NovelToon NovelToon
Hidden Love From The Past

Hidden Love From The Past

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Kisah cinta masa kecil / Gadis Amnesia
Popularitas:562
Nilai: 5
Nama Author: Midnight Blue

Di balik senyum manis dan mata indah Narynra, terdapat kesedihan mendalam yang disebabkan oleh pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Sebelum pernikahan itu, Narynra membuat perjanjian rahasia dengan ibu tirinya yang hanya diketahui mereka berdua. Apakah isi perjanjian itu? Sementara itu hubungan Narynra dengan Kaka tirinya tidak pernah akur, dan situasi semakin buruk setelah ayahnya terkesan selalu membela kakak tirinya, membuat Narynra merasa tidak betah di rumahnya. Akankah Narynra dan kakak tirinya bisa berdamai?
Narynra kemudian bertemu Kayvan, seorang pria yang tampan dan perhatian. Setelah pertemuan pertama, Kayvan terus berusaha mendekati Narynra, dan mereka akhirnya menjalin hubungan asmara.
Sementara itu, seorang pria misterius selalu memperhatikan Narynra dari kejauhan dan terus mengirimkan pesan peringatan kepada Narynra bahwa Kayvan tidak baik untuknya. Siapa pria misterius ini? Apa tujuannya? Akankah Narynra bahagia bersama Kayvan atau atau bersama yang lain?,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Midnight Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Insiden di koridor mall

Setelah beberapa saat menunggu dan tidak melihat tanda-tanda keberadaan cowok itu, mereka memutuskan untuk membeli beberapa baju yang mereka sukai. Dengan senyum, mereka membayar dan akhirnya keluar dari toko baju tersebut. Saat keluar, mereka berdua terlihat lebih santai, berjalan dengan langkah yang lebih santai.

Namun, Narynra dan Tiffany tiba-tiba ditabrak oleh seorang pria yang membawa cup kopi di tangannya. Kopi itu tumpah ke baju Narynra, membuat baju bagian depannya basah.

"Aduh maaf mba," ucap pria itu dengan nada menyesal dan ekspresi malu, sambil memegang tangan yang memegang cup kopi yang hampir terjatuh.

Tiffany langsung melihat baju Narynra yang basah tanpa melihat pria itu dengan nada sedikit kesal dan ekspresi tidak senang. "Gimana sih mas jalannya, baju temen saya jadi basah kan," ucapnya dengan nada yang tegas, sambil menatap baju Narynra dengan mata yang tajam.

Sementara Narynra hanya fokus melihat bajunya yang basah, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Pria itu menundukkan kepala, menatap baju Narynra yang basah dengan ekspresi menyesal. "Saya benar-benar minta maaf mba," ucapnya dengan nada sungguh-sungguh, sambil mengangkat tangan untuk meminta maaf. Matanya terlihat merah dan berbinar, menunjukkan bahwa dia benar-benar menyesal.

Narynra memberikan beberapa paper bag pada Tiffany. "Fan gue ke toilet dulu ya, nitip belanjaan gue yang ini," katanya dengan nada biasa, sambil mengangguk pada Tiffany. Tiffany menerima paper bag dengan ekspresi biasa, matanya melihat pria itu dengan sedikit kesal, namun tidak mengatakan apa-apa.

Narynra lalu menoleh pada pria itu, tersenyum sedikit dan mengangguk. "Gapapa mas, saya bisa ganti baju, lain kali hati-hati ya," ucapnya dengan nada santai dan ramah. Pria itu mengangguk, masih terlihat menyesal, namun sedikit lega dengan respons Narynra.

Dengan membawa satu paper bag berisi baju, Narynra pergi ke toilet dengan langkah yang santai dan ekspresi rileks. Dia berjalan dengan percaya diri, tidak terlihat kesal atau terganggu oleh insiden tadi. Sementara itu, Tiffany tetap berdiri di tempat, memegang paper bag dan melihat pria itu dengan ekspresi yang masih sedikit kesal.

Beberapa menit kemudian, Narynra kembali dari toilet dengan ekspresi bingung, melihat pria yang tadi menabrak dirinya dan Tiffany masih berdiri di sana.

"Masnya ngapain masih di sini?" tanya Narynra dengan nada penasaran, sambil mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan mata yang tajam. Gerakan tangan Narynra yang sedikit terlipat di depan dada menunjukkan bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Tiffany menjelaskan dengan nada sedikit kesal dan ekspresi tidak sabar, "Katanya mau tanggung jawab, padahal tadi udah gue suruh pergi, gausah tanggung jawab gapapa, eh orangnya kekeh." Tiffany menggelengkan kepala, menunjukkan bahwa dia tidak mengerti mengapa pria itu masih ingin bertanggung jawab. Matanya terlihat sedikit kesal, namun juga ada sedikit kekaguman pada keteguhan pria itu.

