NovelToon NovelToon
Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:656
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Fey

Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

*******

Di rumah, bibi Yan tengah mengobrol santai dengan Riri di ruang tengah.

" Bibi Yan, apa bibi nggak rindu dengan toko bibi yang ada di bali? " tanya Riri penasaran.

" Rindu lah Ri, bibi sudah lama nggak kesana. " jawab bibi Yan.

" Riri rasa Suina akan baik baik saja sendiri, Riri juga di sini. jadi bibi bisa pulang kesana untuk melihat toko, bibi nggak usah khawatir dengan Suina. " ucap Riri.

" Bibi tau dia akan baik baik saja, Suina sudah dewasa sekarang. bibi tidak mencemaskan hal itu, tapi ada alasan lain yang membuat bibi harus tinggal denganya. " jawab bibi Yan.

" Apa itu bi? " Tanya Riri penasaran.

Ketika sedang asyik mengobril, tiba tiba perhatian mereka teralih karena mendengar ada suara mobil yang berhenti tepat di gerbang depan.

" Alasannya itu, orang yang sedang memarkirkan mobilnya di depan. " ucap bibi Yan.

Dengan cepat mereka berdua keluar untuk melihatnya.

" Terima kasih dok untuk hari ini. " ucap Suina turun.

" By! by! " lanjutnya lagi sambil melambaikan tanganya.

Edo hanya tersenyum melihatnya, kemudian langsung menjalankan mobilnya.

Setelah melihat mobil Edo pergi, Suina pun langsung masuk kedalam.

" Jadi ini alasanya bibi Yan? " tanya Riri tersenyum.

" Iya, makanya bibi belum bisa pulang kebali. " jawab bibi Yan.

" Kalian ngapain di sini? " tanya Suina kaget melihat mereka yang berada di teras rumah, sambil menatapnya.

" Nggak. " jawab Riri sambil tersenyum.

Malam menjelang, Suina dan Riri sedang berada di kamar tengah membahas pekerjaan.

" Jadi kita akan ketemu mereka? " tanya Suina.

" Em! sesuai permintaan mereka, jadi mau nggak mau kita harus datang kesana. " jawab Riri sambil memperlihatkan beberapa desain itu pada Suina.

" Karena mereka ingin membahas beberapa tambahan desain lagi dengan kita, kata bosku mereka ingin sesuatu yang beda. " lanjut Riri sambil menjelaskan beberapa pekerjaan itu.

" Ini kesempatan bagus Suina, kamu bisa mempromosikan beberapa desainmu keteman teman kerjaku. " usul Riri.

" Wahh.. terima kasih Ri, kamu selalu bisa membuatku mendapatkan peluang. " jawab Suina senang.

" Sama sama, tapi ingat. kamu harus melakukan yang terbaik, agar mereka mau bekerja sama lagi denganmu. " ucap Riri.

" Siap! aku janji akan melakukan yang terbaik. " jawab Suina penuh semangat.

Keesokan harinya, keduanya sudah berada di salah satu pusat perbelanjaan terbesar.

Klien yang akan bekerja sama dengan mereka, meminta untuk bertemu di salah satu tokohnya yang ada di Mall.

" Kamu pasti bisa. " ucap Riri menyematkannya .

" Em! " jawab Suina yakin.

Keduanya pun menuju salah satu toko, untuk membahas pekerjaan bersama pemilik toko itu.

Suina berusaha menjelaskan semua ide idenya, agar pemilik toko itu merasa puas dengan hasil desainya.

Sementara Riri terus menyemangatinya, agar Suina lebih tenang dalam menjelaskan semuanya.

" Saya puas dengan desainya, jika tidak ada yang salah lagi. kami ingin agar segera di selesaikan minggu depan. " ucap pemilik toko itu puas.

Suina dan Riri pun langsung senang mendengarnya.

" Tantu saja pak, terima kasih banyak. karena sudah percaya dan bekerja sama dengan saya. " jawab Suina.

