NovelToon NovelToon
Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Era Kolonial / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:440.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: ICHA Lauren

Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.

Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.

Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dokter yang Menakjubkan

Elias menatap istrinya tajam. “Jangan berulah, Seruni. Kau bukan dokter. Situasi sedang gawat. Lebih baik kau tinggal di rumah, temani Anelis dan Julian.”

Tanpa menunggu bantahan, Elias memberi isyarat pada anak buahnya. Ia melangkah cepat keluar rumah, bersiap menuju kendaraan dinas.

Namun, Nateya nekat berlari menyusul Elias. Tekadnya untuk menolong Ragnar tidak goyah, meski nafasnya terengah akibat tubuh gempal Seruni. Dalam hati ia membayangkan sebuah stetoskop, dan seketika benda itu muncul melingkar di lehernya.

Di halaman, sebuah mobil dinas Dodge Command Car, kendaraan yang lazim dipakai para petinggi militer kolonial, sudah menunggu dengan mesin meraung. Elias baru saja naik ketika Nateya tiba-tiba menyelonong masuk ke kursi belakang.

Elias menoleh kaget, wajahnya penuh amarah.

“Seruni! Apa yang kau—”

“Jenderal!” Kapten Arvid memotong cepat. “Kita harus segera berangkat, waktu genting. Jika terlambat, Mayor Ragnar tidak akan selamat.”

Elias menahan amarahnya. Ia menghela napas panjang, lalu mengangguk pasrah. “Baiklah. Tapi jangan macam-macam, Seruni.”

Mobil pun melaju kencang melewati jalan berbatu. Sepanjang perjalanan singkat menuju Markas Besar Garnisun Kolonial di pinggiran kota Batavia, sirene mengiringi. Membuat penduduk kampung pribumi menepi ketakutan.

Nateya duduk diam, tangannya memegang stetoskop dengan sorot penuh tekad.

Begitu tiba di markas, mereka bergegas menuju bangunan perawatan militer. Di dalam, para prajurit berbaris tegang. Bau darah bercampur antiseptik menusuk hidung.

Di ranjang besi, Mayor Ragnar terbaring pucat, tubuhnya berlumuran keringat dingin. Perban di perutnya sudah basah oleh darah, dan di sampingnya seorang dokter militer bersama dua perawat berusaha memasang kantong darah darurat.

Ketika Nateya masuk, ruangan mendadak hening. Para tentara menoleh, sebagian terbelalak melihat istri Jenderal Elias itu masih mengenakan setelan olahraga yang sama sekali asing bagi mata mereka.

“Keadaan Mayor Ragnar, bagaimana?” tanya Elias.

Dokter militer itu menoleh, sambil membungkuk hormat kepada Elias.

“Tuan Jenderal, luka tusuk ini sangat dalam. Pisau yang dipakai pemberontak tampaknya telah dilapisi zat beracun, semacam ekstrak getah upas, racun dari hutan pedalaman. Racun itu menyebar cepat di aliran darah," jelasnya dengan detail.

"Jika tidak dinetralkan dalam dua jam, organ vital akan rusak. Jarak ke rumah sakit pusat terlalu jauh, dan dengan kondisi begini… saya khawatir Mayor Ragnar tidak akan bertahan dalam perjalanan.”

Tentara yang hadir mulai berbisik panik. Sementara, Elias menatap dokter dengan rahang mengeras.

Dalam kondisi tegang itu, tiba-tiba Nateya melangkah maju. “Izinkan aku melihat.”

Semua mata sontak menoleh padanya. Suara bisik-bisik makin keras.

“Tidak, Seruni!” Elias membentak. “Ini bukan urusanmu. Kau tidak tahu apa-apa soal medis.”

Namun Nateya mendongak, matanya menatap tajam suaminya.

“Kalau Ragnar mati hanya karena kau melarangku, maka kau-lah yang harus bertanggung jawab, Elias. Nyawa manusia lebih penting daripada egomu.”

Ruangan mendadak hening. Elias tertegun, tak menyangka istrinya berani berbicara sekeras itu.

Dengan langkah mantap, Nateya mendekat ke ranjang. Ia meraba denyut nadi Mayor Ragnar, lalu membuka perban untuk memeriksa luka. Matanya menyipit saat mengetahui kondisi Ragnar yang kian memburuk.

“Benar, ini racun getah upas. Racun ini memicu perdarahan internal dan membuat darah sulit membeku."

Ia menoleh pada dokter militer. “Kita harus segera menyiapkan larutan arang aktif untuk menyerap racun, lalu gunakan infus saline bercampur ekstrak kunyit agar membantu fungsi hati menetralkan toksin. Untuk menghentikan pendarahan, aku butuh daun pegagan kering atau serbuknya. Apakah ada di gudang herbal?”

Dokter itu ternganga. “Bagaimana Nyonya bisa tahu semua ini?”

“Jangan banyak tanya. Cari saja!” tegas Nateya.

Elias masih berdiri kaku, ekspresinya menunjukkan campuran antara rasa terkejut dan geram. Belum juga ia bicara, Nateya sudah menoleh cepat padanya.

"Tolong semua yang bukan tenaga medis keluar! Aku akan menangani Mayor Ragnar bersama dokter dan perawat.”

Para tentara saling pandang. Elias membuka mulut ingin protes, tetapi tatapan Nateya kali ini terlalu tajam, penuh ketegasan yang bahkan tak pernah Elias lihat sebelumnya.

“Baiklah, Seruni. Aku mengalah," jawab Elias berusaha menahan emosi.

"Tapi ingat, kalau sampai terjadi sesuatu pada Ragnar, kau harus menanggung akibatnya. Konsekuensi hukumnya berat. Mungkin saja hal ini akan sampai ke telinga Gubernur Jenderal Roderick.”