Narynra dan Tiffany berdiri di koridor mal yang sibuk, dengan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Pria itu berdiri di depan mereka dengan ekspresi menyesal, menundukkan kepala sedikit dan menatap ke bawah dengan mata yang terlihat sedih.

"Udah mas, gapapa, ga perlu tanggung jawab," ucap Narynra pada pria itu dengan nada santai dan ekspresi ramah.

Namun, pria itu menggelengkan kepala, tersenyum sedikit dan menatap Narynra dengan mata yang penuh harapan. "Gapapa mba, saya memang harus tanggung jawab kan yang salah saya. Sebagai permintaan maaf, saya beliin mbaknya baju, mbaknya tinggal pilih mau yang mana, saya yang bayar," ucap pria itu dengan nada sungguh-sungguh.

Narynra dan Tiffany saling menatap dengan ekspresi bingung, tidak menyangka pria itu akan menawarkan untuk membeli baju sebagai permintaan maaf. Sementara itu, pria itu terus menatap Narynra dengan mata yang penuh penyesalan, berharap Narynra bisa menerima tawarannya.

Narynra tersenyum ramah, menolak tawaran pria itu dengan sopan. "Beneran mas, ga usah, masnya udah saya maafin jadi ga perlu beliin saya baju," katanya dengan nada yang lembut.

Pria itu menggelengkan kepala, menatap Narynra dengan mata yang penuh penyesalan. "Mba, saya malah tambah ga enak, saya ga suka ngrasa punya hutang sama orang. Jadi tolong ya mba, terima bentuk pertanggung jawaban saya. Mbanya ga mau beli baju? Atau mbaknya mau beli yang lain atau mau saya traktir makan?" tawar pria itu dengan nada sungguh-sungguh.

Tiffany menggosokkan perutnya dengan ekspresi lapar, sementara Narynra menatapnya dengan ekspresi tidak setuju.

"Udah Ryn, trima traktiran makan dia aja. Gue tiba-tiba laper nih, daripada kita ga selesai-selesai ini urusannya. Dia kekeh mau tanggung jawab, lo ga mau, pasti ini percakapan ga ada selesainya nanti," ucap Tiffany dengan nada tidak sabar.

Narynra merasa tidak enak, "Ihh Fany" kata Narynra dengan ekspresi sedikit kesal.

Pria itu sedikit tersenyum, menampakkan senyum hangat di wajahnya. "Oke berarti saya traktir aja ya, kalian mau makan di mana?" tanya pria itu dengan antusias, sambil menatap Narynra dan Tiffany dengan mata yang berbinar. Pria itu menanti jawaban dari Narynra dan Tiffany.

Narynra dan Tiffany saling menatap dengan ekspresi bingung. "Terserah deh mas, kita orangnya ga pilih-pilih makanan," ucap Narynra dengan nada santai.

Pria itu tersenyum, menunjuk tempat makan yang tidak jauh dari mereka. "Oke, kita makan di sana aja."

Mereka pergi ke tempat makan yang dipilih oleh pria itu dan memilih tempat duduk yang nyaman. Pria itu menyodorkan menu makanan ke Narynra dan Tiffany dengan ekspresi ramah.

"Jangan sungkan mba, gapapa kalau kalian mau pesennya banyak atau yang paling mahal. Tenang, saya mampu bayarnya," ucap pria itu dengan nada santai.

Narynra terlihat canggung. "Hm iya mas" ucap Narynra dengan ekspresi tidak enak, sambil menundukkan kepala sedikit.

Tiffany menoleh ke arah Narynra dengan rasa penasaran, "Ryn, lo pesen apa?" tanya Tiffany dengan nada penasaran, sambil mencondongkan tubuh sedikit ke depan.

Narynra menjawab dengan nada santai, "Gue pesen steak sama avocado float," sambil menatap menu makanan dengan santai. Tangan kanannya yang memegang menu makanan sedikit bergerak, menunjuk pada pilihan makanan yang sudah dipilihnya.

"Gue ikut steak juga, tapi minumnya orange float," ucap Tiffany dengan ekspresi biasa.

"Udah itu aja?" tanya pria itu memastikan, sambil menatap Narynra dan Tiffany.

"Iya udah itu aja," jawab Narynra, dianggukkan oleh Tiffany yang memberikan isyarat setuju.

Pria itu memanggil waiters dengan gerakan tangan yang sopan, mengangkat tangan kanannya sedikit dan memberikan isyarat untuk mendekat. Setelah waiters mendekat, pria itu memberitahu pesanan tadi dengan ekspresi ramah, "Saya pesan, tiga steak, dua avocado float, dan satu orange float."

