NovelToon NovelToon
Aku Bukan Mesin ATM Keluargamu Mas

Aku Bukan Mesin ATM Keluargamu Mas

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shaa_27

“Gajimu bulan ini mana, Ran? Orang tua butuh uang.”
“Adik butuh biaya kuliah.”
“Ponakan ulang tahun, jangan lupa kasih hadiah.”

Rani muak.
Suami yang harusnya jadi pelindung, malah menjadikannya mesin ATM keluarga.
Dari pagi hingga malam, ia bekerja keras hanya untuk membiayai hidup orang-orang yang bahkan tidak menghargainya.

Awalnya, Rani bertahan demi cinta. Ia menutup mata, menutup telinga, dan berusaha menjadi istri sempurna.
Namun semua runtuh ketika ia mengetahui satu hal yang paling menyakitkan: suaminya berselingkuh di belakangnya.

Kini, Rani harus memilih.
Tetap terjebak dalam pernikahan tanpa harga diri, atau berdiri melawan demi kebahagiaannya sendiri.

Karena cinta tanpa kesetiaan… hanya akan menjadi penjara yang membunuh perlahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shaa_27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

viral?

Malam itu, suasana di rumah Andi benar-benar panas.

Angin malam berhembus lembut dari jendela yang terbuka, tapi tidak cukup menurunkan suhu emosi di dalam rumah.

📱 Tring… Tring…

Suara notifikasi ponsel bersahut-sahutan. Andi duduk di ruang tamu, wajahnya pucat pasi, matanya menatap layar ponsel dengan gemetar.

Berita tentang keributan siang tadi viral di media sosial. Video berdurasi hampir lima menit yang memperlihatkan dirinya, Bu Marni, dan Maya menyerang Rani di depan pabrik kini tersebar di berbagai grup warga, bahkan masuk ke halaman gosip lokal dengan judul:

> "Mantan Suami Serang Mantan Istri di Depan Pabrik, Diserang Balik oleh Calon Suami Baru!"

Komentar-komentar pedas membanjiri kolom postingan.

🗣️ “Kasihan banget Rani, dia nggak salah apa-apa.”

🗣️ “Laki-lakinya parah banget, baru cerai udah hamilin cewek lain.”

🗣️ “Ih Maya, nggak tahu malu banget sih!”

Andi memijat keningnya dengan wajah muram, sementara dari dapur terdengar suara langkah kaki Maya yang mengenakan daster tidur berwarna pink terang — dan wajahnya masih penuh make up.

“ANDI!!!” bentaknya lantang, membuat Andi tersentak.

“Kenapa, May?” suara Andi lemah, tak bersemangat.

Maya melempar ponselnya ke atas meja dengan kasar. “Kenapa?! Kamu masih tanya kenapa?! Aku jadi bahan olokan seluruh internet, Andi! Semua orang ngehina aku, bilang aku perempuan nggak tahu malu, pelakor, sampai dibilang aku hamil bohongan!”

Andi menatap Maya lelah. “Ya kamu juga sih, ngapain datang ke pabrik siang-siang, bikin keributan begitu…”

“Jadi sekarang kamu nyalahin aku?!” Maya mendekat, suaranya naik dua oktaf. “Kamu tuh nggak sadar ya, ini semua salah kamu! Kamu nggak bisa lindungin aku, nggak bisa belain aku di depan semua orang! Harusnya kamu tuh langsung bilang ke publik kalau kamu bakal nikahin aku biar semuanya tenang!”

Andi mendesah berat. “Maya, aku lagi banyak masalah… hutang Ibu, nama keluarga kita jelek, sekarang kamu malah minta—”

“PERNIKAHAN MEWAH!” potong Maya lantang, suaranya menggetarkan ruangan. “Aku nggak peduli seberapa jeleknya keadaan kamu, aku mau pernikahan yang layak! Aku nggak mau nikah cuma di KUA terus makan di warung pinggir jalan!”

Bu Marni yang sejak tadi duduk di kursi bambu hanya bisa menatap dengan wajah letih dan pucat.

“Udah, udah, jangan ribut dulu…” ucapnya pelan.

Tapi Maya justru menatap tajam. “Ibu jangan ikut campur! Ibu juga penyebab semua ini! Kalau ibu nggak suka aku, kenapa biarin aku tinggal di sini dari awal?! Sekarang nama aku rusak, aku harus nikah biar bisa bersihin semuanya!”

Andi bangkit dari duduknya, suaranya mulai meninggi.

“Maya! Aku bilang cukup! Kamu pikir aku punya uang buat bikin pesta mewah? Lihat keadaan kita sekarang!”

Maya menatap Andi dengan tatapan penuh amarah, bibirnya bergetar. “Jadi kamu mau bilang kamu nggak akan tanggung jawab? Kamu tega ninggalin aku kayak gini? Setelah semua yang aku korbankan buat kamu?”

