NovelToon NovelToon
Di Atas Sajadah Merah

Di Atas Sajadah Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Arunika adalah seorang wanita yang memendam cinta dalam diam, membangun istana harapan di atas sajadah merah yang pernah diberikan oleh Raka, pria yang diam-diam memikat hatinya. Setiap sujud dan lantunan doa Arunika selalu tertuju pada Raka, berharap sebuah takdir indah akan menyatukan mereka. Namun, kenyataan menghantamnya bagai palu godam ketika ia mengetahui bahwa Raka telah bertunangan, dan tak lama kemudian, resmi menikah dengan wanita lain, Sandria. Arunika pun dipaksa mengubah 90 derajat arah doa dan harapannya, berusaha keras mengubur perasaan demi menjaga sebuah ikatan suci yang bukan miliknya.
Ketika Arunika tengah berjuang menyembuhkan hatinya, Raka justru muncul kembali. Pria itu terang-terangan mengakui ketidakbahagiaannya dalam pernikahan dan tak henti-hentinya menguntit Arunika, seolah meyakini bahwa sajadah merah yang masih disimpan Arunika adalah bukti perasaannya tak pernah berubah. Arunika dihadapkan pada dilema moral yang hebat: apakah ia akan menyerah pada godaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 14. Orientasi

Permintaan Arunika membeli motor ditolak mentah-mentah oleh Purnomo.

“Ayah, kalau pakai ojek kan lebih mahal. Lagipula jaraknya jauh. Kalau aku pulang malam dari dalam kampus, gimana?” protes Arunika setengah memohon.

Purnomo menggeleng tegas. “Ayah antar sampai lobi kampus utama kalau begitu!”

Nada suaranya datar, tak bisa dibantah.

Eka yang sedari tadi mendengar percakapan itu akhirnya ikut bersuara, membela putrinya. “Yah, kita nggak bisa selalu antar-jemput dia. Orientasi saja sudah sampai malam. Belum lagi nanti kalau ada kegiatan organisasi, rapat kelompok, atau praktikum.”

Purnomo tetap bersikeras. “Ayah tidak mau dia bawa motor. Jalanan itu bahaya, apalagi kota mahasiswa seperti ini. Banyak truk, banyak pengendara ugal-ugalan. Ayah tidak mau ada apa-apa dengan dia.”

Arunika menunduk. Ada perasaan kesal bercampur kecewa. Sejak dulu, ia jarang bisa mengambil keputusan sendiri. Semua harus lewat restu Purnomo.

Eka menghela napas, mencoba menengahi. “Kalau memang motor dikhawatirkan, bagaimana kalau sepeda listrik saja? Aman, dan tidak terlalu cepat. Jarak kampus utama ke fakultasnya juga masih bisa ditempuh.”

Purnomo terdiam. Ia tahu, istrinya benar. Tapi gengsi seorang ayah membuatnya sulit menerima saran begitu saja. “Kita pikirkan lagi nanti,” katanya singkat.

Arunika hanya mengangguk. Di dalam hatinya, ia berharap setidaknya ibunya bisa terus membela. Hari pertama orientasi akan segera tiba, dan bayangan pulang malam dengan lelah masih mengganggunya.

Purnomo benar-benar mengantarkan Arunika hingga gerbang utama. Purnomo menatap wajah putrinya yang hanya diam sepanjang perjalanan.

"Apa kamu kecewa dengan keputusan Ayah?" tanya Purnomo sedih.

"Eh," Arunika tersentak, ia terkejut dengan pertanyaan sang ayah.

"Tidak Ayah!" sambungnya buru-buru.

Mata Purnomo berair, Arunika tak bisa melihat kesedihan di mata sang ayah. Ia jadi merasa bersalah, Arunika buru-buru meminta maaf.

"Maaf ayah, bukan maksudku ...."

Purnomo menghela nafas panjang, ia tau jika sedikit protektif pada putrinya. Tapi Arunika adalah harapan yang ia tunggu, ia akan mati jika terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya itu.

"Nak, jujur. Ayah belum bisa melepasmu seratus persen. Sampai kapanpun, kamu tetap gadis kecil Ayah!" ujar Purnomo.