Ia pun segera pamit dan mulai menyelesaikan semuanya sesuai permintaan klien itu.

***

Di rumah sakit, Edo baru saja selesai dengan operasinya. Kini ia sedang berada di ruang kerjanya untuk istirahat sejenak.

Baru saja duduk memejamkan matanya sejenak, tiba tiba ponselnya berdering.

Dengan cepat Edo mengangkatnya.

" Iya buk. " jawab Edo.

" Halo Do, apa kamu sibuk hari ini? " tanya ibunya.

" Edo baru saja selesai operasi. " jawab Edo.

" Kalau begitu mampirlah kerumah setelah kamu pulang kerja ya, ibu buat beberapa kue kering." ucap ibunya.

" Kue kering? " tanya Edo bingung.

" Iya, ibu ingin mengirimkan beberapa juga untuk Cindi. jadi tolong kamu kasih kedia juga ya. " jawab ibunya.

Ekspresi Edo langsung berubah datar begitu mendengar tujuan ibunya menelponnya.

" Ibu bahkan membuat kue kering sendiri, sepertinya ibu benar benar sangat menyukainya. " ucap Edo.

" Tentu saja, dia gadis cantik dan berbakat. apa kamu tidak menyukainya? " jawab ibunya sambil bertanya.

" Edo nggak tau buk, karena Edo tidak terlalu berharap dalam hal ini. " jawab Edo.

" Ibu juga tidak berharap apa apa darinya, kalian bisa berteman dulu untuk saat ini. " ucap ibunya.

" Jadi ayahmu bisa merasa nyaman untuk sekarang. " lanjutnya lagi.

Edo hanya bisa terdiam mendengar ucapan ibunya itu.

" Baiklah buk. " jawab Edo.

" Ya udah deh sayang, jangan lupa mampir untuk ambil kuenya ya. " ucap ibunya.

" Iya. " jawab Edo singkat.

" Maaf kalau ibu ganggu kamu kerja, by sayang. " ucap ibunya yang langsung mematikan panggilanya.

Fikiran Edo terasa semakin kacau setiap kali ibunya membahas gadis itu, ia merasa semakin tidak punya kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Di pusat perbelanjaan, Suina dan Riri telah selesai dengan pekerjaan mereka.

Kini kedua gadis itu tengah jalan jalan sejenak, untuk melihat lihat sesuatu yang menarik.

" Sekali lagi makasi ya, Ri. " ucap Suina yang merasa sangat senang.

" Makasih untuk apa? kamu pantas mendapatkannya, karena keterampilanmu sudah tidak di ragukan lagi. " jawab Riri memuji.

Ketika sedang asyik mengobrol, tiba tiba seseorang menabrak mereka.

" Aa!! " ucap Suina dan Riri kaget.

Minuman yang di bawa pria itu langsung tumpah tak tersisa.

" Maaf! maaf! " ucap Riri.

Sementara Suina terpukau begitu melihat pria itu, yang tidak lain adalah Rey.

" Sekali lagi maaf! aku benar benar tidak melihatmu. " ucap Riri.

" Nggak apa apa. " jawab Rey singkat.

" Benar nggak apa apa? sepatu mas basah. " tanya Riri memastikan.

" Nggak apa apa! nggak apa apa! " jawab Rey yang langsung pergi karena sedang terburu buru.

" Eh Mas! " panggil Riri yang merasa bersalah.

Namun Rey tidak mempermasalahkannya, kini pria itu hilang di balik Lift menuju lantai atas.

" Gila! dia ganteng banget Ri. " ucap Suina.

" Ganteng! ganteng! bukanya ikut minta maaf, kamu malah kesemsem sama parasnya. " omel Riri.

" Yee... yang nabrak kan kamu, kenapa aku yang harus ikut minta maaf. " jawab Suina tertawa.

" Iih.. Suina! untung aja dia nggak marah, kalau nggak. pasti aku di suru ganti sepatunya, mana kelihatan dari brand terkenal lagi. aku mana punya duit buat beli. " keluh Riri.

