Mati tertabrak truk? Klise.
Tapi bangun di dunia penuh sihir, monster, dan wanita cantik berbahaya?
Shen Hao tidak menyangka, nasib sialnya baru dimulai.
Sebagai pria modern yang tengil dan sarkastik, ia terjebak di dunia fantasi tanpa tahu cara bertahan hidup. Tapi setelah menyelamatkan seorang gadis misterius, hidupnya berubah total—karena gadis itu ternyata adik dari Heavenly Demon, wanita paling ditakuti sekaligus pemimpin sekte iblis surgawi!
Dan lebih gila lagi, dalam sebuah turnamen besar, Heavenly Demon itu menatapnya dan berkata di depan semua orang:
“Kau… akan menjadi orang di sisiku.”
Kini Shen Hao, pria biasa yang bahkan belum bisa mengontrol Qi, harus menjalani hidup sebagai suami dari wanita paling kuat, dingin, tapi diam-diam genit dan berbahaya.
Antara cinta, kekacauan, dan tawa konyol—kisah absurd sang suami Heavenly Demon pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZhoRaX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH 32
Pagi itu udara di kediaman utama Crimson Moon Sect terasa lebih hangat dari biasanya. Setelah kejadian “tak disengaja” di pagi buta itu, Shen Hao akhirnya berhasil menenangkan diri dan bertekad untuk segera keluar dari kamar sebelum terjadi kesalahpahaman lain.
Dengan langkah hati-hati, ia berjalan ke arah pintu. Rambutnya masih sedikit berantakan, pakaian dalam keadaan tidak rapi karena terburu-buru bangun, dan wajahnya masih menunjukkan bekas kebingungan setelah peristiwa tadi.
Sementara di sisi lain kamar, Mei Xian’er duduk anggun di depan cermin besar dari batu giok, menyisir rambut hitam legamnya perlahan. Bayangan dirinya di cermin memantulkan sosok wanita dengan keanggunan yang nyaris tak manusiawi — kulit pucatnya berkilau lembut disinari cahaya pagi, dan tiap helai rambutnya tampak berpendar samar seperti sutra.
Ketika Shen Hao memegang gagang pintu, tiba-tiba—
Tok! Tok!
Suara ketukan halus terdengar.
“Tuan muda Shen, kami datang mengantarkan sarapan pagi atas perintah Penatua Mei Ling’er!”
Shen Hao menelan ludah.
“Ah… iya, tunggu sebentar!”
Ia buru-buru merapikan kerah bajunya, tapi tangan gemetar karena panik.
“Baik, santai Shen Hao… buka pintu, terima makanan, tutup pintu, selesai. Tidak akan ada masalah.”
Namun begitu pintu dibuka—
Tiga murid perempuan muda berdiri di depan pintu, masing-masing membawa nampan giok berisi makanan hangat. Mereka tampak sopan dan anggun… sampai pandangan mereka jatuh ke arah dalam kamar.
Dan di situlah masalah dimulai.
Shen Hao berdiri di ambang pintu, rambutnya berantakan, wajahnya sedikit merah, dan napasnya masih agak tersengal.
Sementara dari sudut pandang mereka — di balik dirinya terlihat Mei Xian’er, sang ketua sekte, masih duduk di depan cermin dengan pakaian dalam sutra tipis berwarna lembut, rambut terurai setengah basah, menyisir perlahan dengan ekspresi tenang.
Kombinasi pemandangan itu… fatal.
Murid pertama langsung membeku di tempat, mata membulat lebar.
Murid kedua spontan menutup mulut dengan tangan gemetar.
Sementara murid ketiga— yang paling muda — nyaris menjatuhkan nampan yang dibawanya.
“Ke… ketua sekte…” bisik salah satu dari mereka dengan nada tertahan, pipinya memerah.
“T-tuan muda Shen… a-anda sudah… bersama beliau…?”
Shen Hao langsung panik.
“T-tunggu! Kalian salah paham! Ini tidak seperti yang kalian pikirkan!”
Namun sebelum ia sempat menjelaskan lebih jauh, ketiganya saling menatap — lalu dengan wajah yang sudah merah padam, mereka serentak membungkuk cepat.
“M-maaf telah mengganggu! Kami… akan segera pergi!”
