NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

*

“Cih!”

Ajeng tersenyum sinis melihat story sosial media yang diunggah oleh Sabrina.

Sebuah foto logam mulia yang tadi dia dapat dari Rendy secara paksa, dengan dalih sedang ngidam.

Foto itu disertai caption ‘Makasih, suamiku sayang…’ dengan icon emoji penuh cinta.

“Dasar tukang flexing!” Gerutu Ajeng dengan kesal. "Penting banget ya validasi buat dia?"

Saking muaknya kepada Sabrina, wanita itu sampai melempar ponselnya ke atas ranjang dengan malas.

Karena gabut, Ajeng memilih menyalakan televisi yang ia ganti-ganti channel nya karena tidak mendapatkan apa yang dia mau.

Sungguh, liburan itu benar-benar liburan yang menjadi neraka untuk Ajeng. Lagi dan lagi, dia dikacangi oleh Rendy yang lebih memilih istri mudanya. Belum lagi, perkara Biantara yang entah punya dendam apa kepadanya hingga menjadi pengganggu seperti itu.

“Ish, ngeselin banget sih?” Ajeng berteriak tak terlalu kencang untuk meluapkan kekesalannya. “Aku pengen pulang aja, Ya Tuhan.”

Tuk tuk tuk.

Ajeng langsung sigap menatap ke arah pintu yang terhubung dengan balkon belakang begitu  mendengar pergerakan dari sana. Pintu kaca itu masih tertutup rapat oleh tirai karena Ajeng tidak membukanya.

“Kok ada yang ngetuk dari belakang sih?” gumam bingung wanita itu.

Pikir Ajeng, seharusnya kalau ada tamu yang datang, pasti akan mengetuk pintu dari depan. Tapi, kenapa ini malah dari belakang?

Padahal, di belakang kamarnya kan dinding pembatas cukup tinggi yang seharusnya sulit dilewati karena langsung terhubung dengan perkebunan teh. Lalu, kira-kira siapa yang mengetuk pintu kaca itu kalau manusia saja terkesan mustahil.

Tuk tuk tuk.

Kan, lagi.

Karena pikirannya sedang kacau, Ajeng mendadak paranoid. Belum apa-apa, dia sudah membayangkan sosok menyeramkan yang sedang mengganggunya di belakang sana.

“Hii! Serem… masa ada hantunya sih disini? Perasaan kemarin nggak ada. Baru jam 10 juga loh."

Ajeng langsung menaikkan selimutnya menutupi seluruh tubuhnya. Wanita itu menyembunyikan kepalanya sambil meringkuk mendekap bantal.

Drrrttt drrrttt drrrttt.

“Ah!”

Karena sedang panik, suara getaran ponsel yang tiba-tiba itu, terasa sangat mengejutkan bagi Ajeng.

Awalnya, Ajeng ingin mengabaikan ponselnya yang terus menyala. Namun, niatnya mendadak batal karena getarannya tak kunjung berhenti.

Saat ini, pikiran Ajeng sudah kemana-mana. Bayangan ada penelepon ghoib seperti di film-film horor yang pernah dia tonton, berkeliaran di kepalanya.

“Ya Tuhan, serius ini aku mau ketemu sama hantu?” Gumam Ajeng ngalor ngidul.

Dengan tangan gemetar, wanita itu meraih ponselnya hati-hati, dan mengintip siapakah gerangan yang meneleponnya.

“Nomor asing?”

Bulu kuduk Ajeng semakin merinding, melebihi saat Biantara mencumbunya. Pertanyaannya, kenapa harus dibandingkan dengan Biantara? Pasalnya, dibandingkan dengan Rendy, Biantara lebih menimbulkan sensasi memabukkan.

Tuk tuk tuk.

Lagi. Ajeng dibuat terlonjak karena ketukan di balkon belakang yang terdengar lagi.

Bersamaan dengan ketukan yang semakin intens itu, getaran di ponsel Ajeng juga masih menyala tak mau berhenti.

Mati, lalu muncul lagi panggilan dari nomor yang sama.

“Ajeng!”

