1. Terjebak dalam Siklus Kematian & Kebangkitan – Tokoh utama, Ning Xuan, berulang kali mati secara tragis dimangsa makhluk gaib (berwujud beruang iblis), lalu selalu kembali ke titik awal. Ini menghadirkan rasa putus asa, tanpa jalan keluar.
2. Horor Psikologis & Eksistensial – Rasa sakit saat dimakan hidup-hidup, ketidakmampuan kabur dari tempat yang sama, dan kesadaran bahwa ia mungkin terjebak dalam “neraka tanpa akhir” menimbulkan teror batin yang mendalam.
3. Fantasi Gelap (Dark Fantasy) – Kehadiran makhluk supranatural (beruang iblis yang bisa berbicara, sinar matahari yang tidak normal, bulan hitam) menjadikan cerita tidak sekadar horor biasa, tapi bercampur dengan dunia fantasi mistis.
4. Keterasingan & Keputusasaan – Hilangnya manusia lain, suasana sunyi di kediaman, dan hanya ada sang tokoh melawan makhluk gaib, mempertegas tema kesendirian melawan kengerian tak terjelaskan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ijal Fadlillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 – Benih Dupa
【Sembilan Bagian – Empat】
Patung Bodhisattva setinggi delapan zhang mengecil menjadi lima zhang.
Kekuatan pun menurun.
【Sembilan Bagian – Lima】
Bodhisattva lima zhang kembali menyusut menjadi satu zhang.
Kekuatan sekali lagi merosot.
【Sembilan Bagian – Enam】
Menjelang fajar.
Langit mulai memutih keabu-abuan.
Seorang pemuda duduk bersila di kaki Gunung Manfeng, seluruh tubuhnya memancarkan aura tajam, mendesak, seolah tak sabar ingin meledak.
Tepat ketika cahaya mentari pertama menembus langit, ia bahkan tak lagi berlari ataupun bersembunyi. Matanya mendadak terbuka, seolah telah menghitung waktu dengan tepat. Jemarinya menggenggam erat pedang pemenggal binatang sepanjang satu zhang, lalu tubuhnya melesat menembus langit.
Satu tebasan pedang seperti burung walet yang menghantam gunung, membelah udara menuju suatu titik kosong di angkasa.
Di sana jelas-jelas kosong, tetapi pada saat pedang sang pemuda menebas, tiba-tiba muncul sosok Bodhisattva setinggi satu zhang.
Bodhisattva itu, melihat cahaya pedang yang menyilaukan, segera merapatkan kedua telapak tangannya, berusaha menjepit bilah pedang.
Namun, bagaimana mungkin?
Pedang Ning Xuan secepat kilat, gerakan Bodhisattva dibandingkannya bagaikan siput. Tebasan itu pun menghantam tepat di antara alis Bodhisattva.
Di tengah alisnya segera muncul sebuah retakan.
Ning Xuan tidak mengangkat pedangnya, namun dari sendi dan tulangnya terdengar suara nyaring seperti kicau burung walet.
Itulah Yanming Jin (Tenaga Kicau Walet), di ruang sekecil apapun, tetap bisa meledak dengan dahsyat.
Satu tekanan ringan saja setara dengan satu tebasan penuh “Walet Terbang Merobohkan Gunung.”
Boom!
Retakan itu semakin melebar.
Baru setelah dua serangan berturut-turut, tangan Bodhisattva akhirnya berhasil menutup.
Bam!
Namun yang terjepit hanyalah kehampaan.
Karena sejak satu tekanan tadi, Ning Xuan telah meminjam tenaga pantulan untuk melompat lebih tinggi.
Tebas!
Sekali lagi pedangnya jatuh di tempat yang sama.
Satu tebasan mendarat, disusul ledakan tenaga kedua, ketiga. Sehingga meski hanya sekali mengayun pedang, daya hancurnya bagaikan gelombang samudra yang datang bertubi-tubi, menghantam tanpa henti.
Bam! Bam! Bam! Bam!
Hingga akhirnya…
Trek!
Terdengar bunyi retakan yang jernih.
Seperti jaring laba-laba, retakan itu menjalar dari pusaran lotus biru di kepala Bodhisattva, merambat cepat ke segala arah.
