NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku, Kak

Ambil Saja Suamiku, Kak

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Penyesalan Suami / Dokter
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Riana pikir kakaknya Liliana tidak akan pernah menyukai suaminya, Septian. Namun, kecurigaan demi kecurigaan membawanya pada fakta bahwa sang kakak mencintai Septian.

Tak ingin berebut cinta karena Septian sendiri sudah lama memendam Rasa pada Liliana dengan cara menikahinya. Riana akhirnya merelakan 5 tahun pernikahan dan pergi menjadi relawan di sorong.

"Kenapa aku harus berebut cinta yang tak mungkin menjadi milikku? Bagaimanapun aku bukan burung dalam sangkar, aku berhak bahagia." —Riana

Bagaimana kisah selanjutnya, akankah Riana menemukan cinta sejati diatas luka pernikahan yang ingin ia kubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Riana, aku sayang banget sama Mas Irfan, jadi nggak mungkin aku bisa menduakannya. Apalagi sama suamimu, jadi jangan berpikir yang macam-macam ya," ucap Liliana, mematahkan niat Riana untuk bicara lebih jauh.

Itu sudah ketiga kalinya Liliana mengatakan hal serupa selama mereka tinggal bersama. Riana ingin percaya. Ia ingin meyakini bahwa kakaknya tidak mungkin jatuh cinta pada Septian. Namun yang membuatnya gelisah justru sebaliknya, perasaan Septian.

Apakah Liliana masih bisa meyakinkannya dengan kalimat itu jika tahu bahwa suaminya diam-diam menyimpan rasa padanya?

"Riana, jangan diam terus," ujar Liliana sambil menimang bayinya yang kembali menangis.

Sekilas hati Riana ikut mereda. Ia sadar, inilah alasannya selalu memilih bungkam. Kakaknya adalah satu-satunya keluarga yang tersisa. Apalagi Liliana kini seorang janda dengan bayi kecil. Kalau ia mengatakan kebenaran, bukankah itu hanya akan menimbulkan masalah, bahkan membuat kakaknya pergi dari rumah ini? Sebagai adik, mana mungkin Riana tega.

"Aku tahu, Kak… Kakak sangat mencintai Mas Irfan. Aku nggak cemburu, kok. Aku percaya Kakak pasti bisa menjaga batasan," ucap Riana selembut mungkin, meski di dalam hatinya ada luka yang masih mengaga.

Liliana tersenyum tipis, seakan merasa lega. "Terima kasih sudah percaya sama Kakak. Kamu itu harusnya fokus sama rumah tangga kamu sendiri, jangan terus mikirin hal-hal yang bikin negatif thinking."

Riana hanya mengangguk, meskipun hatinya tak terima. Bagaimana bisa ia fokus jika setiap kali Septian pulang, matanya selalu mencari Liliana? Bagaimana bisa ia tenang jika senyum yang dulu hanya miliknya, kini lebih sering terukir saat suaminya bicara dengan kakaknya?

Namun, sekarang Riana mencoba tetap tegar demi kebaikan bersama. Lagipula, ia akan pergi meninggalkan Septian, memberikan kesempatan pada lelaki itu untuk mengejar kebahagiaannya. Pemikiran ini memang bodoh sebenarnya, tapi bukankah ini lebih baik daripada ia terjebak di antara suami dan kakaknya?

"Biar aku gendong," ucap Riana sambil meminta bayi itu dari pelukan Liliana. Sang kakak menyerahkannya dengan lega, sementara Riana berusaha menenangkan Lira si kecil di pelukannya. Melihat Liliana mulai merebahkan diri, Riana memberanikan diri bertanya, "Kak, menurut Kakak… Mas Septian itu bagaimana?"

Liliana yang semula tampak rileks langsung tersentak. "Maksudnya bagaimana?"

"Ya, menurut Kakak, Mas Septian itu orangnya bagaimana?" tanya Riana lagi, dengan nada pelan agar bayi mungil itu tidak terbangun.

Liliana sempat berpikir sejenak sebelum menjawab, "Semua wanita tahu kalau Septian itu idola di ibu kota. Tampan, kaya, kharismatik. Dia itu… sama seperti Mas Irfan dulu. Seandainya perusahaan Mas Irfan nggak kolaps sampai meninggalkan banyak hutang dan kini meninggal dunia, mungkin mereka berdua akan jadi pesaing terberat."

Riana paham betul ucapan itu. Ia masih ingat, ketika kuliah dulu Liliana memilih jurusan bisnis, di sanalah ia bertemu dengan Irfan dan juga Septian. Sementara dirinya menempuh jurusan kedokteran. Meski mereka yatim piatu, orang tua sudah menyiapkan tabungan pendidikan hingga mereka bisa meraih gelar sarjana.