Tuk tuk tuk.

Samar, Ajeng mendengar suara yang memanggilnya.

“Nah loh, kenapa hantunya tahu namaku?”

Ajeng hampir saja melempar ponselnya karena ketakutan, tapi urung saat tiba-tiba panggilan berhenti dan justru ada pesan masuk ke dalamnya.

[Cepat buka, Baby! Ini aku!]

Setelah membaca pesan itu, Ajeng membuka selimutnya dengan cepat. Dengan tatapan kesal—setajam kilat, wanita itu langsung menoleh ke arah pintu balkon.

Ya, Ajeng tahu siapa orangnya.

“Ngapain sih tuh orang?” Ajeng mendengus kasar. Meskipun dia menggerutu, tapi dia tetap beranjak membukakan pintu.

Sret!

Ceklek.

“Lama sekali sih bukanya?”

Alih-alih menyapa si penghuni kamar, Biantara langsung nyelonong masuk sebelum diizinkan. Alhasil, Ajeng semakin kesal dibuatnya.

“Cuma karena cel ana dalam doang, anda sampai bela-belain kesini?" Cibir wanita itu. Namun, sedetik kemudian, Ajeng teringat sesuatu. “Eh, tapi Bapak kenapa bisa lewat belakang?”

Saking penasarannya, Ajeng sampai memeriksa tempat itu dengan tatapannya.

“Nggak ada yang nggak bisa aku lakuin, sayang.”

Ajeng memutar bola matanya malas. Tapi sayangnya, wanita itu masih belum percaya.

“Coba angkat celananya!”

“Wah, kamu nggak sabaran amat sih, Baby?” Lelaki itu pura-pura takjub, dengan ekspresi sedikit takut.

“Saya cuma mau memastikan kalau anda menginjak lantai.”

“Pfffttt!”

Ajeng mendengus lagi karena Biantara tertawa spontan.

“Jadi, kamu nggak bukain aku pintu dari tadi, karena anggep aku setan, begitu?”

“Nggak usah ngeledek! Udah! Mau apa Bapak kesini? Kalau mau ambil cel ana dalam, udah ada di tempat sampah.” Ajeng mengisyaratkan dengan malas, menunjuk tempat sampah.

“Sayang sekali, Baby. Padahal, disana ada sisa-sisa cairan cintamu juga. Tapi, aku bukan tipe orang yang suka memungut sampah.”

“Ya sudah kalau begitu, pergi sana!”

“Eits, enak aja ngusir aku. Kita masih ada perjanjian bukan?”

Entah, sudah berapa kali Ajeng mendengus hari ini. Tapi, wanita itu benar-benar habis kesabaran karena sikap Biantara.

Tanpa banyak kata, Ajeng menurunkan resleting jaket dan melepasnya.

“Kenapa dibuka? Disini dingin.” Ucap lelaki itu.

“Bapak mau tidur sama saya kan? Bapak mau nagih janji kan? Ya sudah ayo!”

Biantara menggelengkan kepalanya. “Apa kamu udah nggak sabar, Baby?”

“Ck. Saya cuma mau urusan kita cepat selesai.”

“Tapi, aku sedang nggak minat, sayang. Ayo, pakai lagi jaketnya.”

Anehnya, Ajeng menurut saat Biantara memakaikan jaketnya lagi, melapisi piyama panjangnya.

Bahkan, lelaki itu juga yang menaikkan resleting jaket Ajeng.

“Kenapa cemberut, hem?” Tanya lelaki itu, saat matanya menangkap wajah Ajeng di depan matanya.

“Saya nggak suka ada anda. Sana pergi!”

“Ayolah, Baby. Jangan terlalu sensitif begitu. Aku kesini bawa ini.”

Ajeng menatap heran kantong plastik yang Biantara keluarkan dari resleting jaketnya. Pantas saja, Ajeng merasa ada yang aneh dengan penampilan lelaki itu. Ternyata, di dalam pakaiannya ada beberapa makanan yang di bawa.

“Sorry. Tadi manjat dindingnya agak susah. Jadi, aku masukin aja makanannya kesini. Nggak tahu kalau udah pada penyet.”