" Ya udah.. syukur aja dia nggak keberatan, berarti kamu masih berungtung hari ini. " ucap Suina.

Keduanya pun langsung bergegas pulang.

Di kediaman orang tua Edo, pria itu tiba sekita pukul 8 malam.

Dengan cepat ia masuk kedalam kemudian menemui sang ibu yang berada di ruang tengah.

" Buk. " ucap Edo menyalaminya.

" Kok malam banget datangnya? " tanya ibunya heran.

" Iya buk, Edo masih harus memeriksa beberapa pasien yang sedang dirawat setelah operasi besar. " jawab Edo.

Tiba tiba terdengar suara mobil di halaman depan.

" Sepertinya ayahmu pulang. " ucap ibunya.

Raut wajah Edo pun langsung berubah, begitu mendengarnya.

" Kita makan malam dulu yuk, ibu sudah menyiapkannya di meja makan. " ajak ibunya.

Edo pun langsung mengikutinya menuju meja makan.

Suasana makan malam mereka terlihat begitu sunyi.

Ayahnya hanya fokus dengan makanannya, begitupun dengan ibunya.

Sementara Edo terlihat tidak berselera, dan hanya mengaduk aduk makanan yang ada di hadapannya.

" Buk, soopnya terlalu hambar. " ucap ayahnya.

" Ibu sengaja buatin yang tidak terlalu berasa, dokter bilang ayah harus mengurangi garam. " jawab ibunya.

" Tapi buk, ini terlalu hambar, setidaknya ada sedikit rasanya. " protesnya lagi.

" Ya udah deh, tapi sedikit aja. " jawabnya yang langsung memasukkan sedikit tambahan rasa.

" Oh ya Do, apa kamu sudah bertemu Cindi? " tanya ayahnya.

" Belum. " jawab Edo singkat.

" Ibu menyuruhnya kesini untuk membawakan beberapa kue kering untuk Cindi yah. Jadi mereka akan bertemu. " imbuh ibunya.

Ayahnya pun langsung terlihat senang mendengarnya.

" Gimana kerjaanmu di rumah sakit? apa semuanya baik baik saja? " tanya Ibunya yang langsung mengalihkan pembicaraan.

" Jika terlalu sibuk di rumah sakit, lebih baik berhenti saja Do. lebih baik kamu lanjutin sekolah penelitian. " ucap ayahnya.

" Ayah punya beberapa teman yang bisa membantumu. " lanjutnya lagi.

" Edo nggak suka penelitian yah. " jawab Edo.

" Terus kamu ingin menjadi dokter selamanya? " tanya Ayahnya heran.

" Edo menjadi dokter agar dapat membantu mengobati orang lain, itu sudah keinginan Edo dari dulu yah. " jawab Edo.

" Do! kamu terlalu berfikir sempit, jika kamu selamanya menjadi dokter. dirimu akan terus terikat dengan rumah sakit dan juga para pasien itu.  coba fikirkan lagi. " ucap ayahnya.

Edo pun langsung menegakkan pandanganya, memberanikan diri  untuk menatap sang ayah.

Terlihat dari sorot matanya, jika pria itu berusaha untuk menahan amarahnya.

" Udah yah! kita sedang makan. Nggak baik ribut di meja makan. " ucap ibunya yang berusaha untuk mengalihkan suasana.

" Semua yang ayah katakan itu untuk kebaikannya buk, dia tidak bisa menjadi dokter selamannya. " jawabnya.

" Kamu harus menetapkan tujuan hidup Do, kamu harus bergerak maju memiliki keluarga yang hebat dan menikah dengan wanita hebat juga. " ucap ayahnya yang mulai emosi.

" Lanjutkan sekolah penelitianmu untuk manjadi profesor atau pengusaha seperti ayah, kamu mengerti kan maksud ayah? " lanjut ayahnya.

Edo hanya diam dan terus menatap ayahnya, fikirannya saat ini benar benar sangat kacau.