Dari situlah benih cinta mulai tumbuh. Sayangnya, Liliana hanya menaruh hati pada Irfan hingga akhirnya menikah dengannya. Sedangkan Septian, setelah Liliana resmi menjadi istri Irfan, ia masih sering berkunjung ke rumah hingga akhirnya meminang Riana. Saat itu Riana sama sekali tidak curiga karena ia pun menyukai Septian. Namun kini, jika dipikir kembali semua itu terasa seperti kesalahan besar.

"Jadi menurut Kakak… Mas Septian itu sama seperti Mas Irfan?" Riana kembali bertanya, kali ini dengan hati-hati.

Liliana tersenyum samar, lalu menatap langit-langit kamar. "Iya, kurang lebih begitu. Hanya saja ada satu hal yang berbeda."

Riana menelan ludah, hatinya mencelos. "Berbeda bagaimana, Kak?"

Liliana menoleh pelan ke arah adiknya. Sorot matanya teduh, namun mengandung sesuatu yang sulit diterka. "Septian itu punya tatapan yang susah dijaga. Kadang… bikin orang salah paham. Termasuk aku."

Jantung Riana berhenti berdetak mendengar penuturan sang kakak. Namun, di menit selanjutnya tawa kecil Liliana membuyarkan semuanya.

"Hahah, aku bercanda, Riana. Lagian kamu ini kenapa sih nanyanya aneh-aneh? Sudahlah, ini sudah malam. Sepertinya Lira nyaman tidur sama kamu. Aku balik dulu ke kamar, nitip ya…" Liliana langsung bangkit dan melangkah pergi tanpa menunggu jawaban.

"Ta… tapi, Kak," ucap Riana pelan, nyaris tak terdengar. Liliana sudah lenyap di balik pintu, menyisakan keheningan yang menekan dada.

Riana menatap wajah mungil Lira yang tenang dalam tidurnya. Jari-jarinya menyentuh lembut pipi bayi itu, seakan mencari sedikit penghiburan. "Lira… malam ini kamu tidur sama Tante, ya. Anggap saja… mungkin hari-hari terakhir kita bersama," bisiknya getir.

Perlahan ia merebahkan bayi itu di atas kasur, lalu ikut berbaring di sampingnya. Matanya terasa berat, hingga akhirnya ia terlelap dengan perasaan yang tak menentu.

***

Saat Adzan subuh baru saja berkumandang dan tangis Lira memecah keheningan. Riana terbangun dengan mata masih berat, lalu sigap meraih ponakannya. Ia menepuk-nepuk lembut punggung mungil itu dan memastikan apakah popoknya sudah penuh.

“Ponakan Tante haus ya? Ssst… ayo kita cari Mama dulu,” bisiknya pelan, berusaha menenangkan.

Namun, matanya menyapu seisi kamar tidak ada tanda-tanda keberadaan Liliana. Riana sempat mengecek suhu ranjang yang nyatanya begitu dingin, ia pun mengerutkan kening dan bertanya dalam hati, 'Apa Kak Liliana tidak kembali ke kamar semalam? Lalu di mana dia tidur?

Bayi itu menangis semakin keras, seolah ikut menambah kegelisahannya. Dengan langkah tergesa, Riana keluar, menelusuri lorong rumah. Hatinya diliputi rasa gundah yang semakin menekan.

Riana berhenti sejenak di depan dapur, dan kosong tidak ada tanda-tanda Liliana sedang menyiapkan susu atau apapun. Ruang tamu juga lengang, hanya cahaya lampu redup yang masih menyala sejak malam.

Rasa gundah itu berubah menjadi rasa takut yang sulit dijelaskan. Bayi kecil di gendongannya terus meronta, membuat Riana menempelkan pipi ke ubun-ubun mungil itu. “Tenang, Sayang… kita cari Mama ya,” bisiknya dengan suara bergetar.

Perlahan ia mendekati pintu kamar kakaknya. Nafasnya memburu. Jemarinya sempat ragu saat hendak mengetuk, namun akhirnya ia mendorong daun pintu itu perlahan.

Ciiiit—

Suara engsel berderit memecah keheningan, membuat jantungnya berdetak tak karuan. Dalam hati ia berdoa, semoga apa yang ia pikirkan tidak benar. Namun, ketika celah pintu semakin terbuka…

Riana terperangah melihat pemandangan di depan sana, seketika tubuhnya membeku. Ia hampir tak bisa bernapas. Tangannya yang memeluk Lira bergetar hebat, membuat bayi itu kembali menangis kencang. Tapi tangisan itu seakan lenyap di telinganya, kalah oleh suara hatinya yang remuk berulang kali.