“Ngapain anda bawa ini kesini?” Ajeng bertanya dengan ekspresi yang lebih lunak, senada dengan suaranya.

“Aku tahu, kamu nggak makan malam kan? Aku ketemu sama Rendy dan yang lain di cafe bawah tadi. Katanya, kamu akan nyusul. Tapi, sampai suamimu kembali ke penginapan sama istri barunya, kamu nggak kesana-kesana.”

“Anda nungguin saya? Kenapa? Mau menekan saya lagi di depan teman-teman saya?”

“Jangan berprasangka buruk terus sama aku.” Biantara menarik tangan Ajeng pelan, agar wanita itu duduk di sofa.

Lucunya, Ajeng benar-benar menurut lagi. Dia membiarkan lelaki itu menyiapkan apa yang sudah dia bawa tadi.

Rupanya, selain roti, Biantara juga membawa cereal dan juga kopi. Lelaki itu memanaskan air, lalu menyeduh susu dengan tangannya sendiri.

“Kamu mau kopi?”

Ajeng menggelengkan kepalanya. Masih memperhatikan lelaki itu, yang seolah sedang berada di kamarnya sendiri.

“Baiklah, kalau begitu makan cereal aja. Kamu doyan kan?”

Kali ini, Ajeng mengangguk, masih dalam diamnya.

“Nah, sudah selesai. Ayo makan, mumpung masih hangat.”

Lelaki itu menyerahkan semangkuk cereal coklat dengan susu putih, yang diterima Ajeng sendiri secara baik-baik.

“Makasih.” Ucap Ajeng lirih. Terdengar tulus, tapi sedikit gengsi.

Biantara hanya tersenyum. Kemudian, dia duduk di samping Ajeng.

“Pak Bian.” Panggil Ajeng, namun dia tak menatap yang dia panggil.

“Ada apa? Ada yang kamu inginkan?”

Biantara menatap heran wanita yang sedang memfokuskan pandangan ke mangkuk di tangannya itu

“Bapak punya masalah apa sama saya atau Mas Rendy? Apa selama kita bekerja sama, kami pernah melakukan kesalahan sama Bapak?”

Biantara tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dia menyeruput kopinya lebih dulu, sebelum menjawab pertanyaan Ajeng.

“Aku salut sama sikap waspadamu. Tapi, di cereal itu saya jamin nggak ada racunnya.”

“Bukan!” Sahut cepat Ajeng.

“Lalu?” Biantara kembali heran.

“Kenapa Bapak melakukan ini? Apa sebenarnya niat Bapak di balik semua ini?”

Biantara menghela nafas panjang. Dia meletakkan cangkir kopinya di atas meja, lalu fokus kepada Ajeng.

“Apa nggak bisa sedikit saja kamu berprasangka baik sama aku? Semua yang terjadi pada kita, sudah ada yang mengatur.”

“Anda yang mengatur. Anda yang memaksa saya tidur dengan anda.”

“Tapi kan yang kasih obat perangsang bukan aku. Itu kelalaian pihak cafe.”

“Tapi, tidak seharusnya anda memanfaatkan saya.”

“Baiklah, maafkan aku. Kamu boleh menganggapku sebagai laki-laki brengsek.”

Sampai sekarang, Ajeng masih belum menatap Biantara. Tapi, nafas wanita itu terdengar berat seperti menahan sesuatu.

“Lalu ini? Apa maksud anda?” tanya Ajeng masih dengan wajah datarnya. Merujuk pada semangkuk cereal di tangannya yang belum dia sentuh sedikitpun.

“Bukan apa-apa. Kamu tidak perlu memikirkan maksud dari cereal itu. Aku tidak meracunimu, dan aku cuma kasihan sama kamu karena nggak makan malam.”

Ajeng tersenyum miris. “Terima kasih atas belas kasihannya, Pak. Tapi, saya—”

Grep.

Biantara menarik Ajeng masuk ke dalam rangkulannya secara spontan, karena dia tahu suara Ajeng mulai bergetar.

1
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!