Nateya menoleh tenang, tatapannya mantap. “Aku siap mempertaruhkan reputasiku, Jenderal. Sebaliknya, jika aku berhasil menyelamatkan Ragnar, kau harus mengabulkan tiga permintaanku. Jangan coba mengelak.”

Alis Elias terangkat. Ia tertegun sejenak melihat kepercayaan diri istrinya. Wanita yang biasanya gegabah dan cemburuan, kini berdiri menantangnya dengan penuh wibawa.

“Baiklah, kalau itu maumu,” katanya dengan nada berat. “Sebagai suami, aku sudah menasihatimu. Selebihnya… terserah kau.”

Tanpa berkata lagi, Elias berbalik dan keluar, diikuti para prajurit. Tinggallah Nateya bersama dokter militer dan dua perawat yang masih menatapnya dengan cemas bercampur heran.

Nateya segera bergerak ke sudut ruangan. Ia memejamkan mata, lalu membayangkan peralatan medis yang dibutuhkan.

Dalam sekejap, di hadapannya sudah tersusun berbagai alat bedah modern. Infus saline dengan selang lengkap, tabung arang aktif dalam bentuk cairan, serta alat suction sederhana untuk menyedot darah bercampur racun.

Dokter dan perawat terbelalak. Salah seorang hampir menjatuhkan catatan medisnya.

“Dari mana semua ini?” gumamnya.

Nateya tidak menjawab. Ia hanya menoleh tajam.

“Kalau kalian ingin Ragnar selamat, lakukan persis seperti yang aku katakan.”

Dengan cepat, Nateya memberikan instruksi kepada dokter.

“Siapkan infus saline. Campurkan larutan arang aktif agar racun bisa terserap di sistem pencernaan bila ada sisa toksin masuk. Kita juga butuh jalur intravena cepat.”

Kemudian, ia menoleh pada perawat pertama:

“Bersihkan luka dengan saline, lalu gunakan suction untuk mengeluarkan darah bercampur racun. Jangan sampai ada sisa genangan di rongga perut.”

Pada perawat kedua: “Tumbuk serbuk pegagan dan kunyit ini menjadi pasta, lalu tempelkan di sekitar luka sebagai kompres. Itu akan membantu memperkuat dinding pembuluh darah dan memperlambat kerusakan jaringan.”

Sementara mereka bekerja, Nateya sendiri mengambil pisau bedah, tangannya mantap.Ia membuka sedikit perban untuk mengecek sumber perdarahan.

Dengan sigap, ia menjahit pembuluh darah kecil yang pecah, lalu menekan luka agar pendarahan berkurang. Setelah itu, Nateya menempelkan kompres herbal di tepi luka, membiarkannya menyerap ke dalam jaringan.

“Sekarang, naikkan posisi infus. Biarkan cairan masuk lebih cepat. Kita harus dorong racun keluar dari aliran darah dengan pengenceran,” ujarnya mantap.

Dokter yang semula ragu, kini hanya bisa terdiam. Ia pun mengangguk, mengikuti semua instruksi yang diberikan Nateya. Perawat yang lain bekerja dengan cekatan, meski wajahnya masih diliputi keterkejutan.

Beberapa menit yang menegangkan berlalu. Peluh bercucuran di wajah Nateya. Jantungnya ikut berdegup kencang setiap kali denyut nadi Ragnar melemah, lalu kembali menguat.

Akhirnya, ketika jarum jam di dinding menunjukkan pukul lima sore, nafas Ragnar mulai lebih teratur. Wajah pucatnya tampak sedikit berwarna.

Nateya menurunkan pisau bedah dan mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Napasnya tersengal, tetapi matanya tetap tajam menatap pasien di hadapannya.

“Semoga dia segera sadar dan melewati masa kritis ini,” ucap Nateya dalam hati, sambil menunduk dan berdoa lirih.

Di belakangnya, dokter militer dan para perawat masih menatap Nateya penuh kekaguman. Mereka sadar, baru saja menyaksikan sesuatu yang tak pernah mereka pelajari di sekolah kedokteran.

1
lin
klo misalnya ayahnya aldrich tau klo anaknya pnya rasa sm seruni kira2 direstuin gak ya? dripd jomblo mulu Krn nunggu seruni skrg kan mau jd jnda Gak apa2 lah thor klo bikin mereka bahagia, saran ya thor 🙏💪
Nia Nara
Ceritanya menarik, penulisannya mampu membuat orang mau terus menerus membaca
Nia Nara
Lanjut thor 👍
lin
tumben blm update thor
restu s a
lanjut thor.
jangan lama2 thor upnya.
Nia Nara
Yah thor, ceritanya masih bersambung ya..
Endang Sulistia
malu tuh...🤣🤣
Endang Sulistia
🤪🤪🤪
Nia Nara
Cape bgt ketemu lelaki kayak Elias.
Fulana Fulana
semangat
Minar Agilreno
lha habis belum juga makan 🤭, kayaknya gubernur sudah mencium bau2 anaknya ada rasa ke seruni 🤣
Siti Masitah
kalo indo blasteran ya begono..noni2 indo
Saatyahlee Tyahlee
semangat neteya...
Paryantikebondalem
dasar laki " tak tahu diri sama ulat bulu keket
Paryantikebondalem
makanya jangan meremehkan orang
Paryantikebondalem
nah betul disindir aja biar ngerasa
Paryantikebondalem
semangat Nateya
Paryantikebondalem
betul berbagi pada orang yang membutuhkan
Paryantikebondalem
nah kebohongan akan segera terbongkar
Paryantikebondalem
semoga berhasil netaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!