Air mata mendesak keluar, namun tubuhnya terlalu kaku untuk bergerak. Ia hanya bisa berdiri di ambang pintu, menatap kenyataan pahit yang selama ini ia takutkan akhirnya nyata di depan mata.

“Mas… Kak…” bisiknya lirih, hampir tak terdengar.

1
Nur Hafidah
emang jodoh riana alif bukan septian sipecundang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: tambah kak, si plin plan, maruk, pengen dua2nya
total 1 replies
arniya
Septian semoga km nanti menyesal....
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: masih plin plan gak jelas dia
total 1 replies
Ariany Sudjana
lupakan laki-laki mokondo itu Riana, kamu harus bangkit dan kejar kebahagiaanmu bersama dr Alif
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: pokoknya Riana harus bahagia ya
total 1 replies
Ma Em
Septian dari awal emang tdk perhatian pada Riana ya sdh Riana lupakan Septian , Riana lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri tdk usah diingat lagi mending bersama dr Alif pasti Riana akan bahagia dan akan diratukan sama dr Alif , biarkan Septian dgn Liliana pasti sama Liliana juga tdk akan beda emang sdh karakter teledor dan masa bodo pasti tdk akan bisa berubah
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: berasa banget karakter septian ini ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
sekarang aja baru menyesal, kemana saja selama ini bos? ya terima saja, kan selama ini memang lebih perhatian sama Liliana, sampai istri sendiri di sia-siakan
Ma Em
Septian kamu emang sdh kehilangan Riana karena dia sdh pergi keluar dari rumahmu dan tdk akan kembali lagi , biarkan Riana bahagia dgn orang lain Septian kamu berbahagialah dgn perempuan pilihanmu si Liliana yg selalu kamu bela dan kamu utamakan daripada Riana , lebih baik Riana dgn dr Alif saja semoga Riana berjodoh dgn dr Alif .
hafiz
lebih baik dgn Alif saja , dripada dengn suami tp lebih mementingkan KK ipar
Ma Em
Jangan angkat Riana sekarang kamu sdh keluar dari rumah Septian jgn pedulikan lagi apa yg terjadi mau Liliana atau Septian sdh tdk usah Riana hiraukan lagi biar saja Liliana bersama Septian , Riana jangan mundur lagi .
Ma Em
Liliana mati saja setelah mati lalu kamu bisa jadi hantu tinggal dirumah Septian , bagus Riana tinggalkan saja lelaki yg plin plan tdk punya pendirian , semoga Riana selalu bahagia setelah berpisah dgn Septian dan makin sukses .
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: 🤣🤣🤣 iya jdi hantu buat septian ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
terima saja Septian, kamu sudah ditinggal Riana. bukannya kamu sudah ucapkan talak ke Riana? ya sekarang bebas dong, tinggal menikah sama Liliana, jadi ga perlu ada drama lagi
arniya
geregetan Septian....
Ma Em
Semoga Septian dan Liliana hdp nya tdk pernah bahagia karena dia sdh merebut kebahagiaan Riana , dan sebaliknya Riana semoga hidupnya dipenuhi dgn cinta dan kebahagiaan .
Ariany Sudjana
ini lagi pelakor, bermulut manis, pura-pura ga tahu kalau Septian suka sama dia, padahal dalam hati suka cita, sudah tidak ada penghalang dalam hubungan dengan Septian
Ariany Sudjana
dasar Septian mokondo, ga paham yah atau amnesia yah, sudah jatuhkan talak, tapi masih minta Riana kembali jadi istri yang patuh? dasar bodoh, apa dia ga tahu, dia sudah dorong Riana sampai kepala bocor, dan harus masuk RS? untung dr Alif datang, kalau ga, mungkin Riana sudah menghadap Tuhan
Ariany Sudjana
akhiri semua drama yang kamu buat Liliana, kan ini yang kamu mau, jadi istrinya Septian dan menyingkirkan adikmu sendiri
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: bangga dia bisa menang
total 1 replies
arniya
Riana semoga dapat yang lebih baik dari Septian
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: katanya mau sama dr alif 🤭
total 1 replies
arniya
lempar batu sembunyi tangan,
arniya
Septian mata nya ketutup apa sih , sampai gk bisa liat yang tulus sm yang cuma pura pura dan ad udang di balik batu.
Bun cie
ayo riana mumpung ada ibu mertuamu kemukakan ttg perceraianmu..pasti di loloskan disupport ibu septi
Bun cie
keputusan yg tepat riana..berpisah ..tinggalkan org2 toksik sekalipu suami dan kakakmu..kamu g sendiri ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!