Andi mengepalkan tangan. “Aku nggak bilang gitu, tapi aku juga nggak bisa nurutin semua keinginan kamu sekarang! Aku lagi berusaha beresin masalah hutang Ibu, ngerti nggak?!”

Suasana semakin panas. Bu Marni menunduk, menahan isak kecil, tapi Maya justru tertawa sinis.

“Berarti aku cuma dipakai buat pelampiasan aja, ya?” katanya dengan suara bergetar. “Kamu janji mau nikahin aku, Andi. Kamu janji! Sekarang setelah semuanya hancur, kamu malah mundur?”

Andi menatapnya tajam. “Aku bilang aku tanggung jawab, tapi bukan sekarang! Jangan maksa aku terus!”

Maya melangkah mundur, air matanya mulai jatuh. “Baik, Andi. Kalau gitu aku yang akan pergi. Aku nggak mau hidup di rumah penuh kemunafikan kayak gini. Tapi ingat, kalau aku pergi, kamu nggak akan lihat anak kamu lagi!”

Ia menepuk perutnya yang masih rata, menatap tajam ke arah Andi sebelum berlari keluar rumah sambil membawa tas kecilnya.

“Mayaaa! Jangan pergi dulu!” teriak Andi, berusaha mengejar. Tapi Maya sudah keburu menyalakan ojek online yang menunggunya di depan jalan.

Para tetangga yang masih nongkrong di warung depan rumah hanya bisa menggeleng-geleng.

🗣️ “Kasihan banget, ya. Baru cerai, udah kayak sinetron tiap hari.”

🗣️ “Laki-lakinya juga bodoh, main dua cewek.”

🗣️ “Ceweknya galak amat, pantes dikejar hutang…”

Andi menatap kosong jalan yang mulai sepi. Suara jangkrik terdengar sayup. Bu Marni berjalan mendekat pelan dan menepuk bahu anaknya.

“Andi… kamu udah ngacauin semuanya.”

Andi menunduk, matanya merah. “Aku tahu, Bu. Tapi kayaknya semua ini belum berakhir…”

★★★★★

Malam itu, suasana restoran di lantai paling atas hotel bintang lima terasa begitu tenang dan hangat.

Lampu-lampu gantung kristal berkilauan lembut, memantulkan cahaya ke meja makan yang sudah tertata indah — lilin kecil di tengah meja menambah kesan romantis.

Rani mengenakan dress sederhana berwarna pastel yang dibelikan oleh Dion sore tadi. Rambutnya terurai lembut, pipinya memerah karena gugup.

Sementara Dion — dengan jas hitam elegan dan senyum hangat yang selalu menenangkan — duduk di depannya, menatap tanpa henti.

“Cantik banget malam ini,” ucap Dion lembut, nadanya begitu tulus hingga membuat jantung Rani berdebar pelan.

“Ah… kamu ini, Mas, bisa aja. Aku biasa aja kok,” jawab Rani malu-malu, menunduk.

Dion tersenyum tipis. “Kalau kamu biasa aja, aku nggak tahu harus bilang apa tentang perempuan lain. Karena bagiku, kamu satu-satunya yang bisa bikin aku lupa waktu.”

Rani tertawa kecil, wajahnya makin memerah.

“Mas Dion, jangan gombal deh, nanti aku salah tingkah.”

Pelayan datang membawakan hidangan utama — steak salmon dan pasta krim truffle — lengkap dengan segelas jus stroberi untuk Rani dan red wine untuk Dion.

Setelah pelayan pergi, suasana kembali hening tapi hangat.

Dion menatap Rani dalam-dalam sebelum berbicara lagi.

“Kamu tahu, Ran…” katanya pelan. “Aku sempat takut kamu bakal marah setelah kejadian siang tadi. Aku tahu itu berat buat kamu, tapi kamu kuat banget.”

Rani menatap Dion dengan mata berkaca-kaca. “Aku nggak nyangka Mas bakal datang dan belain aku segitunya. Aku… aku bahkan nggak tahu harus gimana kalau kamu nggak muncul waktu itu.”

Dion menggeleng lembut. “Kamu nggak perlu takut selama aku di sini. Aku nggak akan biarin siapa pun nyakitin kamu lagi. Kamu udah cukup banyak nangis, Ran. Sekarang waktunya kamu bahagia.”

Rani terdiam. Ia menatap Dion yang begitu tenang, berbeda jauh dengan Andi yang dulu hanya tahu berteriak.

“Mas…” suara Rani bergetar. “Kamu nggak malu ya… makan malam sama aku setelah semua orang tahu masalahku?”

Dion tersenyum lembut, mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. “Rani, justru karena aku tahu semua masalahmu, aku makin yakin. Aku nggak pernah malu. Aku malah bangga bisa duduk di sini sama perempuan sekuat kamu.”