Arunika terdiam. Ia tahu betul sifat ayahnya yang keras, tapi di balik itu hanya ada ketakutan besar kehilangan dirinya. Perlahan ia meraih tangan kasar Purnomo, mencium punggungnya dengan lembut.

“Aku mengerti, Yah. Doakan aku bisa jaga diri baik-baik. Jangan khawatir, aku janji pulang tepat waktu,” ucapnya lirih.

Purnomo mengusap kepala putrinya dengan tangan bergetar. “Itu saja yang Ayah minta. Jangan buat Ayah menunggu dengan cemas di rumah.”

Arunika mengangguk. Lalu ia turun dari mobil, berdiri di bawah gerbang megah Universitas Indonesia. Purnomo masih menatapnya lewat kaca jendela, seakan enggan beranjak. Hingga akhirnya ia terpaksa memacu mobil, meninggalkan putrinya di tengah hiruk pikuk mahasiswa baru.

Suasana gerbang utama begitu ramai. Panitia orientasi sibuk mengarahkan mahasiswa baru ke lapangan, suara toa bersahutan. Arunika menegakkan punggungnya, meski hatinya terasa berat. Sekali lagi, ia melirik ke arah kerumunan, berharap sosok yang pernah berjanji menunggunya muncul.

Tapi, wajah itu tidak ada.

Arunika menarik napas panjang, lalu melangkah mengikuti rombongan. Hatinya mencoba kuat, meski diam-diam masih bertanya-tanya: Apakah Raka benar-benar melupakanku?

"Kamu nunggu seseorang Nik?" tanya Media mengagetkan Arunika.

"Astaghfirullah!" Media hanya tersenyum lebar.

Wajah terkejut Arunika sangat ia suka, Media benar-benar menemukan kakaknya kembali. Tanpa malu, ia menggelayut manja di lengan kurus Arunika.

"Kamu kek kaget. Apa tebakkanku tepat?" tanya Media menggoda.

'Ih, apa sih!" sahut Arunika malu.

"Aku yakin pasti cowok!" terka Media lagi dan langsung membuat wajah Arunika bak kepiting rebus.

"Apaan sih!" elaknya dengan wajah memerah.

"Media, Arunika!' keduanya dipanggil.

Arunika tentu langsung gugup setengah mati, Media mengamit tangan Arunika dan menggenggamnya erat. Seketika jantung Arunika yang berpacu mendadak tenang.

"iya kak!" Sahut Media berani.

"Kalian bedua tadi ngobrol pas ketua memberikan instruksi!" Ujar ketua memberikan peringatan.

"Nggak kak!' bantah Media tapi Arunika menunduk.

'Benar kan Arunika?' tanya senior sedikit keras.

"I-iya kak!" Jawab Arunika jujur dan membuat Media tersenyum kecut.

"Baiklah, sebagai hukuman kalian berdua harus nyanyi!' suruh senior dan membuat Arunika pucat.

Kembali Media menggenggam erat tangan Arunika yang mendadak dingin. Media pun mulai bernyanyi

"Cicak, cicak di dinding ...," terdengar suara riuh tawa.

"Sudah-sudah! Mumpung kalian di depan. Sekalian perkenalan diri!' suruh Senior lagi.

"Oke Kak!" sahut Media santai.

"Halo Nama aku Media Gisela, biasa dipanggil Medi. Asal Depok. Hobi? Bikin orang lain senyum. Termasuk dia.” Medi menunjuk Arunika.

Media yang begitu percaya diri, membuat Arunika sedikit berani. Tetapi tentu suaranya sangat pelan.

"Halo .. Aku Arunika, asal Bogor ...."

"Eh .. Nggak denger! Nggak denger!" seru seorang cama di deretan belakang.

"Namanya Arunika!" seru Media keras.

"Hanya Arunika?" tanya Media lagi dan Arunika mengangguk.

Ketua BEM menyuruh mereka kembali duduk di barisan. Semuanya belum dapat kelas. Senior kembali membuat pertandingan kecil. Lagi-lagi Arunika berdiri di pinggir lapangan menjadi pemandu sorak yang tentu saja tak ada suaranya.