Karena setiap kali di minta untuk datang kerumah, selalu ada saja yang membuatnya tertekan dengan permintaan sang ayah.

" Baik yah, Edo akan memikirkannya. " jawab Edo.

" Bagus, ayah harap kamu tidak membuat ayah kecewa. " ucap ayahnya.

" Ibu lihat kan, Edo ngerti maksud ayah baik untuknya. karena tidak ada orang tua yang tidak ingin anaknya mencapai kesuksesan tinggi. " lanjutnya lagi pada sang istri.

Sementara ibunya Edo terlihat seperti merasa kasihan dengan putranya itu, karena selalu di tekan oleh ayahnya.

Edo hanya bisa diam sambil saja, karena percuma ia bicara. semua yang ia ucapkan selalu mendapatkan tentangan dari sang ayah.

***

Pukul sembilan menjelang sepuluh malam, Edo tiba di rumahnya.

Begitu ia keluar dari mobil, tiba tiba Suina datang dan memanggilnya.

" Dokter! " panggil Suina sambil melambaikan tanganya di gerbang depan.

Dengan cepat Edo turun dari mobilnya kemudian menghampiri gadis itu.

" Suina? " ucap Edo kaget.

" Kamu ngapain di sini jam segini? saya kan sudah bilang, bahaya jalan sendiri malam malam. " tanya Edo penasaran.

" Nggak kok, tadi aku sama teman aku Riri. dia lagi kemini market di depan sana. " jawab Suina.

" Oh ya dok, putih gimana? dia baik baik aja kan? " lanjut Suina yang penasaran dengan keadaan kucing itu.

" Dia baik baik saja. " jawab Edo.

" Aku boleh lihat putih nggak? kebetulan tadi aku beli makanannya juga. " tanya Suina.

" Sebentar aja kok dok, aku nggak bakal lama. sekalian nunggu Riri selesai belanja. " lanjutnya lagi.

" Em! masuklah. " jawab Edo mengiyakan.

Dengan cepat gadis itu masuk kedalam, sambil memeluk sekantong makanan kucing.

Sesampainya di dalam, Suina langsung bermain dengan kucing itu.

" Aku buatin putih kalung dok. " ucap Suina sambil mengeluarkannya dari dalam tas.

" Buatin? kamu buat sendiri? " tanya Edo kaget.

" Em! bagus nggak? " jawab Suina sambil bertanya.

" Em! Bagus. " jawab Edo menyukainya.

" Nanti kalau anak anaknya udah lahir, aku akan buatkan untuk mereka juga. " ucap Suina.

Edo pun tersenyum mendengarnya.

" Atau dokter mau juga aku buatin satu? " tawar Suina.

" Kamu ada ada saja. " jawab Edo tertawa.

" Ya kali aja dokter mau. " ucap Suina ikut tertawa.

" Oh ya dok, itu apa? kue kering ya? " tanya Suina sambil menunjuk paper bag yang Edo pegang.

" Kok kamu tau ini kue kering? " tanya Edo kaget.

" Tau lah, dari baunya aja udah bisa aku tebak. " jawab Suina.

" Apa aku boleh mencicipinya? " lanjutnya lagi.

Edo pun tersenyum melihat ekspresi gadis itu, yang selalu antusias jika sudah menyangkut makanan.

" Ini bukan punya saya. " jawab Edo.

" Ouwh.. " ucap Suina mengangguk faham.

" Kalau kamu pengen makan sesuatu, saya buat roti pisang kemarin. mau? " tawar Edo.

" Em! Tentu saja, terima kasih. " jawab Suina tersenyum lebar.

Edo langsung mengambilkannya, kemudian meletakan di depan gadis itu duduk.

" Putih! putih suka nggak dengan kalungnya? " tanya Suina sambil mengelusnya, sembari menikmati roti pisang yang Edo berikan.

Sementara Edo duduk membaca buku sambil sesekali memperhatikannya.

