Ketika Tuan Muda punya perasaan lebih pada maid sekaligus sahabatnya.
Gala, sang pangeran sekolah, dipasangkan dengan Asmara, maidnya, untuk mewakili sekolah mereka tampil di Festival Budaya.
Tentu banyak fans Gala yang tak terima dan bullyan pun diterima oleh Asmara.
Apakah Asmara akan terus melangkah hingga selesai? Atau ia akan mundur agar aman dari fans sang Tuan Muda yang ganas?
Happy Reading~
•Ava
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bravania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Back to Practice
Seperti yang diucapkan Asmara kemarin. Siang ini mereka ada latihan dan besok Pak Bayu akan menilai perkembangan mereka.
Bicara tentang latihan, Asmara sudah boleh berlatih lagi. Dokter bilang kakinya sudah benar-benar sembuh. Dan hal itulah yang membuatnya sangat semangat berlatih hari ini.
Yang lebih membuat semangat lagi, hari ini siswa dipulangkan lebih awal. Ada yang bilang jika para guru sedang rapat membahas ujian akhir semester yang akan dilaksanakan sekitar satu bulan lagi. Jadi mereka punya lebih banyak waktu untuk berlatih.
Sepasang performer itu mulai melakukan pemanasan. Terlebih Asmara yang cukup lama tak menggerakkan badannya untuk menari.
Saat musik mereka mulai dimainkan, Asmara mencoba mengingat-ingat gerakan yang dipelajarinya lewat video yang ia rekam bersama Gala.
Mereka berlatih mengulang dari awal lagu. Saat dirasa ada gerakan yang kurang cocok, mereka akan menggantinya dengan gerakan baru.
Mungkin mereka terlalu asik dan fokus sampai tak sadar saat seseorang masuk dan duduk di sofa ruang tari dan memperhatikan mereka berlatih.
"Hah.. hah.. istirahat sebentar."
Asmara berhenti bergerak lalu duduk meluruskan kakinya. Kaos yang mereka pakai sudah basah oleh keringat. Tolong, mereka bergerak selama hampir dua jam tanpa henti. Gala juga ikut mendudukkan diri di samping gadis itu.
"Bastian?"
Pandangannya bertemu dengan tatapan Sebastian saat ia menatap ke cermin di depannya.
Iya, orang itu Sebastian. Karena keberadaannya sudah diketahui, ia pun mendekati dua orang yang sedang istirahat itu.
"Ini, ku bawakan minuman untuk kalian."
Asmara menerima minuman botol itu dengan senyuman tentu saja.
"Kami bawa sendiri."
Gala dan nada dinginnya. Asmara hanya bisa menggeleng lelah. Tak paham ia dengan jalan pikiran orang di sampingnya ini. Karena itu juga Asmara tak jadi memberikan satu botol lagi pada Gala.
"Terimakasih, Bastian. Kau sudah lama di sini?"
"Yah.. lumayan."
"Kenapa tak bilang jika akan melihat kami?"
"Kenapa dia harus bilang? Aku tak peduli dia melihat atau tidak."
"Gala! Tapi aku peduli."
Juluran lidah-mengejek- dari Asmara mengakhiri ucapannya.
"Haha. Tidak apa-apa. Sedang ingin saja. Kalian sangat hebat, omong-omong."
"Terimakasih."
"Ya. Kami tahu itu."
"Gala!"
Lagi lagi. Huh.. entahlah. Asmara rasanya ingin sekali menenggelamkan Gala di air panas agar ucapannya tak sedingin itu apalagi pada Sebastian.
Teman lama Asmara itu hanya tertawa pelan. Ia tahu, sangat tahu jika Gala punya perasaan lebih pada sang sahabat dan tak suka melihatnya dekat dengan Asmara. Jadi ia pun cukup tahu diri.
"Aku pergi dulu. Semangat untuk latihannya. Aku yakin kalian adalah yang terbaik."
"Sudah akan pergi?"
"Bagus. Pergi saja san- akh."
