NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Kapten

Jerat Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Menikahi tentara
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.

Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.

Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Setelah membatalkan survei, Jhonatan, Alvino, dan Alif bergegas kembali ke rumah. Mereka meninggalkan mobil di depan, langsung menuju ruang keluarga di lantai dua, menghindari para wanita yang sibuk menyiapkan makan siang di dapur.

Jhonatan melemparkan kunci mobil ke sofa.

Suasananya jauh dari kata damai. Jhonatan, Alvino, dan Alif duduk melingkar, wajah mereka tegang. Beberapa ponsel tergeletak di meja, menampilkan screenshot berita fitnah Sella yang kini menyebar cepat di berbagai platform media sosial.

"Ini masalahnya," kata Alvino, mengusap wajahnya frustrasi. "Berita ini bukan di media cetak. Ini di media sosial. Artinya, sudah viral dan bahkan tersebar ke seluruh Indonesia. Kita harus membereskan masalah ini secepat mungkin."

Jhonatan mengangguk. "Aku sudah kontak Arian. Dia dan Azzam sedang menghubungi tim hukum untuk menindak semua akun yang menyebarkan. Kita harus tunjukkan kalau ini adalah fitnah, bukan sekadar gosip. Aku tidak peduli dengan uang, aku hanya ingin nama Aresa bersih."

Alif berjalan mondar-mandir, tangannya mengepal. "Masalahnya bukan cuma di online, Jo! Bapak dan Ibu akan pulang sebentar lagi. Mereka sudah melihat kita panik. Bapakku itu pensiunan polisi, instingnya sangat kuat. Dia akan tahu kalau ada yang kita sembunyikan."

"Kita tetap pada cerita bisnis gagal," putus Alvino. "Kita bilang ada masalah besar di Jakarta yang mengancam kerja sama ini, jadi kita harus buru-buru menanganinya."

"Itu hanya akan memberikan kita waktu sedikit," balas Jhonatan. "Bagaimanapun, aku yang membawa masalah ini. Aku yang akan menghadapinya." Ia teringat kembali pada Aresa, wanita yang seharusnya sedang menikmati liburannya, bukan menjadi korban fitnah murahan.

****

Pintu ruang keluarga tiba-tiba terbuka. Bukan Aresa, melainkan Adnan. Ia masuk dengan tenang, membawa secangkir teh.

"Kenapa kalian tidak melanjutkan survei? Dan kenapa terlihat seperti habis melihat hantu?" tanya Adnan, suaranya pelan tetapi menusuk, tatapannya menyapu setiap wajah di ruangan itu. Insting lamanya sebagai detektif tidak bisa dibohongi ada kepanikan yang nyata di ruangan ini.

"Kami sedang rapat darurat, Paman," jawab Alvino, berusaha santai. "Ada masalah mendadak dari rekan bisnis kami di Jakarta. Ini mengancam dana investasi kafe."

Adnan duduk, menyesap tehnya. "Oh, masalah uang. Itu biasa. Tapi kenapa Jhonatan terlihat seperti baru saja menerima perintah untuk perang? Wajahmu tidak bisa bohong, Nak Jhonatan."

Jhonatan merasakan tatapan mata Bapak Adnan menghujam. "Saya... saya hanya merasa bertanggung jawab, Pak. Masalah ini besar, dan sayalah yang memperkenalkan rekan bisnis itu pada Alvino."

Adnan tersenyum tipis, senyum yang tidak sampai ke mata. "Jhonatan, saya sudah melihat ribuan orang berbohong di meja interogasi. Mata kalian, cara kalian memegang ponsel, dan cara kalian saling menutupi, itu bukan masalah investasi. Ini masalah yang jauh lebih personal."

Ketiganya terdiam, tidak berani menyangkal.

Adnan melanjutkan. "Saya sudah wanti-wanti kamu, Nak. Jangan pernah membawa masalahmu ke rumah saya, apalagi jika itu menyangkut Aresa. Apa ini ada hubungannya dengan dia?"

