara dengan Mom Naura, membuat Dina merasa tak enak hati, karena tugasnya adalah menjadi baby sitter Baby Rey.
Mom Naura langsung bisa akrab dengan Elma, mereka asik ngobrol berdua sambil menikmati makan siang di cafe rumah sakit, mengabaikan Sean yang bahkan tak sanggup menelan apa-apa karena khawatir Elma akan menceritakan perihal keberadaan Eve.
“Wah, jadi selama ini kamu juga bekerja? Lalu sekarang anakmu dimana?”
Benar saja, yang Sean khawatirkan pun terjadi, Mom Naura tiba-tiba saja bertanya perihal anak Elma. Sean segera memberikan kode melalui kedipan mata agar Elma tak menceritakannya.
“Anak saya, sudah meninggal, Nyonya.”
Wajah Mom Naura mendadak sendu, serasa ada satu bagian dari dirinya yang ikut dicabut paksa saat itu juga. Tapi kenapa?
“Tante ikut berduka, ya. Meninggalnya karena apa?” ucap Mom Naura dengan air mata yang tiba-tiba menetes dengan sendirinya.
“Sakit jantung bawaan sejak dalam kandungan.”
•••
Di sebuah laboratorium, seorang wanita tersenyum puas setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan dan inginkan, “Nak, Mami harap kamu bisa membantu Mami, ya? Mami jamin hidup kita akan makmur,” ujarnya culas, sambil mengusap kepala putranya yang kini berusia 4 tahun.
kerren
semangat terus nulisnya yaaa 😍