PERINGATAN AREA ORANG DEWASA YANG MASIH DI BAWAH UMUR DI LARANG MASUK, BTW DOSA KALIAN TANGGUNG SENDIRI YA😄
Bagaimana ya rasanya hidup dengan seseorang yang tidak pernah kita bayangkan?, Ardiy yang merupakan seorang yang sangat di segani oleh teman temannya tiba tiba tidak bisa berkutik ketika Lita sang mama berkata ingin menjodohkan dirinya dengan anak sahabatnya.
laki laki itu sempat menolak, namun dia tidak bisa membantah ketika mamanya mengancam akan menghapusnya dari daftar gak waris jika dia tidak bersedia menerima perjodohan itu.
Pada akhirnya laki laki itu hanya bisa pasrah menuruti keinginan sang mama, padahal posisinya saat itu sedang menjalani hubungan dengan seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai model seperti dirinya. Lantas bagaimana Ardiy akan bersikap kepada istrinya nanti? bisakah dia menjalankan perannya sebagai seorang suami? hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. kim22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1, Drama di pagi hari
Sinar matahari pagi mulai menampakan diri dengan malu malu, waktu sekarang sudah menunjukkan pukul 06:30 .
Seorang laki laki tampan berusia 23 tahun tampak masih tertidur begitu pulas di atas kasur king sizenya, laki laki itu sama sekali tidak terusik sedikitpun padahal dari sela sela gorden sinar matahari merembes masuk ke dalam kamar, bahkan alarm yang berbunyi sejak tadi tidak membuat laki laki itu berkutik dari tidur pulasnya.
Sementara itu, di lantai bawah lebih tepatnya di dapur, tampak seorang wanita stengah baya sedang menyiapkan sarapan di bantu oleh dua Artnya.
Sedangkan di ruang tamu, ada laki laki setengah baya yang sedang membaca koran sambil menikmati secangkir kopi buatan sang istri.
Tidak lama kemudian, seorang pemuda turun dari lantai dua menggunakan seragam SMA. " Pagi pa". Pemuda itu menyapa laki laki setengah baya yang begitu asyik membaca koran tanpa terganggu dengan suara bising para perempuan yang sedang sibuk di dapur.
Ahmad yang mendengar suara salah satu putranya seketika mengalihkan perhatiannya. " Pagi Andre". Laki laki itu menjawab sapaaan putra keduanya itu sambil tersenyum yang di balas senyum kecil oleh Andre.
Pemuda itu duduk di samping sang papa yang kembali melanjutkan sesi membaca koran sambil menghabiskan kopinya. Dari arah dapur, Lita datang untuk menyuruh suami dan anak nya untuk segera sarapan.
" Pa, Andre , ayo sarapan ". Ahmad dan Andre kompak mengangkat kepala mereka ketika mendengar suara Lita. " Bang Ar belum turun ma". Andre menatap ke lantai atas seperti mencari seseorang yang tak kunjung turun. Sementara Lita berdecak kesal ketika lagi lagi putra sulungnya belum juga menampakan barang hidungnya sejak tadi. Namanya Ardiy, dia adalah anak tertua di keluarga itu namun dia akan selalu menjadi yang terakhir bangun, bahkan adik bungsunya yang masih berusia 4 tahun pun bisa lebih pagi bangun dari pada dirinya.
" Udah sana, kalian sarapan aja dulu, Ardiy biar mama yang bangunkan ". Ahmad dan Andre mengangguk saja, kedua laki laki beda usia itu berjalan menuju meja makan, sementara Lita berjalan menuju lift karna kamar Ardiy, ada di lantai 3 jadi harus memakai lift biar cepet.
Tidak sampai satu menit, lift akhirnya berhenti di lantai tiga, Lita dengan segera berjalan menuju salah satu kamar yang di tempati oleh Ardiy.
Tok.... Tok.... Tokkkk
"ARDIY BANGUN,UDAH SIANG, KAMU HARUS KULIAH". Jangan kalian kira Lita menggedor dengan anggun, oh tidak, cara Lita menggedor pintu udah kayak rentenir mau nagih hutang.
Ardiy yang tadinya masuh tertidur pulas, seketika langsung terduduk akibat kaget oleh suara gedoran pintu dan juga terikan Lita.
" Astaga... Bisa bisa copot jantung gue kalo tiap hari kayak gini" . Ardiy menggerutu sambil sedikit menyugar rambutnya yang acak acakan. Dengan ogah ogahan laki laki itu berjalan menuju pintu kamarnya, karna kalo gak segera di buka bisa bisa roboh pintu itu nanti.
" Iya ma, sabar dulu astagaa". Ardiy menggelengkan kepala mendengar Lita tidak berhenti memanggilnya sejak tadi.