Gala mengusap pinggangnya yang dicubit cukup keras oleh Asmara serta bonus delikan tajamnya.
"Hati-hati, Bastian! Terimakasih minumannya."
Sebastian mengusak pelan kepala Asmara sebelum keluar dari ruang tari.
Setelah Sebastian menghilang di balik pintu, tatapan tajam Asmara langsung terarah pada Gala.
"Kau ini! Kenapa kasar sekali padanya?! Dia sudah berusaha berbuat baik padaku, padamu juga!"
"Tetap aku tak suka dia mendekatimu. Apalagi-"
Gala melirik Asmara lalu melengos kan wajahnya.
"-dia menyatakan perasaan padamu kemarin."
Rahang Asmara sedikit turun akibat ucapan Gala barusan.
"Kau cemburu?"
"..."
"Kami sudah berjanji akan menjadi teman. Dia mengerti saat aku bilang tak bisa membalas perasaannya."
Gala masih diam dan tak mau melihatnya.
"Ingat, Gala. Kita ini Tuan dan maid, juga sahabat."
Gala menghela napas sebelum kembali menatap Asmara.
"Baiklah. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu. Jadi, ayo latihan lagi!"
Gala bangkit memutar ulang lagu mereka. Diikuti Asmara yang menyusulnya berdiri bersiap untuk bergerak lagi.
~•~
Gala meluruskan kakinya. Bayangkan, mereka menari selama sekitar 4 jam dan hanya beristirahat tak lebih dari 30 menit. Itupun karena mereka mencari dan mencoba gerakan lain untuk menggantikan gerakan yang kurang cocok dengan lagunya.
Remaja laki-laki itu menjadikan perut Asmara sebagai bantalnya. Sedangkan si pemilik sudah terbaring dengan napas yang terengah.
"Setelah ini mau langsung pulang?"
"Hmm."
Yang keluar dari bibir Asmara hanya gumaman karena ia sudah sangat lelah dan malas.
"Kau sangat lelah, huh?"
"Sangat. Kau gila karena tak memberi jeda untuk kita. Kau pikir aku ini robot?!"
Gaka terkekeh mendengar omelan Asmara. Ia bangun lalu menarik sahabatnya untuk bangun juga.
"Ayo, ganti baju lalu pulang!"
"Malas. Istirahat sebentar saja."
"Pulang. Kau bisa istirahat sepuasnya nanti di rumah. Sekarang bangun lalu ganti bajumu!"
Dengan malas Asmara beranjak dari tempatnya menuruti Gala.
Di mobil, Gala memaksa Asmara untuk duduk di sampingnya. Tapi jelas saja gadis itu tak mau. Ia merasa tak enak pada Pak Adit. Padahal kenyataannya lelaki paruh baya itu justru senang jika Asmara mau menemani tuan mudanya.
"Sudah, kau duduk di belakang saja, temani Tuan Muda."
Pak Adit menengahi dua remaja yang berdebat dari awal memasuki mobil.
"Tapi, Pak Adit-"
"Tidak apa-apa."
Akhirnya perdebatan keduanya berakhir dengan Asmara yang pindah di samping Gala.
Gala pun langsung menyandarkan kepalanya di bahu Asmara. Juga tangannya sudah melingkar nyaman di pinggang yang lebih muda.
"Gala, lepas!"
"Kenapa? Tak enak pada Pak Adit? Pak Adit bahkan bersikap biasa saja. Iya kan, Pak Adit?"
"Iya, Tuan Muda."
"See?"
"Ck. Terserah kau saja!"
Asmara memilih memalingkan wajahnya dari Gaka demi menyembunyikan pipinya yang sedikit memerah. Entahlah, akhir-akhir ini ia merasa aneh jika Gala melakukan skinship dan memberi perhatian padanya.
Ia sadar. Hatinya sudah dipenuhi oleh Gala dan tak tahu bagaimana cara menguranginya. Ia sayang. Tapi ia sangat tahu, posisinya dan Gala jelas berbeda. Ia sadar siapa dirinya dan siapa Gala.