Rani menatapnya lama, air matanya menetes tanpa bisa ditahan.

“Mas Dion, kamu terlalu baik buat aku…”

Dion menggeleng sambil meraih tisu dan menyeka air mata Rani dengan lembut.

“Bukan aku yang terlalu baik, Ran. Mungkin kamu aja yang belum terbiasa diperlakukan dengan baik.”

Kata-kata itu membuat dada Rani terasa hangat dan nyeri dalam waktu bersamaan. Ia menggenggam tangan Dion pelan.

“Terima kasih, Mas. Buat semuanya.”

Dion menatap jemari mereka yang saling bertaut, lalu tersenyum kecil.

“Kalau kamu mau tahu, Rani, malam ini aku ngajak kamu makan bukan cuma buat menenangkan hati kamu…”

“Terus buat apa, Mas?” tanya Rani, bingung.

Dion membuka kotak kecil dari sakunya. Di dalamnya ada cincin perak sederhana dengan permata biru muda.

“Aku cuma mau kamu tahu satu hal. Aku serius sama kamu, Ran. Aku nggak peduli masa lalu kamu. Aku cuma pengin masa depan kamu — kalau kamu izinkan, biar aku yang jagain.”

Rani terdiam lama. Air matanya jatuh lagi, tapi kali ini bukan karena sedih. Ia menutup mulutnya dengan tangan, gemetar.

“Mas… aku… aku nggak tahu harus bilang apa…”

“Bilang iya aja,” jawab Dion lembut sambil tersenyum.

Rani akhirnya tertawa kecil di antara air matanya. “Iya, Mas. Aku mau.”

Dion tersenyum lebar, lalu menyematkan cincin itu di jari manis Rani.

Restoran yang semula tenang tiba-tiba bertepuk tangan kecil — beberapa pengunjung yang melihat momen itu tersenyum haru.

Rani menatap Dion, matanya berbinar. “Mas, kamu tahu nggak… aku baru kali ini merasa tenang setelah sekian lama.”

Dion menatapnya lembut. “Itu karena kamu akhirnya bersama orang yang nggak akan biarin kamu terluka lagi.”

1
Nur Hafidah
kasihan sekali,makanya jadi orangg jangan sombong,jaga ucapan
Nur Hafidah
Bu marni tidak tahu malu
Tini Uje
gila..gila sekalian aja buk marni nya thor kasian juga anak nya 😄..masukin rsj aja bukmar nya
penulis_pena: 🤣 masalahnya RSJ nya penuh 🤣
total 1 replies
Ayudya
terima Rani dari pada ntar kamu di nganggu terus ma nenek lampir🤣🤣🤣🤣
riya chan
Kok aneh ya awalnya si rani nggak ada anak tiba" ada anak aja thor nggak nyambung deh trus si rani nabungnya di kaleng kok tiba" ada di buku tabungan sih sebenarnya yg mana yg benar ,, thor maaf semoga bisa di rev
penulis_pena: 😭kak maaf kayaknya aku lupa deh
total 1 replies
Ayudya
lah emak nya Andi Uda gila tu
Ayudya
hancur hancur deh kamu andy
Aether
awokawok sampai tukang cilok pun kaget
Ayudya
lah mang urat malunya keluarga Andi Uda putus ya
penulis_pena: 😭 keluarga kek gitu gak pernah ada malunya kak
total 1 replies
Ma Em
Semoga Rani selalu bahagia dan Dion benar2 tulus mencintai Rani dan segera kan niat baiknya jgn ditunda tunda .
Ayudya
bahagialah kamu rani
Ma Em
Rani terima saja lamaran Dion dan setelah lepas masa idah bisa langsung nikah .
Sulfia Nuriawati
tenag hdup mu Rani drpd bela cinta batin tersiksa, lbh baik buang cinta beracun jd bs hdup tenang
Ayudya
nikmati kehancuran mu andi
Nur Hafidah
capek bgt punya suami dan mertua yang bisanya nuntut
Ayudya
semangat kak.cerita buat kita bisa belajar akan arti sebuah keluarga
penulis_pena: 🥹huaaa makasih kak 😍
total 1 replies
Ma Em
Semoga Rani semakin sukses serta Andi dan keluarga benalunya semakin terpuruk .
Ma Em
Bagus Rani kenapa tdk dari dulu kamu pergi dari Andi si mokondo dan keluarga benalu , semoga Rani bisa bertemu dgn lelaki yg baik yg tulus mencintai Rani bkn dijadikan ATM berjalan untuk suami dan keluarganya .
AlikaSyahrani
semoga memdapatkan jodo sang bisa menerima kamu apa adanya
bukan ada apanya🤲🤲🤲
Wanita Aries
Semangat membuka lembaran baru rani
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!