Waiters itu mengangguk dan menatap pria itu dengan ekspresi profesional, sambil mencatat pesanan di notesnya. "Apa ada yang mau di pesan lagi?" tanya waiters itu dengan nada sopan.

Pria itu tersenyum dan menjawab dengan singkat, "Udah itu aja,"

"Baik, saya catat," ucap Waiters itu mengangguk, sebelum beranjak pergi untuk memproses pesanan.

Awalnya, mereka terlihat sangat canggung. Narynra dan Tiffany saling menatap, seolah-olah tidak tahu apa yang harus dikatakan selanjutnya. Namun, pria itu memperkenalkan dirinya dengan ekspresi ramah, "Oh ya, kenalin nama saya Keyvan, kalau kalian namanya siapa?" tanya pria itu pada Narynra dan Tiffany dengan antusias.

Keyvan Pratama, 25 tahun, memiliki penampilan tampan dengan tinggi 167 cm dan tubuh atletis. Rambut hitamnya yang ditata two block menambah kesan stylish, sementara mata almond dan alis tebalnya memberikan kesan eksotis dan maskulin. Dia memancarkan aura percaya diri dan karisma yang kuat.

"Saya Narynra," jawab Narynra dengan nada yang lembut, lalu tersenyum sedikit sambil menatap Keyvan.

"Kalau saya Tiffany," jawab Tiffany dengan nada santai.

"Kalau saya lihat-lihat sepertinya kalian anak kuliahan ya," tebak Keyvan dengan percaya diri, sambil mengamati Narynra dan Tiffany dengan tatapan yang tajam namun ramah. Nada suaranya terdengar yakin, seolah-olah dia sudah bisa menebak dari penampilan mereka.

"Iya, kita memang masih kuliah, tapi tinggal skripsi aja," jawab Narynra dengan nada santai, sambil mengangguk sedikit.

"Di kampus mana?" tanya Keyvan dengan nada penasaran, sambil memiringkan kepalanya sedikit ke samping.

"Universitas Artheva," jawab Narynra dengan singkat, sambil tersenyum sedikit.

Keyvan mengangguk dan membuka mata dengan lebar, seolah-olah dia terkejut dengan jawaban tersebut. "Wah, adik saya juga dulu kuliah di sana," ucap Keyvan sambil mengangguk, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih serius.

"Angkatan tahun berapa?" tanya Tiffany dengan nada penasaran dan ekspresi ingin tahu, sambil mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan.

Keyvan menatap mereka dengan ekspresi yang berubah menjadi sedih, "Sepertinya satu angkatan sama kalian, karena seharusnya dia sekarang juga sedang mengerjakan skripsi, tapi sayangnya dia udah ga ada, dari satu tahun yang lalu," ucap Keyvan dengan sedikit berkaca-kaca, lalu menunduk.

Suasana menjadi sunyi sejenak, Narynra dan Tiffany terlihat terkejut dan sedih mendengar ucapan Keyvan. Mereka memandang Keyvan dengan ekspresi simpati, menunjukkan bahwa mereka turut merasakan kesedihan Keyvan.

Obrolan mereka terhenti karena makanan yang mereka pesan datang, waiter membawa makanan dengan senyum dan meletakkannya di depan mereka. Mereka menikmati makan yang mereka pesan tadi, suasananya menjadi lebih santai.

Setelah selesai makan, Narynra dan Tiffany berpamitan dengan Keyvan, "Makasih untuk traktirannya," ucap Narynra dengan sopan sambil tersenyum dan mengangguk sedikit.

Keyvan membalas dengan senyum, "Iya mba, saya yang harusnya trimakasih udah di maafin sama mbaknya," katanya dengan nada santai dan ramah.

Narynra tersenyum dan mengangguk, "Iya mas gapapa santai aja, kita pamit duluan," ucapnya sambil berdiri dari kursinya.

Keyvan membalas dengan senyum, "Iya mba, kalian hati-hati di jalan," katanya dengan nada santai dan ramah.

Narynra dan Tiffany hanya membalas ucapan Keyvan dengan senyuman, lalu mereka mengambil tas mereka dan pergi dari sana. Keyvan menatap mereka dengan senyum, seolah-olah merasa lega dan puas dengan pertemuan tersebut. Setelah Narynra dan Tiffany pergi, Keyvan memanggil waiter untuk membayar tagihan.

1
Rien
semangat, 👍
Ignacia belen Gamboa rojas
Sumpah baper! 😭
Blue Persona
thor, bisa bikin sekuelnya? Pengen baca terus nih!
ANGELBRODROIX
Kehabisan kata-kata. 😶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!