~•~
Besoknya, Pak Bayu mendatangi Gala dan Asmara saat berlatih. Namun beliau hanya menyerahkan kostum untuk mereka perform nanti. Beliau minta maaf belum bisa melihat hasil latihan mereka karena ia harus pergi untuk suatu urusan.
Setelah Pak Bayu keluar, Gala dan Asmara melihat kostum mereka.
"Mau mencobanya sekarang?"
Asmara mengangguk antusias lalu pergi ke ruang ganti.
Saat keluar ruang ganti, hal pertama yang dilihat Asmara adalah Gala yang sudah memakai kostum mereka.
He's amazing. Of course!
Bahkan tanpa make up sekalipun. Dan juga dengan beberapa bulir keringat yang membasahi dahinya.
Gala tersenyum simpul melihat Asmara yang menatapnya tanpa berkedip. Kentara sekali jika sedang mengaguminya. Ia pun mendekati gadis itu.
"Aku tahu aku tampan, tapi kau tak harus melihatku dengan tatapan seperti itu."
Ctak
"Hei! Sakit, bodoh."
"Haha. Maaf."
Gala mengusap dahi Asmara yang baru saja disentilnya.
"Omong-omong, kau juga terlihat sangat indah dengan kostum ini."
Blush
"Jangan menggodaku!" Asmara memasang raut kesal demi menutupi rona kemerahan di pipinya. Malu.
"Aku tidak menggodamu, Asmara. Kau memang sangat indah."
Gala mengerling jail pada Asmara.
"Ku bilang jangan menggodaku! Ish. Rasakan ini!"
Asmara mencubiti pinggang Gala dan menggelitiknya sesekali membuat dirinya dan Tuannya itu tertawa tak habis-habis.
"Ampun, ampun! Iya, iya. Aku tak akan menggodamu lagi. Hentikan, Mara! Please!"
Setelah mendengar permohonan dari Gala, Asmara baru menghentikan perbuatannya.
"Nah, sekarang ayo kita latihan lagi!"
Asmara meninggalkan Gala yang masih terbaring lemas untuk menyalakan lagu mereka.
Kali ini mereka akan merekamnya agar bisa melihat hasil latihan mereka sendiri. Musik pun diputar.
Setelah selesai, Asmara segera mengambil ponsel Gala yang dipakai untuk merekam.
Ia duduk meluruskan kaki. Gala juga ikut duduk di belakangnya, melingkarkan tangannya di pinggang Asmara dan menumpukan dagunya di bahu kanan gadis itu.
"Gala, lepas!"
"Diam saja dan lihat hasil latihan kita!"
Asmara mencibir namun tetap membiarkan posisi mereka. Bahkan lama kelamaan ia menyamankan diri dengan menyandar pada tubuh Gala.
"Kau terlihat tak nyaman dengan kostumnya. Bahkan di sini ekspresimu itu terlihat sekali."
Gala yang pertama kali buka suara setelah videonya selesai.
"Yah.. aku memang sedikit kurang nyaman."
"Apa mau minta ganti kostum saja pada Pak Bayu?"
"Tidak, tidak. Aku hanya belum terbiasa saja dengan kostumnya."
"Baiklah. Oh, iya. Sekitar di menit ke-dua, detail gerakannya masih sedikit kurang. Juga power mu menurun saat di menit-menit terakhir."
"Ah.. iya. Sepertinya aku harus banyak olahraga lagi agar tidak lemas saat menari. Dan kau juga ada yang salah tadi saat menit pertama dan saat closing."
"Baiklah. Mau latihan lagi?"
"Ayo!"
Musik kembali dimainkan. Mereka terus berlatih sampai Asmara sedikit lebih nyaman dengan kostumnya dan kesalahan mereka berkurang. Lusa mereka akan menunjukkan hasilnya pada Pak Bayu. Semoga saja Beliau suka dan tak banyak protes karena gerakan mereka.