Sudut bibir Ning Xuan terangkat, membentuk senyum bengis. Ia bahkan hampir meledak dalam tawa gila.
Tanpa berkata sepatah pun, tanpa pertanyaan, ia kembali menebas.
BOOM!!
Bodhisattva itu pecah berkeping-keping.
Hancur menjadi butiran cahaya bintang.
Wajah bulat purnama itu, alis putih cemerlang, bibir dengan senyum serakah semuanya membeku, terhenti, lalu hancur lebur, lenyap tanpa sisa.
Ning Xuan merasakan kepuasan yang luar biasa.
Ia tak dapat menahan senyum bengisnya makin melebar, dan di matanya terpancar gairah tamak yang tak bisa dikendalikan.
Ia menatap pecahan cahaya bintang itu, lalu melihat pada intinya… seekor tikus abu-abu berbulu panjang dan keras.
Tikus itu panjangnya tak lebih dari satu chi, bulunya runcing seperti jarum baja, matanya berkilat hijau kelam.
Tatapan hijau itu kini menampakkan ketidakpercayaan yang sulit dilukiskan.
Namun pada detik tatapan itu bertemu dengan mata Ning Xuan, pedangnya telah lebih dulu menusuk.
Cakar tikus iblis itu mencakar-cakar udara, namun seperti roda kereta yang terjebak dalam lumpur, usahanya hanya sia-sia. Ia tak sempat menginjak tanah, tak bisa memanggil angin untuk menopang tubuhnya.
Ujung pedang bagai tombak, menyambar laksana kilat.
Hampir seketika, bilah itu menembus tubuh tikus abu-abu tersebut. Tenaga dahsyat meledak di dalamnya, bersamaan dengan jeritan nyaring penuh derita yang terdengar.
“Ciiiitttt!”
“Ciiit! Ciiit! Ciiit!”
BOOM!!
Tikus iblis itu meledak.
Tubuhnya berubah menjadi gumpalan asap hitam pekat yang berputar deras lalu mengalir masuk ke tubuh Ning Xuan.
Di hadapannya akhirnya muncul tulisan samar-samar:
【Catatan Iblis Langit: Tikus Pencuri Dupa (20/100)】
Namun, itu belum berakhir.
Angka “(20/100)” dengan cepat merangkak naik, hampir dalam sekejap mata sudah berubah menjadi “(100/100)”.
Lalu segera melompat, menampilkan tulisan yang lengkap:
【Tikus Pencuri Dupa】
【Klan: Iblis Langit – Ordo Tikus – Famili Dupa – Jenis Pencuri Dupa (Atribut Rohani): 5.0】 (hanya menampilkan atribut utama) (setelah dipanggil dapat memberikan atribut tambahan: 4.5)
【Ilmu Bawaan Iblis: Teknik Pencuri Dupa – mencuri sebatang dupa dari kuil malam hari, memalsukan doa seakan dipersembahkan untuk para Dewa, lalu mengubahnya menjadi kekuatan untuk dirinya sendiri】 (syarat minimal: Rohani 5)
【Ilmu Terkendali: Teknik Hum-Ha – mengubah tenaga menjadi suara yang tak dapat dicegah, sekali “hum” membuat lawan gentar, sekali “ha” menghapus wujudnya】 (syarat minimal: Tubuh 6)
Begitu Catatan Iblis Langit selesai ditempa, dunia bulan hitam dan matahari putih itu pun runtuh tanpa suara.
Cahaya api unggun kembali muncul di hadapan mata Ning Xuan.
Dari kejauhan, terdengar suara langkah para prajurit yang sedang berpatroli.
Dari dalam tenda, terdengar napas berat namun teratur milik budak buruk rupa yang sedang beristirahat.
Api unggun menjilat dahan kering, meletup dengan suara krek-krek. Mata Ning Xuan pun kembali jernih, berkilat penuh kesadaran.
Ia memperhatikan sekeliling yang mulus tanpa celah, lalu memastikan satu hal. Saat ia menempa Catatan Iblis di dalam mimpi buruk, waktu di luar benar-benar berhenti.
Ia kembali menatap sekilas ke arah gunung di kejauhan, lalu perlahan memejamkan mata.