Ceklek
Lita berkacak pinggang sambil melotot melihat Penampilan Ardiy yang masih acak acakan, dan Ardiy hanya bisa nyengir bodoh melihat wajah garang Lita.
Set..
" Kamu ini ya, kalau gak di bangunin gak bangun bangun". Lita mengomel sambil menjewer kuping Ardiy, dan Ardiy, hanya bisa meringis dan pasrah merasakan sensasi panas di telinganya.
" Mama tuh capek tau gak, harus ke lantai tiga setiap pagi cuma buat bangunin kamu ya, liat tuh adik kamu, pagi pagi udah rapi dan wangi tanpa harus di bangunin".
" Akhh... Iya ma iya, ampun , jangan makin di tarik telinganya entar panjang sebelah ". Ardiy akhirnya tidak tahan untuk tidak mengaduh karna Lita semakin keras menarik telinganya.
" Cepet sana mandi, jangan lama lama". Lita melepaskan jewerannya dari telinga Ardiy dan segera kembali ke lantai bawah, sementara Ardiy mengusap usap telinganya mencoba menghilangkan rasa panas yang menjalar akibat jeweran maut sang mama.
" Akhirnya di lepas juga, untung kaga copot nih telinga , mama kalo marah emang serem banget kayak singa mau melahirkan".
Kurang ajar emang si Ardiy ini ya yeorobun, ini kalau Lita denger abis sudah riwayat Ardiy, untung Lita udah turun.
Dua puluh menit kemudian, Ardiy sudah rapih dengan gaya casualnya, pemuda itu dengan segera turun ke lantai bawah, pemuda itu langsung berjalan menuju meja makan ketika lift sudah terbuka sempurna, tidak lupa laki laki itu akan menyapa semua orang seperti biasa di sertai dengan senyuman khasnya.
" Pagi semuaa". Ardiy duduk di samping kursi Andre ketika sapannya sudah di balas oleh semua orang. Akan tetapi semua sudah selesai sarapan tinggal dirinya saja yang belum.
" Biar saya ambilkan nasinya kak". Salah satu Art yang masih terlihat muda mencoba berinisiatif mengambilkan makanan untuk Ardiy, dia adalah sarah, dia bisa menjadi Art di rumah itu karna dia ikut ibunya yang udah lama kerja di sana.
" Gak usah saya bisa sendiri ". Sarah yang tadinya maju kembali mundur mendengar kalimat penolakan Ardiy, bukan rahasia umum lagi sarah emang sudah lama menyimpan perasaan untuk salah satu tuan mudanya itu, namun Ardiy tidak pernah sekalipun meliriknya.
Dari arah samping, Andre hanya menatap datar raut wajah kecewa sarah, pemuda itu sepertinya tidak suka melihat sang abang di dekati oleh sarah, entahlah raut datar andre tidak bisa di tebak.
" Gue berangkat duluan bang". Ardiy hanya mengangguk sambil tersenyum karna mulutnya sedang penuh oleh nasi goreng. Andre beranjak dari kursinya, tidak lupa bersalaman ke orang tuanya barulah dia keluar menuju garasi untuk mengambil motornya.
Tidak lama kemudian Ahmad juga ikut pamit, laki laki itu harus segera ke kantor karna ada rapat dengan para petinggi hotel. " Ma, papa berangkat dulu ya". Ahmad mencium kening Lita, dan Lita juga melakukan hal yang sama setelah mencium tangan suaminya terlebih dahulu.
" Papa berangkat dulu ya sayang, jangan nakal ya di rumah ". Ahmad berjongkok untuk berpamitan kepada putri bungsunya yang masih berusia empat tahun, anak itu baru saja bangun jadi tidak ikut sarapan.
" Iya papa, Lizka gak akan nakal kok plomise". Ahmad terkekeh geli mendengar cara bicara putrinya yang masih saja cadel. " Oke papa pergi dulu ya bay sayang". Rizka melambaikan tanganya mengantar kepergian sang papa.
Karna waktu sudah mepet, Ardiy juga segera menyelesaikan sarapannya, setelah selesai sarapan laki laki itu segera berpamitan kepada Lita sang mama dan juga Rizka yaitu adik bungsunya.
" Ma, Ardiy pergi dulu ". Ardiy mencium tangan Lita dan juga memeluk lita sebentar, Ardiy menatap adik bungsunya dengan senyum manis yang di balas tak kalah manis oleh Rizka. " Abang pergi dulu ya, ingat gak boleh nyusahin mama oke cantik". Ardiy mengelus rambut Rizka dengan sayang.
" Iya abang". Setelah mencium kening sang Adik, Ardiy akhirnya berangkat menuju kampus tempatnya belajar selama hampir 3 tahun.