Brak!
Pintu langsung tertutup begitu cepat hingga Shen Hao bahkan belum sempat menarik napas.
Beberapa detik keheningan berlalu sebelum ia menyadari apa yang baru saja terjadi.
“Tidak… tidak, jangan bilang mereka akan…”
Terlambat.
Suara langkah kaki cepat terdengar menjauh di koridor — diiringi bisik-bisik tertahan yang samar-samar masih bisa ia dengar.
“Kau lihat sendiri, kan?”
“Ketua sekte duduk di depan cermin, rambutnya terurai, dan pria itu keluar dari kamarnya…!”
“Astaga, jadi benar-benar… malam pertama?!”
Shen Hao menepuk wajahnya keras-keras.
“Selesai sudah hidupku.”
Ia menatap ke arah Mei Xian’er yang dari tadi masih menyisir rambut dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa.
“Kau… kau mendengarnya, bukan?”
Mei Xian’er menatap pantulan wajahnya di cermin, lalu menjawab santai tanpa menoleh.
“Tentu saja. Suara mereka cukup keras untuk membuat roh penjaga di luar kamar ikut bergosip.”
Shen Hao menatapnya dengan wajah campur antara malu dan putus asa.
“Lalu kau tidak akan menjelaskannya…?”
Mei Xian’er menaruh sisir gioknya di meja, lalu berdiri perlahan. Ia berbalik menatap Shen Hao, matanya berkilau lembut namun mengandung sedikit godaan.
“Mengapa harus dijelaskan?” ujarnya dengan senyum samar.
“Lagipula… biarkan mereka berpikir apa yang ingin mereka pikirkan.”
Shen Hao ternganga.
“T-tapi kalau gosip itu menyebar ke seluruh sekte—”
Mei Xian’er mendekat selangkah.
Jarak mereka kini hanya beberapa jengkal, dan Shen Hao otomatis mundur setengah langkah dengan wajah memerah.
“Kalau mereka percaya bahwa aku dan suamiku telah… begitu dekat,” katanya lembut sambil menatap matanya lurus, “bukankah itu justru memperkuat posisi kita sebagai pasangan yang sah?”
Shen Hao kehilangan kata-kata.
Pipinya bersemu merah, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia benar-benar kalah telak dalam percakapan.
Mei Xian’er tersenyum tipis lalu berjalan melewatinya dengan langkah ringan.
“Sarapan sudah tiba. Lebih baik kau makan, sebelum seluruh sekte mulai membicarakan detail yang bahkan tidak terjadi.”
Ia membuka pintu, dan Shen Hao hanya bisa memandangi punggungnya yang menjauh dengan ekspresi bingung bercampur malu.
“Aku… benar-benar tidak siap hidup di sekte ini,” gumamnya lirih.
Pagi itu pula, Crimson Moon Sect seperti berubah menjadi sarang lebah yang baru saja diusik.
Desas-desus menyebar lebih cepat dari angin pegunungan — dari para pelayan, murid, hingga penjaga luar gerbang utama.
“Kau dengar? Murid dapur tadi pagi melihat Ketua Sekte keluar kamar dengan wajah berseri, sementara Tuan Muda Shen tampak… kelelahan.”
“Apa? Jadi… mereka benar-benar melakukannya semalam?”
“Tentu saja! Bukankah kamar Ketua Sekte dilindungi Formation of Silence? Tidak ada yang bisa mendengar apa pun dari luar. Itu sebabnya tidak ada saksi yang bisa membantahnya!”
Bisikan demi bisikan, dengan cepat berubah menjadi obrolan terbuka di halaman latihan.
Beberapa murid perempuan menutup mulut sambil cekikikan malu-malu, sementara sebagian lainnya tampak syok tak percaya.
“Jadi Ketua Sekte kita yang legendaris itu… benar-benar melakukan malam pertama?”
“Aku tidak percaya! Beliau itu… bahkan menolak disentuh siapa pun selama seratus tahun terakhir!”
“Dan sekarang hanya dalam dua hari setelah menikah, mereka sudah—”
“Shh! Jangan keras-keras! Nanti Penatua Huo Lian mendengarmu!”
Namun tentu saja, rumor yang paling cepat sampai justru ke telinga para Penatua Agung.