Selepas Maghrib, masa orientasi selesai. Arunika membawa catatan kecil untuk ia bawa besok, ia akan berkemah di halaman kampus.

Matanya terkadang menyusuri lorong-lorong kampus. Berharap bertemu sosok yang berjanji bertemu di gerbang kampus.

"Apa jangan-jangan, Raka menungguku sejak kemarin ya?" tanyanya lirih.

Arunika berjalan kaki dari lokasi kampus ke jalan raya. Walau ada ojek atau angkot, tapi ia yang sedikit kurang nyaman dengan suasana baru. Arunika memilih berjalan kaki sampai jalan besar.

Di tengah perjalanan, Purnomo meneleponnya jika ia sedang dalam perjalanan.

"Aku udah mau ke pinggir jalan besar Yah!" sahut Arunika dan Purnomo lagi-lagi menyuruhnya menunggu.

"Iya Ayah!" sahut Arunika sebelum mematikan sambungan telepon.

Purnomo datang setelah lima menit Arunika menunggu, beduk Maghrib sebentar lagi berbunyi, Purnomo memilih menepi di salah satu masjid. Arunika yang tengah berhalangan, menunggu di dalam mobil sang ayah di halaman parkir.

Usai sholat, Purnomo masuk sambil membawa jajanan. Arunika mencium aroma bakso bakar.

"Tumben Yah?' tanya Arunika antusias menerima bakso bakar itu.

"Sesekali! Jangan bilang-bilang Bunda ya!" jawab Purnomo sambil memperingati putrinya.

Arunika tentu mengangguk kuat, ia tersenyum dalam hati. Ayah dan ibunya memang pasangang serasi. Ayah yang protektif terhadap pergaulan, sementara ibunya sangat hati-hati dalam makanan. Eka melarang Arunika jajan sembarangan.

Mereka sampai nyaris waktu isya, Arunika turun buru-buru, pembalutnya penuh. Ia masuk sambil berlari dan mengucap salam.

Eka menyahuti sambil menggeleng kepala. Purnomo masuk dan mencium kening istrinya. Hal ini membuat Eka curiga.

"Tumben nyium? Habis jajan ya?" terkanya langsung.

Purnomo yang tak bisa membohongi istrinya hanya bisa tersenyum canggung.

"Ayah!" geleng Eka tak bisa marah.

Bersambung.

Ah .. .. Pasangan yang cocok.

Next?

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
raka kenapa ya?
nurry
💪💪💪💪💪
nurry
maju terus Raka terjang rintangannya, kamu pasti bisa 💪
nurry
kaya manggul beras sekarung kali ya kak othor 🤭🤭🤭
Deyuni12
Raka
kamu bisa datang d saat kamu sudah siap dalam hal apapun,buat ayah Purnomo terkesan dengan perjuangan mu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
datanglah saat kau siap raka.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah.. 🥹🥹🥹... pasti sulit mengajarkan mandiri pada putri yang selalu ingin kau lindungi seperti dalam bola kristal, ya kan?setidaknya dirimu sudah mencoba ayah
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
memang berat, raka. tapi kalau cinta ya berjuang donk.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah, jangan rusak mental arunika dengan ke posesif an muuuu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalau perhatian di rumah cukup. tak perlu cari perhatian di luar lagi
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika & media cocok
Deyuni12
keren
Deyuni12
butuh perjuangan,cinta tak segampang itu,,hn
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sedikit lagi, raka. arunika di fakultas ekonomi.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika begitu banyak mendapatkan limpahan kasih orang tuanya. sementara raka?
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalian pasti akan dipertemukan oleh author. sabar ya
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
UI itu besar banget. wajar kalau pakai kendaraan. seharusnya ayah jemput di fakultasnya aja
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kenapa kemarin gak tanya raka fakultas apa?
Ni nyoman Sukarti
ceritanya bagus....jadi kangen sm ibu dan bapak😇😇🙏
Ni nyoman Sukarti
Author....semua karya novel mu sangat bagus dan berkesan, baik dari alur cerita, tema dan karakternya, mempunyai value, edukatif dan motivasi bagi pembaca. Tidak membosankan. Sukses selalu ya Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!