Kini ia telah mendapatkan kekuatan dari Tikus Pencuri Dupa, namun tidak memperoleh tubuh Bodhisattva sepuluh zhang yang terbuat dari dupa.
Namun, dari situ ia mendapat banyak petunjuk samar.
Ia lahir dari kegelapan malam.
Sedangkan iblis lahir dari terang siang.
Ketika malam dan siang bersinggungan, maka ia dan para iblis pun akan saling bersua.
Dan Catatan Iblis Langit akan terlebih dahulu merasakan pertemuan itu. Lalu dengan cara misterius, ia akan merampas nyawa iblis di titik perbatasan tersebut dan memaksanya untuk ditempa. Jika berhasil, ia akan menguasai kekuatan iblis itu. Jika gagal, maka jiwanya akan hancur, lenyap tanpa sisa.
Karena itu, iblis dapat menggunakan rahasia sihir untuk memulihkan kekuatannya di siang hari, tetapi di malam hari mereka tidak bisa.
Tikus Pencuri Dupa adalah iblis dengan kekuatan spiritual (rohani), tetapi cangkang Bodhisattva yang ia kenakan adalah berbasis fisik (tubuh).
Di siang hari, cangkang Bodhisattva bisa pulih tanpa cedera. Namun di malam hari, ia hanya bisa memaksa diri dengan mengorbankan fondasi tubuhnya, menyusut dari sepuluh zhang menjadi delapan zhang, agar bisa menggunakan “Teknik Hum-Ha.”
Begitu pula dengan dirinya. Meski ia berhasil mendapatkan kekuatan Tikus Pencuri Dupa, ia tidak bisa memperoleh dupa yang dimiliki makhluk itu.
Karena dupa adalah milik dunia siang.
Sedangkan ia adalah bagian dari dunia malam.
Meski ia sedang menempanya melalui Catatan Iblis Langit, dunia siang tidak akan pernah mengizinkannya membawa dupa tambahan itu pergi.
Adapun alasan mengapa Tikus Pencuri Dupa bisa membawa tubuh “Bodhisattva Dupa” ke dalam mimpi buruk, sementara sebelumnya Beruang Penumbuk Gunung tidak bisa membawa “Jubah Kasaya Dupa Darah” ke dalam, jawabannya terletak pada tiga kata penting: Jenis Dupa.
Beruang Penumbuk Gunung hanyalah “jenis biasa.”
Sedangkan Tikus Pencuri Dupa adalah “jenis dupa.”
Jenis biasa tidak bisa memadatkan dupa, mereka hanya bisa memohon dupa melalui patung Bodhisattva untuk memperoleh pusaka dupa.
Sebaliknya, jenis dupa dapat mengondensasi dupa itu sendiri, menjadikannya bagian dari tubuh mereka.
Namun, berapa banyak dupa yang bisa mereka kondensasi tergantung pada kekuatan spiritual, yakni “roh” atau “jiwa” yang disebut oleh kakak lelakinya sebagai shenhun (roh sejati). Itu adalah ranah yang sama sekali berbeda dengan darah dan daging.
Sekarang, ia sudah mendapatkan kekuatan dari Tikus Pencuri Dupa, sehingga atribut rohaninya meningkat dari “1.0” menjadi “5.5”.
Dengan itu… mungkinkah ia bisa mempelajari “Qi Naga” yang disebut kakaknya?
Mungkin, ia bisa lebih dulu menjadi seorang fangshi (ahli Tao), lalu naik tingkat menjadi seorang Tianshi (Maha Guru Langit).
Namun, meski ia sudah memiliki kekuatan Tikus Pencuri Dupa, ia masih harus mencuri dupa sendiri.
Jika suatu saat ia berhasil mencuri dupa itu, menjadikannya bagian dari dirinya. Apakah itu berarti ia juga bisa membawa dupa masuk ke dalam mimpi buruk?
Tetapi… apa sebenarnya dupa itu?
Dan di mana bisa ditemukan dupa?
Jika dupa memang bisa menjadi sumber kekuatan, maka Ning Xuan yakin, dunia ini seharusnya sudah dipenuhi kuil dan biara di mana-mana, bukan berdiri di bawah bayang-bayang kejayaan sebuah kekaisaran.