****

Di tengah ketegangan itu, Aresa muncul di tangga. Ia baru selesai menyiapkan makan siang. Jhonatan menatapnya. Aresa, si ahli telemetri dan analisis data yang piawai, kini tersenyum padanya, seolah mengajaknya makan.

"Mas, Bapak, dan kapten, makan siang sudah siap," ajak Aresa, sepenuhnya tak menyadari bahwa di luar sana, ribuan orang sedang melihat fotonya dan menyebutnya wanita penggoda.

Jhonatan merasa sesak. Ia menyaksikan betapa berharganya kehidupan sederhana Aresa di sini, ketenangan setelah ia menghadapi pekerjaannya yang padat sebagai ahli telemetri. Fitnah sosial media ini bisa menghancurkan semua itu.

"Tentu, Res. Kami lapar sekali," jawab Alvino cepat, berusaha meredam suasana. Ia menarik Jhonatan dan Alif keluar ruangan, meninggalkan Adnan yang masih menatap mereka dengan penuh kecurigaan.

Saat makan siang, Adnan tidak banyak bicara, tetapi ia terus mengamati. Aresa sibuk melayani Jhonatan, sedangkan Alvino, dan Alif sesekali melirik ponsel mereka yang disembunyikan di bawah meja.

Mereka tahu, mereka tidak punya waktu lama. Fitnah yang telah viral di media sosial adalah bom waktu. Sekarang, perjuangan mereka bukan hanya melawan Sella di Jakarta, tetapi juga melawan insting tajam seorang ayah di Banjarnegara.

****

Adnan's POV:

Adnan yang duduk di kursinya, mengamati. Jhonatan, Alvino, dan Alif memang terlihat panik, mereka menghindari kontak mata, dan tangan mereka sesekali meraba ponsel di saku. Ini bukan masalah uang, batinnya. Ini pasti masalah yang serius.

Namun, yang paling mengganggu Adnan adalah perilaku Jhonatan.

Saat Aresa sibuk menyendok nasi, melayani Jhonatan, Adnan melihat bagaimana Jhonatan terus menatap Aresa. Bukan sekadar melihat, melainkan menatap dengan intensitas yang tidak wajar bagi seorang tamu atau rekan bisnis.

Ketika Aresa menyajikan lauk kepada Jhonatan, ada jeda sepersekian detik di mana Jhonatan hanya melihat Aresa, bukan makanannya. Adnan menangkapnya: rasa tertarik yang mendalam, hasrat yang kuat.

Dia tidak hanya membawa masalah, pikir Adnan dengan hati mencelos. Dia juga tertarik pada putriku.

Adnan teringat peringatannya semalam: Jangan macam-macam dengan putri saya.

Sekarang, ia melihatnya: Jhonatan tidak hanya membawa masalah bisnis dari Jakarta; ia juga membawa masalah pribadi yang jauh lebih berbahaya. Kepanikan di wajah Jhonatan bukanlah soal uang.

"Makan, Jo. Jangan hanya melihat adik saya," tegur Alif pelan, berusaha mengalihkan perhatian Jhonatan dan juga ayahnya.

Jhonatan tersentak. "Maaf, Mas. menu makan siangnya terlihat enak sekali."

Adnan hanya diam, tetapi kini, ia tidak hanya curiga pada masalah yang disembunyikan ketiga pria itu, tetapi juga pada perasaan yang disembunyikan Jhonatan terhadap Aresa.

Mereka makan siang dalam keheningan yang menyesakkan. Jhonatan, Alvino, dan Alif tahu, pertahanan mereka mulai goyah. Adnan kini pasti curiga kalau ini bukan sekadar masalah bisnis.

1
Embhul82
💪 semangat 👍
Embhul82
menarik Thor
yu kak saling sapa mampir beri dukungN ke karyaku juga
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
rokhatii: hehe tunggu aja kak🤭. konfliknya santai kok
total 1 replies
aisssssss
💪
aisssssss
👍
rokhatii
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!