Pria itu terus tersenyum memperhatikan tingkah Suina ketika sedang bermain dengan kucingnya.

" Aw! aa! aw! aw! " jerit Suina tiba tiba sambil memegang kakinya.

" Kakiku keram! " ucapnya sambil mencoba berdiri untuk duduk di sofa.

Dengan cepat Edo membantunya, hendak memijat kaki gadis itu.

" Dok! dok! tunggu, jangan di sentuh. kakiku keram. " ucap Suina melarangnya.

Namun Edo tidak mendengarkannya, ia langsung memegang kaki Suina kemudian mulai memijatnya.

" Dok! kamu benar benar dokter nggak sih? " jerit Suina.

" Jangan terlalu tegang, rileks aja. " jawab Edo sambil terus memijatnya.

Suina pun mencoba untuk meluruskan kakinya.

" Gimana? udah merasa lebih baik? " tanya Edo yang masih terus memijatnya.

" Em! terima kasih dok. " jawab Suina.

Edo pun kembali duduk di sampingnya.

"Coba deh, saya lihat tangan kamu." Ucap Edo membuka percakapan dengan nada serius.

"Hah, untuk apa? Nih." Tanya Suina dengan rasa bingung sambil mengulurkan tangannya.

Edo mulai memeriksa tangan Suina dengan seksama, kemudian bertanya lagi.

"Ini tangan sama kakimu kok terasa sangat ya? Apa kamu sering mengalami kram seperti ini?" Tanya Edo.

"Em, hampir tiap hari dok. " Jawab Suina mengangguk sambil menyembunyikan keheranannya.

"Terus, pusing sama sakit bahu juga sering?” tanya Edo makin penasaran.

"Iya!" jawab Suina, kian bingung dengan arah pertanyaan Edo.

“ Apa kamu sensitif terhadap udara dingin juga?” tanya Edo lagi.

"Em!" Suina terus mengangguk.

"Gimana dengan sarapan? Apa kamu sarapan dengan teratur? " Tanya Edo.

"Jarang dok, pagi-pagi aku gak terlalu laper. " jawab Suina dengan jujur.

Edo melanjutkan lagi pertanyaannya.

"Jadi, sehari-hari kamu makan gak teratur?" Tanya Edo lagi.

Suina hanya bisa mengangguk, karena merasa heran dengan serangkaian pertanyaan Edo tentang kebiasaannya.

" Tunggu! tunggu! tunggu! sebenarnya aku kenapa sih? " tanya Suina kebingungan.

" Kamu terkena migrain. pasti menstruasimu buruk juga kan? makanya kakimu sering keram terutama di sore hari. " jelas Edo.

" Hah? kamu beneran dokter atau paranormal sih? kok bisa tau semuanya? " tanya Suina terheran heran.

Edo pun tertawa mendengarnya.

" Saya dokter. " jawab Edo.

" Begitula cara saya mengetahui tanda tanda jika tubuhmu sedang kurang baik. " lanjut Edo.

" Dok! apa jangan jangan aku punya penyakit berbahaya ya? " tanya Suina yang mulai panik.

" Kalau iya, Aku masih muda kok bisa kena penyakit berbahaya sih. telapak tanganku juga sering kali berkeringat. apa jangan jangan itu gejala awalnya? " gumam Suina yang mulai over overthinking.

" Huff.. " gumam Edo menghela nafasnya sambil tertawa melihat kepanikan gadis itu.

" Apa jangan jangan aku punya penyakit jantung? " tanya Suina menebak.

" Telapak tangan berkeringat bukan berarti punya penyakit jantung Suina. " jawab Edo.

" Ada banyak gejalanya jika seseorang punya penyakit jantung. " lanjut Edo.

" Bohong? semua orang bilang jika tangan berkeringat pasti punya penyakit jantung. " jawab Suina tidak percaya.

Edo hanya bisa menggeleng sambil tertawa.

" Suina! kamu sekarang sedang berdebat dengan dokter bedah jantung, loh. " ucap Edo.