Di ruang pertemuan utama, keenamnya sudah berkumpul — masing-masing dengan ekspresi berbeda, tapi satu hal yang sama: mereka semua kebingungan.
Huo Lian, yang paling tempramental, menghentakkan meja.
“Apa-apaan ini?! Aku baru memejamkan mata semalam, dan sekarang sudah ada gosip bahwa Ketua Sekte menjalani malam pertamanya?! Siapa yang menyebarkan ini?!”
Hu Yue menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan senyum menggoda, ekor rubahnya bergoyang pelan.
“Oh, tapi siapa tahu? Mungkin gosip itu benar. Aku sempat melihat Shen Hao pagi tadi keluar dari kamar Ketua Sekte dengan wajah memerah dan langkah gontai. Sangat… mencurigakan, bukan?”
Shen Qiyue mengerutkan kening, wajahnya serius.
“Fokus, Hu Yue. Ini bukan urusan untuk bercanda. Jika gosip ini benar, maka hubungan mereka sudah melangkah terlalu cepat. Tapi jika tidak, ini bisa dimanfaatkan oleh sekte lain untuk mempermalukan kita.”
Bai Zhenya menutup matanya perlahan, suaranya datar tapi mengandung tekanan halus.
“Aku telah menelusuri aura mereka semalam… Tidak ada fluktuasi spiritual yang menandakan hubungan ganda tubuh dan jiwa. Gosip itu hanya omong kosong.”
Lan Xiuying, yang selama ini diam, akhirnya menatap ke arah Zhenya.
“Namun sayangnya, di mata dunia, kebenaran bukan ditentukan oleh bukti… melainkan oleh apa yang dipercaya banyak orang.”
Mei Ling’er, sang adik, hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
“Aduh… Kakakku… bagaimana bisa kau melupakan hal sepenting itu…? Kau tahu sendiri, semua orang mengira kalau kau menghabiskan malam dengan Shen Hao karena sihir kedap suara di kamarmu!”
Huo Lian mendengus kesal.
“Kau tahu apa yang paling menyebalkan? Aku bisa merasakan aura bahagia dari kamar Ketua Sekte pagi ini! Itu membuat gosip ini tampak makin nyata!”
Hu Yue tertawa kecil, suaranya menggoda.
“Hehe… aura bahagia? Mungkin itu hanya efek dari… sesuatu yang manis semalam.”
“HU YUE!” seru Qiyue dengan urat di pelipis menegang.
Hu Yue hanya mengangkat bahu dan tersenyum nakal.
“Apa? Aku hanya mengatakan kemungkinan.”
Namun meski suasana penuh perdebatan, satu kesimpulan mulai muncul di antara mereka:
Baik gosip itu benar atau tidak, seluruh sekte kini percaya bahwa Ketua Sekte Mei Xian’er dan Shen Hao telah benar-benar “menyatu” sebagai pasangan sah, baik tubuh maupun jiwa.
Bahkan beberapa sekte luar yang mendengar kabar itu melalui para mata-mata mereka mulai menunjukkan reaksi beragam.
Ada yang menganggap Crimson Moon Sect kini melemah karena ketuanya terikat perasaan pada pria lemah.
Ada pula yang justru takut — karena berpikir Mei Xian’er telah menemukan seseorang yang bisa “menjinakkan” Iblis Surgawi itu, dan kekuatan sektenya bisa meningkat ke tahap baru.
Dan di tengah kehebohan besar itu, di puncak menara utama, Mei Xian’er hanya duduk santai sambil menatap ke arah lembah.
Senyum tipis terukir di bibirnya.
“Sihir kedap suara memang sangat berguna,” ujarnya pelan.
“Tapi aku tidak menyangka manfaatnya sejauh ini…”
Ia memejamkan mata sejenak, membayangkan wajah Shen Hao yang tadi pagi panik seperti anak kecil ketahuan berbuat salah.
“Kalau dia tahu gosipnya sudah menyebar ke seluruh sekte, mungkin dia akan pingsan sebelum sempat menjelaskan.”
Senyum lembutnya berubah menjadi lirih kecil tawa.
“Lucu juga, ya… Seorang Heavenly Demon bisa dibuat tertawa oleh seorang pria biasa.”