" Terus kalau bukan penyakit jantung, aku sakit apa dong? " gumam Suina yang mulai memikirkan penyakit kronis lainya.

" Aku nggak mau mati muda, masih banyak yang pengen aku capai. aku juga belum menikah bahkan belum punya pacar. " lanjutnya lagi yang mulai takut.

Melihat gadis itu yang mulai gelisah, Edo langsung memegang kedua tanganya untuk menenangkannya.

" Dengar Suina! kamu nggak sakit, atau pun punya penyakit kronis seperti yang kamu pikirkan. Ibarat gini, kamu salah satu orang yang pergi kedokter karena mengira tubuh mereka sedang sakit. padalah yang terjadi, mereka hanya kurang enak badan saja. dokter tidak bisa mengobati hal itu, namun! yang bisa mengobatinya adalah diri mereka sendiri. " jelas Edo.

" Begitupun dengan kamu, kamu tidak sakit hanya kurang enak badan saja. karena kebiasaan burukmu yang sering menyepelekan beberapa hal kecil, makanya tubuhmu mulai menunjukan tanda tandanya. mulai sekarang kamu harus mencoba merubah kebiasaan burukmu itu. " lanjut Edo.

"Emang bisa di rubah ya?" Suina melontarkan pertanyaan dengan wajah penasaran yang mendalam.

"Kamu serius mau merubahnya ?" Tanya Edo mengerutkan keningnya, mencoba menimbang seberapa serius kemauan Suina.

"Iya, asal nggak terlalu ribet sih," jawab Suina merespons dengan nada ragu.

Edo menggeleng pelan sambil tersenyum bingung.

"Sulit, Suina. Nggak semudah itu."jawab Edo.

Suina terperanjat, matanya membulat tak percaya.

"Masa sih? Seberat itu?" Tanya Suina kaget.

" Em!" Jawab Edo mengangguk serius.

"Mengubah kebiasaan itu kayak ngelawan arus. Butuh lebih dari sekedar niat dan perlu tekad yang kuat." Lanjutnya lagi.

Suina pun mulai terlihat ragu.

" Tapi kalau kamu nggak mau, juga nggak apa apa. kamu bisa terus mengalami gejala itu setiap hari. " ucap Edo.

" Eeh.. nggak dok! aku mau kok. " jawab Suina.

" Kalau kamu benar benar ingin mengubah kebiasaanmu, saya akan bantu. " ucap Edo.

" Em! aku harus ngapain? " tanya Suina penasaran.

" Tapi kamu harus janji dulu, semua yang akan kamu jalani nanti. kamu akan benar benar serius dan konsisten. " pinta Edo.

" Baik itu di depan saya ataupun di belakang saya, gimana? janji? " lanjut Edo memastikannya.

" Hah? " gumam Suina ragu.

" Harus konsisten ya? " tanya Suina memastikan.

" Em! " jawab Edo mengangguk.

Gadis itu pun berfikir sejenak.

" Baiklah! aku janji. " jawab Suina yakin.

" Baiklah kalau kamu bisa pegang janji, kita mulai besok. Saya orang yang cukup tegas loh, dalam proses pengobatan. jadi jangan coba-coba melanggar. " ucap Edo mengingatkan.

" Be-besok? " tanya Suina kaget.

" Iya, Satu minggu dari sekarang, kamu harus mendengarkan semua arahan dari saya. " jawab Edo.

" Hari ini kamu boleh makan apa saja, tapi mulai besok. saya yang akan mengatur apa yang boleh dan yang tidak boleh kamu makan. " lanjut Edo.

" Hah.. sepertinya akan sangat sulit. " gumam Suina sambil memakan roti pisang di depannya.

" Ada lagi nggak dok? " tanya Suina yang sudah menghabiskan roti itu.

Edo hanya bisa tersenyum sambil menggeleng melihat tingkah gadis itu.

Suina benar benar bisa membuatnya terheran heran setiap kali mereka bersama.

###NEXT###

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!